Mohon tunggu...
Putri Siski Mayang
Putri Siski Mayang Mohon Tunggu... Pelajar

Ini aku, yang pandai dalam menuangkan rasa.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Memori Baik Itu Ternyata Bertemu Dengan Kalian!

28 September 2025   17:34 Diperbarui: 28 September 2025   17:34 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto with Kelas X-5

Helloo teman-teman semua, kembali lagi bersama aku Mayang, mahasiswi yang baru saja menyelesaikan program magang kependidikannya atau biasanya disebut sebagai PPL yang biasanya diselenggarakan oleh fakultas pendidikan. Iya, aku adalah mahasiswi program studi pendidikan, khususnya pendidikan matematika. Ini adalah pengalaman pertama kalinya aku melaksankan magang kependidikan ini, tentunya ini dilaksanakan di semester-semester yang full mikir yah!Dalam artian semester akhir. Iya, saat ini aku baru aja memasuki semester 7, dan tepat banget magang ini dilaksanakan pada bulan agustus di tanggal 11 sampai dengan 26 September 2025. Kali ini, aku magang di salah satu sekolah di kota semarang yaitu SMA Negeri 2 Semarang, dimana semua orang tahu bahwa ini adalah salah satu sekolah favorit anak-anak semarang, apalagi sekolah ini juga menjadi salah satu impian para orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya di SMA ini. Jujur, rasanya senang sekali bisa bergabung dengan SMA 2 Semarang, walaupun dalam jangka waktu yang kurang lebih satu bulanan, tapi vibesnya itu benar-benar di luar ekspketasiku sebelumnya. Yang awalnya aku kira di SMA 2 itu ya seperti sekolah-sekolah pada umumnya, ternyata itu sangat berbeda sekali! Di SMA 2, semua fasilitas bisa dibilang sangat tersedia, dan sangat menunjang akan keberlangsungan pembelajaran yang nyaman, menarik dan pokoknya bisa dibilang sekolah disini adalah sebuah privilage yang sangat menguntungkan kalau benar-benar dimaksimalkan untuk proses belajar.

Bukan hanya dari segi fasilitas aja yang sangat mewadahi, tetapi juga keramahan dan sikap sopan santun yang tercermin pada siswa-siswi SMA 2 yang sangat teratur, dan mereka sangat welcome terhadap orang-orang yang baru masuk ke lingkungan SMA. Disini rasanya, siswa-siswinya itu bukan hanya yang taat pada aturan-aturan sekolah saja, tapi mereka juga sudah paham dan menerapkan bagaimana bersikap terhadap gurunya, karyawan, staf yang lain, bahkan kepada mahasiswa magang seperti aku pun, mereka sangat sopan, menghargai dan ini yang bikin aku merasa tersanjung dan merasa sangat dihargai ketika magang di sekolah ini. Dan ada beberapa hal yang ini menurutku sangat bagus sekali beberapa kegiatan di SMA 2 yang ini merupakan habbit baik dari sekolah ini adalah ketika dibeberapa hari tertentu, itu ada yang namanya menyanyikan lagu indonesia raya. Jadi, siapapun yang berada dilingkungan SMA 2, saat terdengar lagu indonesia raya, maka secara serentak baik siswa-siswi karyawan ataupun guru, harus posisi badan siap, dan tegak serta menyanyikan lagu indonesia raya.

Menurutku, ini adalah hal yang luar biasa, karena aku sendiri, kan udah lama gak sekolah atau ke lingkungan sekolah yah, jadi hal ini itu kayak kerenn gtu loh. Terus ada nih tiap pagi semua orang dilingkungan sekolah harus senam indonesia hebat secara serentak. Itu kayak sesuatu yang wow kerenn, wow wow kerenn. Soalnya tuh pas jamanku sekolah, ya kalau senam cuma di satu hari yaitu hari sabtu doang, kan ya. Terus ada nih disetiap jam pertama di hari tertentu itu ada literasi numerasi, jadi ibarat kata itu pengantar sebelum pembelajaran dimulai, siswa-siswi di tuntut untuk berliterasi terlebih dahulu, dengan membaca buku dan nantinya ada soal-soal lewat gform yang disediakan. Dan menurutku ini adalah program dengan gagasan yang sangat bagus ditengah-tengah para pelajar lebih senang dan condong  bermain gadget. Ini adalah langkah yang sangat konkret untuk menumbuhkan minat literasi dikalangan pelajar di era sekarang.

Yah, itu sekilas tentang vibes SMA 2, sekarang adalah saat dimana aku ingin bercerita mengenai bagaimana rasanya mengajarkan matematika ke anak SMA. Tapi di sini, aku hanya mengajar satu kelas saja, yaitu kelas X-5. Dimana kelas ini adalah kelas paling ramai dan ceria di antara kelas-kelas lainnya. Disatu kelas ini terdapat 35 siswa dengan mayoritas para ciwi-ciwi yang super aktif, dan sangat ceria, serta mudah bergaul dengan mahasiswa magang seperti aku. Ya, karena umur-umur kita juga masih terbilang sama-sama muda lah ya, aku 22 mereka mungkin sekitar 16-17 tahun. Dan yah, pertama kalinya aku ngajar di kelas ini aku disambut dengan kecerian mereka yang mendapatkan guru magang matematika, mereka begitu antusias untuk belajar matematika. Tapi apakah kamu tahu yang terjadi hari pertama ngajar matematika itu? Jujur aku sangat kewalahan dengan keaktifan mereka yang gak bisa kekontrol. Aku merasa sangat kehabisan energi di hari pertama itu. Waktu itu pembelajarannya, kan berdiskusi LKPD, jadi di awal itu mereka hanya diberikan pengenalan awal materi tanpa penjelasan lebih lanjut soal bagaimana menyelesaikan permasalahan soal dan sebagainya, karena pembelajarannya berbasis masalah, jadi aku memaksimlakannya ketika mereka berdiskusi, baru aku bisa masuk menjelaskan lebih lanjut, dari satu kelompok ke kelompok lain.  

Tapi ternyata, pembelajaran yang seperti itu bikin aku kewalahan sekali. Kayak gak ekspek bakalan yang terjadi dilapangan tuh seperti itu, padahal waktu microteaching kayaknya lebih mudah, karena emang udah disetting sih, kayak ngerasa sia-sia banget microteaching tapi malah disetting bikin dilapangan gak bisa mengontrol jalannya pembelajaran secara langsung. Ya, dari sini aku sadar si belajar ketika kuliah yang benar-benar belajar, bukan yang di ada-adain, disetting begitu, supaya pas dilapangan dan menghadapi kenyatannya bisa manage dengan baik.

Dihari kedua ngajar matematika dikelas yang sama yaitu X-5, aku mencoba untuk berdamai dan mencoba terhubung dengan anak-anak kelas X-5, dan alhamdulilahnya di hari kedua ini jalannya pembelajaran bisa terkontrol dengan luamayan maksimal, jadi dari awal pembelajaran, sampai inti dan terakhir ada refleksi, semua bisa dijangkau dengan durasi waktu pembelajaran 2 JP itu. Walaupun di hari kedua banyak kejadian kocaknya, kayak tiba-tiba ada yang bilang kepalanya sakit sebelah kanan gara-gara ngerjain soalnya, terus ada siswa yang selalu aktif tanya ini itu saat pembelajaran seputar pengerjaan soalnya kayak gimana, ada juga yang ditengah-tengah diskusi ada anak-anak yang sebenarnya mereka gak suka belajar, dan akhirnya biasanya mereka bakalan diam dipojokkan itu ada. Tapi alhamdulillahnya mereka gak berisik atau mengusik anak-anak lain yang lagi nyoba buat bisa ngerjain soalnya.

Tapi dari sini, aku jadi paham bahwa gak semua anak suka belajar, apalagi belajar matematika, orang lihat angkanya aja kadang udah pusing duluan, dan yang aku temui di kelas X-5 adalah anak-anak yang pintar biasanya akan lebih dominan tanya lagi dan lagi sampai paham sama konsep materinya, dan ada juga anak-anak yang mereka udah tahu gak bisa, dan kadang susah untuk paham, tapi malah memilih buat diam, gak ada aksi apa-apa itu, ada. Ada juga tipe yang ketika udah dijelaskan kalau menurut aku itu sudah cukup untuk bisa dipahami, tapi menurut mereka belum bisa ditangkap seperti yang aku jelaskan. Bisa dibilang loadingnya lama buat menangkap pemahaman dari orang lain. Dan dibalik semua ciri khas mereka masing-masing, aku sebagai guru magang, mencoba untuk tetap memaksimalkan pembelajaran dengan berdiskusi bersama kelompoknya, dengan LKPD, aku memaksimalkan memberikan penjelasan ditengah-tengah mereka berdiskusi, sehingga aku bisa memberikan pemahaman yang merata pada setiap siswa, serta lebih dekat dengan mereka untuk membangun hubungan di dalam keterlaksanaan pembelajaran yang baik. Dihari kedua rasanya cukup mengesankan bagi aku sendiri, walaupun aku sendiri belum terlalu hafal dengan nama mereka semua, kecuali pj mapelnya sendiri. Dan di hari kedua ini aku mencoba untuk memberikan mereka sebuah tugas untuk membuat poster bertemakan sampah yang dihubungkan dengan konsep materi SPLTV.  Awal mulanya aku berfikir bahwa pasti anak-anak bakalan ngerjain ini projek gak maksimal, tapi setelah aku melihat hasil projek poster yang mereka kumpulkan, aku merasa bangga dengan segala effort yang sudah mereka usahakan demi tugas tersebut.

Dan berlanjut di hari ketiga ngajar kelas X-5, gonggnya lagi mereka semua hampir belum kenal siapa namaku, wkwkwk. Mereka tahunya cuma ya guru matematika ppl. Sampai ada salah dua siswi yang bilang ke aku, waktu mereka nyariin aku,  ya mereka manggilnya mau ketemu bu matematika. Gara-gara ini, aku sampai kena tegur sama mereka berdua, seperti ini"ibu loh udah ngajar di kelas kita mau pertemuan ketiga tapi saya belum tahu nama ibunya loh, masa saya harus manggilnya bu matematika terus si bu." Dan dari situ aku baru ngeh kalau mereka kelas X-5 belum tahu namaku kecuali pjnya, wkwkw. Emang waktu di pertemuan ngajar pertama kali itu jujur aku gak memperkenalkan diri ke mereka, main langsung satset KBM dimulai, belajar matematika langsung tanpa babibu haha. Alhasil ketika salah satu dari mereka bertanya seperti itu, aku jawab, panggil saja bu mayang. Dan semenjak itu, anak-anak yang lain juga mulai tahu namaku lewat perantara si anak satu ini wkwk. Tapi yang paling membuat senang adalah mereka menerima aku sebagai guru matematika mereka walau hanya 1 bulan aja. Dari pertemuan mengajar ke tiga ini aku mulai hafal nama-nama mereka dan mukanya seperti apa, dikelas bagaimana ketika bersikap,  dan ketika diluar kelas pun, sambutan hangat mereka ketika melihat aku masih terasa begitu hangat bahkan sepertinya sudah klop dengan aku.

Dihari ke-empat, aku masih mengajar kelas X-5, disitu seperti biasa pembelajaran menggunakan LKPD, namun sepertinya di hari ke-empat ini mereka sedikit mengeluh kalau harus mengerjakkan LKPD secara berkelompok lagi. Akhirnya aku coba untuk ice breaking terlebih dulu buat menyemangati mereka. Aku kira ice breaking ini akan membuat mereka kebingungan, kok bisa kayak gitu dan sebagainya, namun ternyata aku merasa sangat terbuli dengan ice breaking ini wkwkw. Iya, jadi tuh mereka satu kelas udah tahu cara main ice breaking yang cluenya bumi itu bulat, alhasil ketika aku mulai ice breakingnya mereka jawab "iya bu itu kita tahu "dan ya mereka jawabnya bener, alhasil kayak "ya udahlah gak usah ice breaking, kalau gitu, orang kalian aja udah tahu". Dengan lucunya mereka jawab, "ayoo bu ice breakingnya lanjut aja, ntar kita semua pura-pura gak tau aja bu" dengan muka yang penuh dengan senyuman mereka itu, alhasil coba aku lanjut dongg eh beneran mereka jawabnya disalah-salahin wkwkw. Alhasil ya disitu saya ketawa dong dengan tingkah mereka ini. Ini bener-bener menjadi momen magang yang gak bisa dilupakan begitu saja, karena terlalu lucu dan unik juga.

Dan menuju mengajar di hari ke-lima, dimana yaitu sesi mereview kembali materi bab yang diajarkan, lewat presentasi, aku amat kagum dengan cara mereka menyusun materi presentasi yang unik, to the poin. Ini sepertinya sangat bertentangan dengan kebanyakan mahasiswa yang kalau bikin PPT kebanyakan tulisan tapi gak mencakup poin utamanya. Dan sekelas mereka yang baru masuk kelas 10 SMA, mereka sudah cukup bagus dalam memaparkan materi presentasinya, ya walaupun gak semua anak, tetapi aku mengamati beberapa anak, yang mereka terbilang sudah cukup mahir dalam menyampaikan materi presentasi dengan baik tanpa harus yang full bacain ppt. Dilain sisi, aku senang ketika bisa berbaur dengan mereka, hal ini membuatku lebih mudah ketika mengajarkan matematika.  Dari hal ini, aku jadi paham satu hal bahwa "kehadiran guru diruang kelas bukanlah sebagai pemerintah siswa untuk belajar, untuk mengerjakkan tugas, ataupun tunduk dan patuh terhadap segala aturan yang diberikan guru, tetapi lebih ke arah dimana kehadiran guru diruang kelas seharusnya menjadi teman belajar yang menyenangkan, yang membantu siswa dalam memahami materi yang diajarkan, serta bisa menjadi rumah bagi mereka yang tidak punya rumah untuk tempat bercerita." Jadi maksudnya seperti ini, ketika aku mengajarkan matematika di kelas yang aku ampu selama magang ini, aku mencoba untuk menerapkan dimana ruang kelas untuk mereka belajar, aku mencoba untuk membuat pembelajaran menjadi terasa menyenangkan dengan cara menghadirkan hati disitu. Dalam artian, ketika ada anak yang kesulitan memahami materinya, aku sebagai guru, harus langsung action mengarahkan, memberikan penjelasan lebih detail, dengan cara tidak menyalahkan atau menjudge mereka ketika sulit untuk paham. Intinya aku benar-benar memaksimalkan waktu pembelajaran untuk memfasilitasi mereka ketika belajar. Dilain sisi, kita juga harus membangun chemistry atau kedekatan dengan siswa dengan cara menjadi pendengar yang baik untuk mereka. Karena kadang, dari menjadi pendengar yang baik bagi mereka, kita sebagai guru jadi tahu bahwa ternyata ketika pembelajaran mereka kurang nyaman dengan pembelajaran model yang kita terapkan, atau ternyata mereka gak suka dengan cara mengajar kita, sehingga mereka bahkan tidak antusias didalam pembelajaran. Sehingga ini dapat menjadi bahan evaluasi bagi kita sebagai guru. Karena terkadang yang terjadi dilapangan guru selalu menyalahkan para siswanya, ketika siswa tidak paham dan mengerti. Padahal bisa saja hal itu disebabkan oleh cara guru mengajar juga.

Dan tibalah di pertemuan mengajar terakhir, dimana mereka menghadapi ulangan harian. Dan kamu tahu, yang terjadi saat ulangan apa?Aku mencoba membuat ulangan menjadi lebih santai dengan mengizinkan mereka untuk memakan cemilan ketika ulangan. Jadi, ketika mereka pusing dengan angka-angka yang ada disoal, mereka menjeda terlebih dulu pengerjaannya, dengan memakan cemilan. Hal ini dilakukan agar persepsi siswa yang selalu takut dengan yang namanya ulangan, berganti ke arah bahwa ulangan itu sederhana. Mereka tinggal belajar maksimal, mengerjakkan soal yang ada, dan memaksimalkan pengerjaanya agar hasilnya pun maksimal. Tapi, ada kejadian menarik lagi nih saat ulangan, dimana ada dua siswa yang mungkin merasa udah pusing banget sama soal matematika, mereka merefreshnya dengan main billiard menggunakan kelengkeng dari program MBG, wkwkw. Dan ini lucu yah kalau kataku mah tingkahnya, sudah aku tegur sebenarnya, cuma ya begitu, mereka bilang "bu kita main bentar bu, soalnya udah pusing banget bu"wkwkw. Heuhhh tingkah gen-z sekarang yah benar-benar diluar dugaan gurunya. Tapi alhamdulliahnya, setelah aku koreksi hasil ulangan mereka, beberapa bahkan lebih dari 10 siswa yang hasilnya maksimal, walaupun sebagian memang masih terbilang belum maksimal, mungkin berkaca lagi bahwa ini bukan murni kesalahan mereka, pasti aku sebagai guru juga ikut andil didalamnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun