Mohon tunggu...
Theodorus Tjatradiningrat
Theodorus Tjatradiningrat Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendeta dan Gembala Jemaat di GPdI House Of Blessing Jakarta

Saya seorang yang suka membaca, menonton film (sendiri atau bersama keluarga) dan ngopi bareng teman-teman di kala senggang. Saya senang bergaul dengan semua orang dari berbagai kalangan karena saya dapat belajar banyak hal dari mereka.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mencari Wajah Tuhan (Mazmur 27:7-10)

6 Oktober 2022   23:42 Diperbarui: 6 Oktober 2022   23:44 1880
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang laki-laki yang sedang berdoa. Sumber: Pexels / Tima Miroshnichenko

"Dengarlah, TUHAN, seruan yang kusampaikan, kasihanilah aku dan jawablah aku! Hatiku mengikuti firman-Mu: "Carilah wajah-Ku"; maka wajah-Mu kucari, ya TUHAN. Janganlah menyembunyikan wajah-Mu kepadaku, janganlah menolak hamba-Mu ini dengan murka; Engkaulah pertolonganku, janganlah membuang aku dan janganlah meninggalkan aku, ya Allah penyelamatku! Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun TUHAN menyambut aku" (Mazmur 27:7-10).

Kompasianer yang terkasih, setelah saya membahas ayat 1-3 dengan tema "Hilangnya Rasa Takut", dan ayat 4-6 dengan tema "Tempat Yang Teraman Di Bumi", di mana Daud dengan begitu tenangnya menghadapi musuh-musuhnya karena Tuhan ada bersamanya dan bagaimana ia begitu bergairah ketika ada di dalam hadirat Tuhan. Tetapi, pada ayat-ayat yang kita baca kali ini terasa seperti adanya kontras dari kondisi Daud yang sebelumnya. Inilah seri terakhir dari Mazmur 27 yang saya tulis.

Bagaimana mungkin Daud yang tadinya begitu percaya diri tanpa rasa takut, namun sekarang terasa begitu tertekan? Sebagian besar penafsir Alkitab mengatakan bahwa Mazmur 27 merupakan penggabungan dua mazmur Daud dari dua peristiwa yang berbeda, itulah sebabnya pembaca yang cermat dapat merasakan perbedaan yang terjadi pada diri Daud.

Menurut saya, tidak masalah apakah ini mazmur tunggal atau gabungan dua mazmur karena bagi saya hal ini justru menunjukkan Daud secara natural yaitu ia manusia yang sama tidak stabilnya dengan kita hari-hari ini di dalam menghadapi situasi dan kondisi yang tidak menentu. Mazmur ini memberitahukan bahwa hanya kehadiran Tuhan yang kepada-Nya Kompasianer dan saya percaya, hanya Dialah yang dapat menstabilkan kondisi manusia kita yang rapuh sebelum Dia menstabilkan bangsa kita.

Kompasianer, ayat 7 dengan jelas menunjukkan bahwa Daud sangat mengharapkan perhatian TUHAN. Kata 'dengarlah', 'kasihanilah' dan 'jawablah' menggunakan kata kerja Ibrani berbentuk Qal Imperative, sedangkan frasa 'seruan yang kusampaikan' menggunakan kata kerja berbentuk Qal Imperfect. Jadi, ayat ini menjelaskan bahwa Daud sedang memohon kepada TUHAN di dalam doanya.

Perhatikan, pelajaran penting dari Daud ketika kita berdoa agar Tuhan mendengar dan menjawab permohonan kita adalah memohon belas kasihan-Nya. Hanya dengan belas kasihan Allah, doa Kompasianer dan saya diperkenan oleh-Nya untuk didengar dan dijawab. Mengapa belas kasihan Allah diperlukan dalam doa kita?

Mari maju ke ayat 8. Daud berkata bahwa hatinya mengikuti firman yang Tuhan perintahkan yaitu "Carilah wajah-Ku" dan Daud meresponnya dengan "maka wajah-Mu kucari, ya TUHAN." Dari kata kerja Ibraninya ayat ini dapat diterjemahkan menjadi, "Ketika Engkau berfirman: Carilah wajah-Ku; hatiku berkata kepada-Mu, wajah-Mu TUHAN, akan kucari."

Kompasianer yang terkasih, inilah yang membuat Daud sangat istimewa di hadapan Tuhan. Di masa-masa tersulitnya Daud tetap menaati firman Tuhan dan ketaatannya itu keluar dari hatinya. Dan hatinya yang tulus menggiringnya untuk dapat mencari wajah Tuhan. Di manakah Daud menemukan wajah Tuhan? Di rumah Tuhan, di bait-Nya, di pondok-Nya dan di kemah-Nya (ay. 4-6).

Namun demikian, sebagai orang Israel Daud sadar bahwa manusia berdosa tidak dapat melihat wajah TUHAN, sebab tidak ada orang yang memandang Dia dapat hidup (Kel. 33:20). Hanya kasih karunia dan belas kasihan TUHAN yang membuat orang yang melihat-Nya tetap hidup (Kel. 33:19). Bagi bangsa Israel, wajah TUHAN yang ditujukan kepada mereka berarti Ia memberi kasih karunia dan damai sejahtera (Bil. 6:25-26). Inilah yang Daud pohonkan kepada Tuhan agar doanya mengenai masalah yang dihadapinya didengar dan dijawab oleh Tuhan.

Sekarang, apakah yang menjadi pokok doa Daud? Perhatikan ayat 9. Empat kali Daud memohon dengan sangat kepada Tuhan, saya tambahkan dari kata kerja Ibraninya: pertama, janganlah kiranya menyembunyikan wajah-Mu kepadaku. Kedua, janganlah kiranya menolak hamba-Mu ini dengan murka. Ketiga, janganlah kiranya membuang aku. Keempat, janganlah kiranya meninggalkan aku.

Keempat hal inilah yang menjadi ketakutan Daud yang sesungguhnya yaitu terpisah dari Tuhan karena ia mungkin telah berdosa kepada-Nya, bukan rasa takut kepada musuh-musuhnya. Namun, dalam ketakutannya itu Daud mengakui bahwa hanya TUHAN, Allah penolong dan penyelamat hidupnya. Itu sebabnya ia memohon belas kasihan Allah terlebih dahulu.

Ini pelajaran bagi Kompasianer dan saya dari doa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus yaitu "Doa Bapa Kami", yang salah satu permohonannya ialah "dan ampunilah kami akan kesalahan kami" (Mat. 6:12). Jadi, sebelum berdoa lebih jauh bagi kebutuhan kita hari ini, marilah memohonkan pengampunan-Nya karena mungkin kita telah berdosa baik dengan sadar maupun dengan tidak sadar sebelumnya.

Permohonan Daud diutarakannya dengan kerendahan hati bahwa ketergantungannya hanya kepada Tuhan yang ia imani. Di ayat 10, Daud dengan tegas mengatakan bahwa orang terdekat dalam hidupnya yaitu ayah dan ibunya bisa saja meninggalkannya, apalagi hanya teman sekutu. Hanya Tuhan yang ia yakini, tanpa ragu; ya, hanya Tuhan yang akan menyambutnya, menerimanya dan menolongnya.

Demikian dengan Kompasianer dan saya. Mari kita temui Tuhan, ia hanya sejauh doa di tempat kita berada. Di saat seperti ini kita tidak dapat mengandalkan siapa-siapa sekalipun itu orang terdekat kita, karena ia juga terbatas dan mungkin dalam kesulitan yang sama dengan kita. Ketika berharap bantuan dari pemerintah atau dari siapa pun, itu bisa datang terlambat dan mungkin saja tidak mencukupi kebutuhan Kompasianer sekeluarga. Hanya Allah yang tidak pernah punya masalah, ia peduli kepada Kompasianer dan saya, percayalah Dia akan datang tepat waktu dan memberi dengan berkecukupan.

Demikian pelajaran Alkitab dan renungan hari ini. Selamat beraktivitas Kompasianer, Tuhan Yesus memberkati. Haleluya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun