Saya merasa sangat tersanjung karena bisa turut menghadiri perhelatan internasional yang digawangi oleh Kemenparekraf. Ini merupakan pengalaman pertama saya mengikuti MICE.
Bagi yang belum paham, MICE adalah singkatan dari Meeting, Incentive, Conference and Exhibition. Istilah MICE di Indonesia dikenal juga dengan sebutan Wisata Konvensi.
MICE merupakan suatu kegiatan pertemuan sekelompok orang yang secara bersama-sama bertukar pengalaman dan informasi melalui pembicaraan, mendengar, belajar serta mendiskusikan suatu topik tertentu.
Industri MICE merupakan industri yang tergolong masih muda. MICE mulai dikenal di Eropa dan Amerika Utara sekitar 50 tahun yang lalu, bahkan lebih muda di beberapa kawasan lain.Â
Namun di beberapa negara berkembang, bisnis MICE sudah mulai matang dan mampu memberikan dampak ekonomi yang cukup signifikan. MICE terbukti mampu menciptakan lapangan pekerjaan baru khususnya di bidang pariwisata dan pengembangan UMKM lokal.
Kebetulan saya adalah seorang karyawan swasta di salah satu perusahaan multifinance. Sebelum masa pandemi biasanya saya menghadiri Rapat Kerja Nasional (Rakernas) di Kantor Pusat, Jakarta selama 2 hari. Setelah itu dilanjutkan insentif tour atau trip ke luar negeri seperti Jepang, Korea Selatan, China hingga Australia selama 4-5 hari.
Agenda rutin tahunan dari perusahaan itulah yang disebut dengan MICE. Tetapi setelah mengikuti MICE di Danau Toba, saya kemudian berpikir kenapa MICE harus dilakukan di luar negeri jika memang di dalam negeri tersedia tempat-tempat wisata yang indah dan tidak kalah menariknya.
Justru ketika kita membuat agenda MICE di Indonesia, maka bisa memberikan banyak sekali keuntungan. Berikut ini pengalaman yang saya rasakan ketika mengikuti MICE pertama kali di dalam negeri.
Mendapatkan Ilmu dan Belajar Banyak Hal Baru
International Conference Heritage of Toba, dilangsungkan di kawasan Museum TB. Silalahi Center, Kabupaten Toba. Acara ini dihadiri oleh banyak nama beken sebut saja Mas Menteri Sandiaga Uno (hadir via Zoom), Menteri Maritim, Bp. Luhut Panjaitan (perwakilan), Direktur UNESCO, Mr. Mohamed Julid (hadir via Zoom) dan beberapa narasumber nasional.