Mohon tunggu...
Anjas Permata
Anjas Permata Mohon Tunggu... Konsultan - Master Hypnotherapist

Trainer Hypnosis, Master Hypnotherapist, Professional Executive, CEO Rumah Hipnoterapi, CEO Mind Power Master Institute, Ketua DPD Perkumpulan Komunitas Hipnotis Indonesia (PKHI)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bukan Kaki yang Menggerakkan Langkah Kita, Melainkan Jalan Pikiran Kita

20 September 2021   23:01 Diperbarui: 23 September 2021   00:30 1891
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mengasah belief system.| Sumber: Pixabay/Nugroho Dwi Hartawan via Kompas.com

Behaviour System adalah cara kita berinteraksi dengan dunia luar, dengan kata lain apa yang kita tampilkan kepada publik. Sehingga perilaku akan memengaruhi pengalaman, dan pengalaman akan memengaruhi sistem berpikir. 

Thinking System adalah cara kita dalam memaknai setiap pengalaman sepanjang hidup. Sistem berpikir akan menerjemahkan berbagai kejadian atau pengalaman menjadi sebuah kepercayaan sehingga memengaruhi tindakan karena terciptanya sebuah realitas.

Belief System adalah inti dari segala yang kita percaya dan yakini sebagai realitas dan kebenaran dalam hidup. Keyakinan adalah sebuah nilai dasar yang tercipta dari berbagai hal yang kita jalani sepanjang hidup.

***

Sampai di sini seharusnya Anda sekarang lebih memahami bahwa sebenarnya yang sangat berpengaruh dalam hidup seseorang ialah sistem kepercayaan atau belief system-nya.

Perilaku dan persepsi merupakan proses menuju kepada belief system seseorang. Apapun yang ditampilkan dan dilihat oleh orang lain, hanya sebagian kecil dari keseluruhan diri orang tersebut. 

Ketika sebuah kejadian atau peristiwa berubah menjadi belief system, menjadi sesuatu yang diyakini dan dipercaya, maka dia akan bersifat nyata dan absolut. Karena sifatnya yang mutlak, maka seseorang meyakini hal itu sebagai sebuah kenyataan hidup.

Sifat realitas dalam belief system menciptakan zona nyaman (comfort zone). Pada akhirnya seseorang menjadi enggan untuk berusaha meskipun sebetulnya ada peluang atau kesempatan untuk diubah.

Coba Anda perhatikan, sejak dari kecil hingga sekarang, apa saja kejadian atau peristiwa yang Anda alami. Apakah banyak peristiwa yang mendukung kesuksesan Anda, atau barangkali banyak yang justru membuat Anda takut untuk melangkah, takut untuk mencoba karena pernah gagal?

Ya benar, kegagalan seperti tali yang membelenggu kaki sang gajah pada cerita diatas. Saat kita memaknai kegagalan sebagai hasil akhir, maka kita akan cenderung enggan atau bahkan tidak mau berusaha kembali karena kita sudah nyaman dengan kegagalan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun