Mohon tunggu...
Marthella Rivera Roidatua Sirait
Marthella Rivera Roidatua Sirait Mohon Tunggu... -

Menulis bukan karena ahli. Menyeruput kopi bukan karena gaya. Menjelajah bukan karena keren.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dear Mas Agus Harimurti Yudhoyono

11 Februari 2017   12:00 Diperbarui: 11 Februari 2017   12:10 1571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya tahu Mas sangat amat sibuk gerilya di detik-detik akhir. Ditambah lagi kecapekan akibat main basket dan stage diving. Atau kepikiran soal acara di lapangan, banyakan mana sama massanya paslon 2 dan 3? Soalnya Mas Agus kelihatan gak fokus pas debat ketiga. Ini viral dan bukan hoax, karena debat disiarkan di mana-mana, Mas.

Nah, kalau penasaran sama pernyataan mana yang blunder tapi gak sempat nonton ulangan debat, saya bantu ingatkan pakai poin-poin, Mas. Percaya dong sama saya? Kan Mas sendiri yang bilang ‘Seorang pemimpin jangan berburuk sangka sama warganya.’

  •  “…termasuk industri rumahan, UMKM, dan itulah kami ingin mengembangkan warga dalam usaha mikro kecil dan menengah.”; “tidak hanya direhab, tapi juga direhabilitasi”; “dalam penegakan ataupun law enforcement”

Mengulang-ulang singkatan dengan kepanjangannya. Sayang waktu lho, Mas. Kan kami-kami ini kepengin dengar terobosan apa yang ditawarkan, bukan lagi belajar Bahasa.

  •  “Kita harus menyediakan rampatau jalan datar, spacekhusus… Itu tidak membutuhkan teknologi bermacam-macam, hanya butuh goodwill.”Kemudian berujung pada, “itulah mengapa kita mau membangun sekolah inklusi, sekitar 800-an”

Yang ditanya kan soal tata ruang universal, kok malah bahas pendidikan, Mas? Itu kan sudah di segmen debat sebelumnya, mendingan fokus jawab apa yang ditanya. Misalnya, standarisasi tata ruang publik itu kan sudah diatur dalam UU No.26 Tahun 2007, bagaimana caranya mengoptimalkan pelaksanaan di lapangan. Sambil ngopi-ngopi bareng Kementerian PU mungkin ketahuan di mana akar masalahnya.

Satu lagi, persoalan aksesibilitas bukan cuma ramp,Mas. Mau disediakan rampyang bagus kalau trotoarnya rusak, tetap menyulitkan teman-teman penyandang disabilitas untuk sampai ke halte busway.Nah, aturan soal trotoar kan sudah ada tuh dalam UU No.22 Tahun 2009, mendingan pikirin gimana caranya semua trotoar bisa sesuai standar itu.

  • “Kekerasan verbal lebih menyakitkan dibanding kekerasan fisik. Apalagi ketika itu dipertontonkan di depan publik, terekam selama-lamanya. Bayangkan jika itu terjadi kepada keluarga Bapak, bayangkan…”

Mas, ini bukan baper soal twit Pepo, kan? Kita lagi ngomongin soal tingginya angka kekerasan terhadap perempuan dan anak di DKI, lho. Dari pada bahas ‘sakitnya tuh di sini’, mendingan bahas akar kekerasan itu dari mana dan bagaimana solusinya.

  • Komentar Mas kepada Ahok, “sebetulnya dari program Bapak pun tidak ada yang baru” bertolak-belakang dengan pertanyaan Mas kepada Pak Anies, “Untuk meningkatkan kualitas hidup tentu tidak hanya dibutuhkan inisiatif, terobosan baru atau meningkatkan apa yang sudah ada.”

Di sesi sebelumnya, Mas cecar Ahok karena tidak ada yang benar-benar baru. Di sesi ini, Mas mau cecar Pak Anies soal inkonsistensinya dalam berpolitik tapi narasinya muter-muter. Ngomong-ngomong soal konsistensi nih, Mas, kita mulai dulu dari diri sendiri dulu saja. Konsistenlah dalam berucap. Awal Mas bilang goodwill cukup, sekarang bahkan inisiatif dan terobosan pun tidak cukup. Konsistenlah dalam bersikap adil, seperti saat memberikan pertanyaan saat debat. Bisa blak-blakan sama Ahok, kenapa sama Pak Anies malu-malu kucing?

  • “Ini adalah protret buram gubernur DKI”; “di mana goodwill, komitmen, ketika Bapak sendiri memaki-maki wanita di depan publik”

Mas, Jakarta butuh lebih dari sekedar fault-finder, tapi problem-solver. Entahlah ini karena Mas grogi, agak sensi atau kehabisan bahan untuk bicara. Saran saya, bilangin sama yang bertugas bikin materi buat Mas supaya lebih kaya data dan kritis berdasar. Jadi kalau Mas ingin menyerang balik, bisa serang kontennya bukan personalnya. Lalu, sekiranya Mas konsultasi sama pakar public speaking,ada baiknya lebih mengasah skill menjawab to-the-pointdan tidak loncat-loncat.

Sudah, Mas, segitu saja hasil pengamatan dan saran dari saya. Saya gak muluk minta saran saya diterima, wong dibaca aja wes sukur. Saya ijin unggah ini di Kompasiana ya Mas, soalnya saya tidak punya kontak pribadi Mas Agus. Lagipula, kita kan harus objektif dan transparan, bukan? Biar teman-teman di Jakarta yang baca ini juga jadi bisa mempertimbangkan pilihan mereka. Siapapun Gubernurnya, tetap sayang Jakarta kan, Mas? Kayak kata Mas, integritas.

Perbanyak minum air putih, Mas.

#SalamWarungkopi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun