Mohon tunggu...
Nocky Sakti
Nocky Sakti Mohon Tunggu... -

Penulis adalah Owner dari Pelangi Group yang memiliki 5 cabang usaha seperti travel, privat, training, refill dan Yayasan sosial

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

I'm Free with God

5 Mei 2010   05:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:24 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sejatinya, manusia diciptakan untuk mengamati segala sesuatu yang terjadi di muka bumi. Setiap detik penuh dengan kejadian yang siapapun manusia boleh mengambil hikmahnya. Bahkan, Tuhan memberikan kebebasan penuh pada hambaNya agar turun ke muka bumi untuk berkreasi karena dunia beserta segala isinya memang diperuntukkan buat umatNya. Manusia juga dianugerahi akal, perasaan serta nafsu. Pikiran menghidupkan manusia menjadi individu cerdas yang mampu mengolah manfaat dari ciptaanNya di muka bumi. Adanya perasaan mendinamisasikan hidup menjadi lebih berwarna. Ditambah, nafsu yang menciptakan semangat berkompetisi dan bersaing dalam mendapatkan sesuatu. Ketiga unsur tadi merupakan simbolisasi kesempurnaan seorang homo sapiens. elemen-elemen tersebut tersusun dari perpaduan segala jenis makhluk hidup baik yang gaib maupun yang nampak. Manusia adalah penguasa yang mampu menjelmakan diri menjadi sosok Setan, Malaikat,atau  bahkan menyerupai Tuhan.  Itu terjadi bukan nampak secara lahiriah, namun batiniah. Dengan kata lain, Betapa luar biasanya ciptaan yang bernama manusia, karena dalam diri tersimpan semua sifat penghuni alam semesta. Saking besarnya, sampai-sampai manusia lupa bahwa ada sosok yang lebih tangguh daripadanya. Manusia berpikir bahwa dirinya melebihi makhluk manapun, Sombong terukir di dada, menerima segala sesuatu menjadi benar jika dapat dirasakan oleh panca indera dan berdasarkan logika semata. Tak sadarkah dirinya, bila suatu waktu nanti kejayaannya akan memudar seiring perjalanan waktu. entah dimakan umur, atau karena dicabut nyawanya. Ingatkah dulu ketika ia masih kecil tak berdaya  lantas diasuh, dimomong, disapih, lalu dibuai dan disekolahkan sehingga menjadi pribadi luar biasa saat ini. Miris, kita hanya mampu mengingat saat dimana kita jaya, namun kita lupa waktu dimana kita tak berdaya yang sebetulnya kita pun akan dikembalikan dalam keadaan tidak berdaya lagi. Jauh sebelum manusia berpikir, ada yang sudah berpikir. Dialah Tuhan Penguasa Alam. Tuhan yang memberikan ruh dan kehidupan. Tuhan jua yang mempertimbangkan pantas tidaknya kita hidup. Karena kebaikan Tuhan, manusia mampu berjalan dan menikmati santapan di pagi hari. apakah pernah terpikir bahwa sebelum kita hidup, kita tidak pernah meminta tangan, mulut, mata dan kaki untuk diciptakan ? Apakah pernah terbayang analisis komentar yang kita buat, opini, tinjauan fakta semua berawal dari daya pikir Tuhan yang menghendaki kita untuk berbuat di muka bumi dan mempersiapkan segala sesuatunya sebelum hidup? Tuhan tidak pernah menyatakan langsung di depan kita bahwa ia ada, namun Tuhan memberikan maha karyaNya yang sempurna yang justru dimiliki oleh kita sendiri. Itulah sebabnya mengapa Tuhan berkata, Barangsiapa yang mengenal dirinya, maka dia mengenal TuhanNya. Sungguh keji orang yang mengatakan bahwa adanya Tuhan memberikan batasan hidup. Manusia tidak lagi bebas meraih segala sesuatu karena harus menyadari sesuatu yang ada namun tak nampak. Siapa yang bilang Tuhan itu sok ngatur, TIDAK, kawan. justru Tuhan itu memberikan kebebasan, malah kita dituntut untuk menyelami sebuah kehidupan yang universal. Kitabnya saja konon dikatakan sebagai kitab Universal. Ini dahsyat, bukan sembarang kitab. Nyaris tak satupun buku yang mampu menjangkau sejauh itu. Logikanya, bila sebuah buku dikatakan kitab universal, artinya buku tersebut mampu dibaca, dipahami, dan dipraktekkan bagi siapa yang mau membacanya tidak terkecuali iblis sekalipun. Bila ramalan Nostradamus mampu mengalahkan kitab Tuhan, maka tanyakan apakah Nostradamus mampu berpikir 5000 tahun ke depan. Jika Leonardo da Vinci dijuluki sebagai peramal masa depan, uji sampai sejauh mana ia mampu meramal masa lalu. Mari perhatikan setiap baris ayat-ayatNya, betapa Buku Tuhan sanggup membaca situasi masa lalu puluhan ribu tahun silam dan menganalisis apa yang akan terjadi puluhan ribu tahun kemudian untuk menjadi pegangan hidup manusia saat ini.  Identifikasi masalahnya bukan pada apa yang terjadi hari ini, tapi ribuan tahun lagi. Seolah sudah diberikan gambaran bahwa jika anda berbuat ini, hasilnya ini. Sebaliknya pun demikian. menariknya, Kesimpulan yang Tuhan berikan untuk kita juga diambil dari lengkapnya kisah-kisah masa lalu yang dipetik. Dimana mereka yang tidak mau mengikuti, dampaknya akan parah. Lantas, apakah itu artinya Tuhan membatasi ? sekali lagi, tidak. Karena Tuhan menghendaki kita untuk menjadi yang terbaik di alam semesta. kalau kita puas dengan kebahagiaan dan kesuksesan kita hari ini meski tidak belajar kitabnya, ya monggo. Namun, yakini bahwa sukses yang kita dapatkan hanya bersifat sukses sementara. Sementara, Tuhan menjanjikan atau bahkan menegaskan bahwa umat terbaik yang diturunkan ke muka bumia adalah umat Tuhan. Tuhan tidak memaksa, kita boleh pilih model hidup seperti apa yang kita mau. Tuhan sudah memberikan fasilitasnya kalau kita mau hidup dan diterima secara universal, yakni pelajari kitabnya. kalaupun tidak mau ya Tuhan tidak rugi. justru kita yang akan merugi...!!! bayangkanlah hari ini, mari lihat catatan facebook kita dan klik jumlah teman yang kita miliki. Ada berapa ? 1000 ? 10.000 ? atau satu juta mungkin. Jika kurang, barangkali boleh dicek friendster ataupun twitternya. Silahkan juga hitung berapa rekan sejawat, tetangga sejak kecil hingga sekarang, sahabat, partner bisnis, dan lain-lain. Jumlahkan semuanya. Sudahkah semua teman anda mewakili semua kehidupan muka bumi. saya yakin anda sudah tahu jawabannya. Sejak ia diturunkan hingga ayat terakhir diberikan, Kitab Tuhan sudah memberikan janji bahwa bagi siapa saja yang mau mengikuti, maka kehidupannya bisa diterima secara universal. Bukankah itu yang kita inginkan ? penerimaan diri. Kita ingin diterima siapa saja yang mengenal kita. Kita ingin diri ini menjadi sosok yang bisa dihargai dimanapun kita berada. Mengapa kita harus mencari kebebasan dalam bentuk lain kalau kitabnya saja sudah menjanjikan bahwa kita PASTI DITERIMA dimanapun kita berada hanya jika mau mengikutinya. Apakah memang kita terikat ? saya katakan tidak. Tuhan tidak mengikat, namun Tuhan justru memberikan peluang mau apa tidak kita diterima di tingkat universal. Jelas, ini penawaran hidup paling sensasional yang pernah dilakukan. Tawaran yang menggiurkan yang semua orang boleh menerima tawaran tersebut.Tidak peduli apa pangkat, status, maupun kedudukannya, Tuhan menawarkan tanpa pandang bulu, ras ataupun jenis. Mau terima tawaran kebebasan Tuhan ? apa masih memilih kebebasan dengan cara sendiri ?. ...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun