Mohon tunggu...
Theodorus Tjatradiningrat
Theodorus Tjatradiningrat Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendeta dan Gembala Jemaat di GPdI House Of Blessing Jakarta

Saya seorang yang suka membaca, menonton film (sendiri atau bersama keluarga) dan ngopi bareng teman-teman di kala senggang. Saya senang bergaul dengan semua orang dari berbagai kalangan karena saya dapat belajar banyak hal dari mereka.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Orang Benar Itu Nggak Nyinyir (Mazmur 37:30-33)

2 Oktober 2022   11:29 Diperbarui: 2 Oktober 2022   11:57 1924
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orang yang berhenti berbicara hoax. Sumber: Pexels / Mikael Blomkvist

"Mulut orang benar mengucapkan hikmat, dan lidahnya mengatakan hukum; Taurat Allahnya ada di dalam hatinya, langkah-langkahnya tidak goyah. Orang fasik mengintai orang benar dan berikhtiar membunuhnya; TUHAN tidak menyerahkan orang benar itu ke dalam tangannya, Ia tidak membiarkannya dinyatakan fasik pada waktu diadili" (Mazmur 37:30-33).

Kalau Kompasianer membaca dari Google, kata 'nyinyir' ditemukan dalam kosa kata bahasa Sunda yang artinya cerewet atau loba omong. Dari Kamus Besar Bahasa Indonesia kata 'nyinyir' artinya mengulang-ulang perintah atau permintaan; arti lainnya nyenyeh, cerewet. Sedangkan kata 'nyinyir' dalam bahasa media sosial berarti tukang gossip, tukang sebar aib orang, tukang kritik, menggunjing orang lain dan tukang sebar berita hoax. Pokoknya suka menjelekkan dan mencari kesalahan orang.

Ada istilah 'mulutmu harimaumu' mungkin benar ketika kita melihat fenomena nyinyir belakangan ini. Ketika ada orang yang dianggap nyinyir tanpa alasan dan bukti yang jelas di medsos, maka pihak yang merasa dirugikan dapat melaporkan nyinyiran itu kepada polisi dengan mengacu kepada Undang-Undang ITE. Dan biasanya si tukang nyinyir sangat percaya diri ketika menyerang pihak yang tidak disukainya, tetapi setelah dilaporkan apalagi ditangkap polisi ia dengan mudahnya berkata khilaf dan mohon maaf tanpa ia merasa pihak lain telah dirugikan nama dan harga dirinya.

Nah Kompasianer, Daud di hari tuanya mengajarkan kita semua melalui mazmur ini agar menjadi orang benar yang menggambarkan Tuhan kepada orang lain, salah satunya melalui perkataan kita. Pertama, orang benar itu memperkatakan hikmat (ay. 30a). Hikmat dari kata Ibrani chokmah yang artinya pengetahuan praktis yang menolong seseorang untuk mengetahui bagaimana bertindak dan bertutur kata dalam situasi-situasi yang berbeda.

Kedua, orang benar membicarakan hukum (ayat 30b). Hukum dari kata Ibrani mispat yang artinya lidah yang mengatakan kebijaksanaan. Di ayat ini mispat menunjukkan sifat manusia yang berbicara itu berdasarkan sifat Allah yang mencintai hukum (ayat 28a). Jadi, mulut dan lidah orang benar hanya akan berbicara dengan tutur kata yang bijaksana untuk menolong orang lain karena hal itu mencerminkan Allah yang ia sembah. Jadi, orang benar itu nggak nyinyir!

Mengapa orang benar bisa nggak nyinyir? Karena "Taurat Allahnya ada di dalam hatinya" (ayat 31a). Inilah yang memampukan orang benar untuk menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik (ayat 27a). Tuhan Yesus berfirman, "Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang" (Mat. 15:18). Dengan demikian, orang benar akan berbicara yang baik dan terukur karena hatinya dikuasai oleh Taurat Tuhan. Hatinya benar, maka perkataannya pasti benar, tidak mungkin bertentangan. Sedangkan "orang fasik selalu mengintai orang benar dan berikhtiar membunuhnya" (ayat 32). Ia terus mencari kelemahan dan membunuh karakter dengan nyinyirannya.

Akibatnya bagi orang benar yang nggak nyinyir ialah: pertama, ia akan tetap tinggal untuk selama-lamanya (ayat 27b). Kedua, Tuhan tidak akan meninggalkan orang-orang yang dikasihi-Nya dan sampai selamanya mereka akan terpelihara (ayat 28a,b). Ketiga, akan mewarisi negeri dan tinggal di sana senantiasa (ayat 29). Keempat, langkah-langkahnya tidak goyah (ayat 31). Kelima, Tuhan tidak menyerahkan mereka ke dalam tangan orang fasik yang berencana jahat kepadanya (ayat 33a). Keenam, Tuhan tidak membiarkannya dinyatakan fasik pada waktu diadili (ayat 33b).

Sedangkan akibat bagi orang fasik ialah anak cucu orang fasik akan dilenyapkan (ayat 28c). Di pihak orang benar, anak cucunya diberkati dan menjadi berkat (ayat 25-26). Kompasianer, setelah mendengar penjelasan tadi, maka kita dapat melihat perbedaan antara orang benar dan orang fasik dalam konteks perkataannya. Manakah yang akan kita pilih? Perhatikan dampak yang luar biasa pada keturunan orang benar dan orang fasik ternyata ditentukan oleh orangtua yang ada sekarang ini.

Kompasianer yang terkasih, marilah benahi hati kita dengan memperbanyak merenungkan firman Allah. Berdoalah dan mulailah memperkatakan firman Tuhan, mengucapkan berkat, berbicara yang benar, menyampaikan motivasi yang membangun, berkata-kata yang positif, menyampaikan berita penghiburan kepada orang lain. Ingat, apa yang kita tabur akan kita tuai, itu sudah hukum Tuhan yang tetap.

Inilah pelajaran Alkitab dan renungan yang dapat saya sampaikan hari ini (seri keempat dari lima seri Mazmur 37). Tetap semangat, jangan lupa bersyukur ya! Sampai jumpa di blog berikutnya, Tuhan Yesus memberkati Kompasianer sekalian. Haleluya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun