Mohon tunggu...
Anjas Permata
Anjas Permata Mohon Tunggu... Konsultan - Master Hypnotherapist

Trainer Hypnosis, Master Hypnotherapist, Professional Executive, CEO Rumah Hipnoterapi, CEO Mind Power Master Institute, Ketua DPD Perkumpulan Komunitas Hipnotis Indonesia (PKHI)

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Tradisi-tradisi Ramadan di Kampung Halaman

2 April 2023   00:27 Diperbarui: 2 April 2023   00:35 1485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Njas.. Anjas, tangi njas.. ayok budhal" (baca: Njas.. Anjas, bangun njas.. ayo berangkat)

Sayup-sayup terdengar suara teman-teman membangunkan saya dari balik jendela kamar yang menghadap ke jalan setapak di samping rumah.

Kebetulan ini adalah malam pertama puasa Ramadan 1417 H. Saat itu saya duduk di bangku sekolah dasar kelas 2.  Setiap datang bulan Ramadan, ada banyak aktivitas yang biasa saya lakukan.

Salah satunya tradisi "kotekan" atau membangunkan sahur. Berbekal alat musik sederhana yang terbuat dari botol kecap, jerigen atau galon bekas, botol kratindeng, kaleng cat bekas, serta pipa bambu, kami telah bersiap untuk menyusuri dinginnya malam.

Bak kelompok drum band profesional kami berbaris mengatur formasi. Kami mulai perjalanan dari musala yang berlokasi di sebelah gang rumah saya. Saya tinggal di Magersari sebuah kampung padat penduduk. Setiap gang kami lalui dengan memainkan alunan nada berirama.

"Sahuuuurrr.. Sahuuuurrr.. Tek dung tek.. Sahuuuurrr.. Sahuuuurrr.. Tek dung tek.."

Begitulah kira-kira penggalan lirik yang kami gaungkan berulang-ulang. Meskipun hawa dingin menerpa kulit, kami tak gentar sedikitpun karena kotekan begitu menyenangkan.

https://assets-a1.kompasiana.com/items/album/2018/06/05/patrol-5b164981cf01b458072c4974.jpg
https://assets-a1.kompasiana.com/items/album/2018/06/05/patrol-5b164981cf01b458072c4974.jpg

Tradisi ini berlangsung turun-temurun sejak zaman dulu. Walaupun terlihat sederhana, namun ternyata banyak warga yang memberikan apresasi kepada kami karena jadi terbantu bisa bangun sahur. Bahkan seringkali kami mendapatkan bagi-bagi makanan seperti kue basah, buah-buahan hingga makanan ringan. Sebuah kombinasi antara pahala akhirat dan kenikmatan dunia (hehe..)

Selepas kotekan, kami kembali ke rumah masing-masing untuk santap sahur. Bapak dan ibu telah bersiap di ruang tamu dengan menu telur ceplok sambal kecap. 

Selain kotekan masih ada beberapa tradisi yang mewarnai perjalanan Ramadan saya semasa kecil. Berikut ulasannya.

Pondok Ramadan

https://assets.ayobandung.com/crop/0x0:0x0/0x0/webp/photo/2023/03/05/1899237894-2511560303.jpg
https://assets.ayobandung.com/crop/0x0:0x0/0x0/webp/photo/2023/03/05/1899237894-2511560303.jpg

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun