Mohon tunggu...
Anjas Permata
Anjas Permata Mohon Tunggu... Konsultan - Master Hypnotist

Trainer Hypnosis, Master Hypnotherapist, Professional Executive, Founder Rumah Hipnoterapi, Founder Mind Power Master Institute, Ketua DPD Perkumpulan Komunitas Hipnotis Indonesia (PKHI)

Selanjutnya

Tutup

Money

Transformasi Uang dari Alat Perdagangan, Identitas dan Hegemoni hingga Stabilitas Ekonomi Negara

13 Agustus 2020   17:11 Diperbarui: 13 Agustus 2020   17:14 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Uang memiliki sejarah sangat panjang sebagai alat pembayaran dan perdagangan bagi manusia. Jauh sebelum masa 'barter' manusia harus memenuhi kebutuhannya sendiri. Tidak ada perdagangan , semua kebutuhan hidup harus dipenuhi dengan mengandalkan hasil alam. Kehidupan manusia bergantung kepada ketersediaan sumber daya alam dan iklim. 

Setelah populasi mengalami peningkatan maka manusia berubah menjadi makhluk sosial. Adanya interaksi antar manusia ini memunculkan sebuah sistem baru dalam pemenuhan kebutuhan hidup dengan saling bertukar barang (barter). Sistem barter ini sendiri kemudian mengalami permasalahan ketika seseorang dengan lainnya tidak bersepakat terhadap nilai narang yang ditukar. Hingga akhirnya muncul ide untuk menciptakan uang komoditas yakni barang-barang yang 'disepakati' bersama nilainya dan digunakan sebagai alat pembayaran misalnya teh, tembakau, beras, garam dan biji-bijian. Pada masa 9000 hingga 6000 tahun sebelum masehi, uang komoditas mengalami perkembangan pesat dan berubah menjadi komoditas hewan ternak.

Pada 1200 tahun sebelum masehi, para pedagang dari China dan India mulai menggunakan cangkang kerang atau molusca sebagai alat perdagangan (disebut dengan istilah Cowrie). Di Eropa pun mulai berkembang hal serupa dengan istilah 'Wampum'. Dan di banyak negara lain sistem ini mulai populer dengan fisik yang berbeda-beda tergantung dari perkembangan peradaban di negara tersebut.

Jack Weatherford dalam bukunya berjudul "The History of Money" (terbit tahun 1997) menuliskan bahwa uang pertama kali di populerkan oleh bangsa Lidya (sebuah negara di kawasan Yunani) pada sekitar 600-1000 tahun sebelum masehi. Bangsa Lidya menyadari bahwa kepraktisan dalam kegiatan perdagangan adalah hal yang penting, namun disisi lain juga tanpa mengurangi 'nilai' dari alat tukar yang dipakai. Sehingga mereka menciptakan uang koin yang terbuat dari campuran emas dan perak. Terobosan ini tergolong cukup revolusioner pada masa itu, dan efeknya perekonomian bangsa Lidya maju pesat.

Uang kerajaan Lidya. Sumber: coinace.com
Uang kerajaan Lidya. Sumber: coinace.com
Karena semakin banyaknya permintaan uang koin membuat bahan baku emas dan perak mengalami kelangkaan. Muncullah ide dari bangsa Mesopotamia dan Yunani untuk menciptakan 'uang kertas'. Bangsa China melalui salah satu tokohnya yang bernama Tsa'i Lun dari Dinasti Tang juga menemukan dan memperkenalkan uang kertas sebagai alat perdagangan.

Awalnya kertas tersebut adalah catatan harta kekayaaan orang-orang China, namun berubah menjadi alat perdagangan yang diakui. Berawal dari situlah hingga saat ini semua negara yang berdaulat menciptakan uang nya dengan bentuk, emblem, logo dan warna masing-masing kemudian disiarkan di seluruh penjuru dunia. 

Dengan semakin pesatnya perkembangan jaman, menuntut aktivitas perdagangan tidak hanya dilakukan antar manusia dalam suatu negara melainkan juga perdagangan antar negara. Sehingga uang kemudian menjelma menjadi sebuah identitas dan hegemoni suatu negara. Mata uang negara satu dengan negara lainnya memiliki nilai bervariasi yang kemudian kita kenal dengan istilah 'Nilai Tukar' (Kurs).

Faktor paling utama yang membuat mata uang bernilai tinggi adalah kekuatan-kekuatan pasar atas permintaan dan penawaran mata uang tersebut. Untuk dapat meningkatkan nilai mata uang suatu negara maka diperlukan stabilitas ekonomi dengan berbagai kompleksitas parameter fundamental. Oleh sebab itu, negara melalui pemerintahnya memiliki tanggung jawab yang besar untuk menciptakan stabilitas ekonomi. 

Faktor lainnya yang bisa sangat berpengaruh terhadap nilai mata uang adalah 'inflasi'. Jika inflasi suatu negara lebih tinggi dibandingkan negara lain, maka nilai mata uangnya pun cenderung mengalami pelemahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun