Mohon tunggu...
Faridhian Anshari
Faridhian Anshari Mohon Tunggu... -

Seorang spectator sedari kecil yang "kebetulan" menjadikan sepakbola sebagai teman dan ramuan dalam eksperimen ajaibnya.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Potret Wanita dalam Bingkai Sepak Bola Indonesia

21 April 2018   14:35 Diperbarui: 21 April 2018   14:43 1348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar dari sidomi.com

Puluhan tahun lalu, beberapa nama seperti Papat Yunisal hingga Wiwi H Kusdarti sempat menghiasi hampir seluruh headline koran kenamaan di Indonesia. Dari berita yang menuliskan kehebatan mereka, hingga berita yang mencerca apa yang mereka lakukan turut menghancurkan akhlak anak bangsa. 

Sebenarnya, apa sih yang spesial dari nama tersebut. Kok bisa-bisanya seheboh itu? Tebakan pertama dari anda, pastilah pemilik kedua nama tersebut adalah wanita. Lah wong jelas, dari jenis namanya saja keliahatan. Belum lagi pengaruh judul yang memaksa anda dapat menebak dengan cepat. Namun, yang lebih spesial lagi adalah ketiga nama tersebut merupakan wanita yang bermain sepakbola. Yup, sebuah olahraga yang lazimnya ditekuni oleh kaum pria.

Jelas rasa terimakasih sebesar-besarnya wajib disematkan kepada gadis Jepara ayu nan pemalu, bernama Raden Ajeng Kartini. Berkat gerakan persamaan hak-hak wanita di Indoneisa yang didengungkannya, membuka lembaran baru dalam wujud perubahan sosial di Indonesia. Wanita mulai dihargai dan derajatnya disetarakan dengan kaum lelaki. Campaign tradisional yang sudah terjadi berpuluh-puluh hingga ratusan tahun lalu itu, masih berbekas dan terus berkumandang hingga hari ini. 

Berkat Kartini, yang mengawalinya dengan kumpulan suratnya yang kemudian menjelma menjadi sebuah buku nan legendaries berjudul "Habis Gelap Terbitlah Terang". Buku tersebut sukses membawa angin segar untuk para wanita yang terus berhembus hingga hari ini di Indonesia, dan sepoi-sepoinya juga meniupkan semilir kedalam ranah sepakbola di Indonesia.

Mumpung dalam rangka memperingati hari jadi Kartini (diperingati setiap 21 April), saya ingin memberikan standing ovation selama mungkin untuk beliau. Berkat gadis Jawa tersebut, bangsa Indonesia sempat dihiasi oleh pemimpin wanita dalam wujud Megawati Soekarnoputri. Belum lagi berjejer para menteri wanita yang menghiasi kabinet pemerintahan di Indonesia. 

Dimana segala wewenang para menteri wanita tersebut selalu dianggap serius dan sudah tidak ada lagi diskriminasi yang mempertanyakan kemampuan mereka dalam memimpin departemen hingga mengurusi spesialisasinya. Jika masih ada yang macam-macam, saya yakin Ibu Susi Pudjiastuti tidak segan-segan mem-BOM anda. 

Namun yang paling simple dan saya yakin mengena langsung kepada kehidupan anda, serta saya  adalah dapat melihat nenek, ibu, hingga istri saya bekerja demi "pride" nya dan memktikan bahwa hidup bukan melulu di dapur menanak nasi.

Perputaran waktu yang disejajarkan dengan cerita para wanita yang terus berjaya dari masa ke masa, juga sampai dan mengakar masuk kedalam sepakbola Indonesia. Walau sepakbola wanita kita sempat mati suri, namun sekrang perlahan-lahan mulai merangkak bangkit, dan bermimpi suatu hari dapat bertanding melawan Martha dan kesepuluh wanita hebat Brazil lainnya dalam Piala Dunia Wanita yang sudah lama diakui oleh FIFA.

Keberadaan wanita yang tidak bisa dianggap setengah-setengah juga menghiasi kabinet PSSI yang merupakan "orangtua" sepakbola Indonesia. Nama wanita muda nan jenius, Ratu Tisha yang kini bertahta sebagai sekertaris Jendral PSSI periode baru. Gerak-geriknya dirasa memberikan angin segar dalam kepengurusan PSSI yang dulunya hanya diisi laki-laki dan orang tua saja. Beberapa perubahan coba diberikan oleh Ratu Tisha, dikala "bos besar" sedang cuti menjalankan misi pribadi. 

Berangkat dari kecintaanya kepada sepakbola yang dituangkan dalam bentuk menjadi manajer untuk klub sepakbola SMA-nya hingga menanjak ke sepakbola kampus ITB, yang terus membawanya meraih beasiswa untuk sekolah di FIFA, hingga berujung berkantor di Senayan dan dengan sigap melayani ratusan sumpah serapah masyarakat Indonesia yang "maha benar" dan hobby meng-kambing hitam-kan PSSI jika timnas bermian jelek, apalagi sampai kalah.

Terkadang saya sempat berfikir bahwa, apa yang melatarbelakangi seorang wanita menyukai sepakbola dan terjun langsung untuk berperan didalamnya. Jawaban paling masuk akal adalah "sudah menjadi hobi" dan memang "sudah terlanjur cinta" dengan permainan sebelas lawan sebelas demi memperebutkan satu bola ditengah lapangan rumput nan bergelombang. Di Indonesia sendiri, jika berbicara "wanita dan sepakbola", saya coba analisis dan bagi kedalam empat konsep yang berbeda. Dimana masing-masing konsep mewakili peran wanita yang cukup beragam dalam sepakbola tanah air.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun