"Ketika istri sudah tak lagi nge-mall, akan sering ada teriakan Pakeettt... di depan rumah. WASPADALAH !!! "
Sebuah tagline yang mungkin cukup 'horor' bagi anda para pria yang menyandang status sebagai 'suami di masa pandemi'.Â
Pshysical distancing yang digencarkan oleh pemerintah selama 5 bulan terakhir ini tidaklah cukup berarti bagi kaum penikmat shopping. Pambatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diadopsi oleh sebagian besar provinsi, kabupaten dan kota di Indonesia seolah tak mampu mengehentikan emak-emak untuk memenuhi naluri alamiahnya (lagi-lagi shopping).Â
Namun tahukah anda... faktanya 'penyakit' shopping ini tidak hanya di derita oleh kaum hawa lho, bapak-bapak dan mas-mas (kaum adam) ternyata juga tidak memiliki imun cukup kuat dalam membendung laju hasrat berbelanja.
Salah satu faktor utama mengapa shopping menjadi sebuah 'wabah' yang nikmat adalah kemudahan transaksi. Di era modern saat ini, adaptasi terhadap teknologi dan digitalisasi menjadi sebuah keharusan yang mutlak dilakukan. Transaksi jual beli antara penjual dengan pembeli tak lagi harus dilakukan secara 'live'. Apalagi ditambah dengan kondisi dimana problem Covid-19 masih belum tuntas dihadapi oleh bangsa ini.Â
Di banyak tempat masih ada pemberlakukan kebijakan pembatasan jam operasional baik akses jalan, restoran, tempat wisata, toko dan juga pusat-pusat perbelanjaan. Semua itu bertujuan untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19.Â
Oleh sebab itu sebagai warga negara yang bijak dan bertanggungjawab, maka kita harus mentaati, mematuhi serta melaksanakan semua himbauan pemerintah.Â
Presiden Jokowi dalam pidato kenegaraan pada sidang tahunan MPR di Istana Presiden hari jumat (14/8/2020) mengatakan bahwa sudah banyak negara yang mengalami kemunduran, bahkan perekonomiannya mengalami resesi.Â
Sebut saja Filipina yang sudah sejak awal kuartal II mengumumkan bahwa negaranya mengalami resesi karena penurunan ekonomi sampai 22 persen.Â