sumber : tribunenews
Terus terang saya kebingungan mencari jurisprudensi dan referensi ilmiah  yang bisa menjelaskan tragedi budaya yang terjadi di Jakarta.  Diawali dengan hasil perhitungan quick count sudah tampak kekecewaan simpatisan pasangan nomor 2.  Izinkan saya menyampaikan istilah tragedi budaya bersebab peristiwa ini sungguh sangat luar biasa sepanjang sejarah kota jakarta. Tragedi dalam konotasi positif tentunya. Tragedi budaya  pasca pilkada dan mencapai titik tertinggi ketika Ahok di penjara.
Sebagai warga Jakarta saya memahami kekecewaan pendukung Ahok.  Pemahaman ini bukan karena rasa toleransi namun lebih jauh dari itu karena kami sama sama tinggal di  ibukota.  Ada rasa prihatin menyesak di dada ini dan ada pula rasa heran berkepanjangan.  Namun semua itu saya pikir merupakan peristiwa budaya masih dalam batas batas nilai kewajaran.
Bentuk dukungan kepada Ahok sungguh sangat luar biasa. Ribuan cahaya lilin memenuhi malam kelam di depan tugu proklamasi.  Lilin itu seolah melaporkan kepada alam semesta bagaimana suasana hati ketika orang yang dianggap baik malah masuk bui. Demikian pula dengan bentuk keprihatinan mulai dari papan bunga di Balaikota sampai ke lapas cipinang  dan mako brmob.  Kemanapun Ahok diikuti.
Moment ini menjadi catatan sendiri bagi dunia internasional.  Mereka  ikut memantau peristiwa budaya yang arang terjadi.  Hanya saja saya pikir lambat laun tingkat emosi saudara pendukung Ahok akan mencapai titik tertentu dimana kesadaran akan penghormatan terhadap kenyataan tegaknya hukum menjadi ujung dari rasa keprihatinaan itu.
Hakim telah memuutuskan Ahok bersalah dan dihukum 2 tahun penjara. Â Hakim sebagai wakil pemerintah dan juga wakil Tuhan dalam mememutuskan perkara tentu mempunyai tanggung jawab dunia akherat. Â Presiden Jokowi menyatakan bahwa kita harus menghormati keputusan pengadilan. Â Disamping itu Beliau juga mengatakan upaya banding dari pihak Ahok pun harus dihormati dalam mencari keadilan sampai pada Mahkamah Agung.
Ada baiknya pembelajaran dalam menuju kedewasaan berpolitik di bawa kepada pendekatan budaya. Politik seyogyanya hanya berlaku pada masa pilkada saja yaitu ketika keberpihakan itu tak terhindarkan. Namun setelah pilkada selesai maka mesin politik hendaknya terhenti dengan seketika karena fungsinya telah selesai.
Kini saatnya warga lebih mengedepankan pendekatan budaya. Â Pada dasarnya kita sama sama warga Jakarta mempunyai kepentingan yang sama dalam hidup dan kehidupan. Â Apakah itu mencari nafkah atau melaksanakan kepentingan lainnya. Kota ini tentu kita harapkan selalu dalam suasana kondusif untuk berakitivitas. Mewujudkan Jakarta aman dan tertib serta nyaman bukan saja tangung jawab aparatur negara namun kontribusi warga sangat berperan dalam membangun kota asri bebas dari huru hara.
Biarlah pedang hukum bekerja sebagai mana mestinya. Â Karena sesungguhnya apabila semua warga mentaati azas hukum yang berkeadilan maka separuh dari permasalahan di negeri ini akan terselesaikan dengan sendirinya. Sekali lagi saya sangat memahami sikap saudara saudara pendukung Ahok. Â Pada saatnya kita wajib bekerja seperti biasa, memang memerlukan waktu untuk menerima kenyataan ini namun hidup terus tetap berjalan dan solidaritas itu sudah disampaikan.
Salamsalaman
TD Â