Â
Ada alasan khusus kenapa saya harus hadir di acara Kuliah Umum bertajuk Merajut Papua Dalam Bingkai NKRI. Alasan tersebut tidak lain tidak bukan bersebab  ada nuansa mengkokohan  4 Pilar Kebangsaan terutama Bhineka Tunggal Ika.  Sebagai Alumni kami merasa bersyukur dan terpanggil menyelenggarakan Kuliah Kebangsaan kesekian yang digagas Iluni Pasca Sarjana sebagai bentuk kepedulian atas nasib bangsa dengan menghadirkan para Pejabat Publik dan pakar pada bidangnya
Papua adalah bagian tidak terpisahkan dari Nusantara yang direbut berdarah darah dari penjajah Belanda dalam operasi fenomenal Trikora. 53 Tahun telah bergabung dengan Republik Indonesia. Papua mengalami perubahan dahsyat terutama era pasca reformasi.
Disamping itu kehadiran putra putra terbaik Papua di agenda rutin Kuliah Kebangsaan yang digagas Ikatan Alumni Pasca Sarjana Universitas Indonesia menunjukkan kepedulian kita semua dalam merajut persatuan.
Putra Terbaik Papua yang menjadi Nara Sumber  adalah Mayor Jenderal TNI Herman Asaribab Pangdam XVII/Cendrawsih, Irjen Pol Drs Paulus Waterpauw Kapolda Papua, Bupati Kabupaten Puncak Papua Willem Wandik, Bupati Kabupaten Marauke Frederickus Gabze. Selain itu Direktur PT Freeport Tony Wenas dan Tokoh Masyarakat Papua Mantan Dutabesar Columbia Michael Manufandu.
Para pembicara jauh jauh datang dari Papua tampaknya sangat serius menyampaikan permasalahan dan usulan solusi dengan menyiapkan makalah dan bahan presentasi. Itulah eloknya ketika permasalahan disampaikan langsung oleh para pemangku jabatan bukan dari pihak ke -- tiga.
Populasi penduduk 2,3 Juta dihamparan 421, 981 kilometer persegi menggambarkan betapa luas dan sepinya daratan  berbelantara hutan tropis yang sedemikian sulit ditembus.  Oleh karena itu wajar saja Papua menjadi titik central perhatian dunia berkaitan dengan kekayaan alam serta potensi pariwisata yang belum optimal dikembangkan.
Sehingga jarum jatuh saja di Papua menjadi berita dunia, apalagi ketika akhir akhir ini timbul kerusuhan. Mayjend Herman mengharapkan Kuliah Umum  menghasilkan formula effektif untuk bersama menjaga persatuan dan kesatuan NKRI di Papua. Oleh karena itu Civitas Akademika Universitas Indonesia diharapkan menjadi pelopor menyusun perumusan solusi adequad dalam upaya merajut Papua dalam bingkai NKRI.
Tokoh Masyarakat Papua Michael Manufandu mengutarakan bahwa NKRI patut bersykur bahwa di Papua masih berlaku Bahasa Indonesia.  Justru inilah perekat yang sangat kuat sebagai tanda tak terbantahkan bahwa Papua memang bagian terpenting dari Indonesia Raya. Pendekatan Top Down tidak cocok di Papua, menurut beliau Bottom Up  oriented dalam artian aspirasi rakyat yang wajib di penuhi.  Ide / pemikiran memindahkan Ibukota ke Pupua menarik juga untuk dibahas agar negeri indah permai tidak akan pernah terlepas.
Irjen Pol Drs Paulus Waterpauw  mengatakan bahwa bicara tentang Papua sangat berbeda dikaitkan dengan dimensi waktu.  Bicara Papua 10 tahun lalu bahkan 2 tahun lalu sangat berbeda dengan kondisi saat ini.  Terjadi perkembangan luar biasa pesat di bidang pembangunan dan pendidikan terutama di masa pemerintahan Presiden Jokowi.
Menurut Paulus Waterpaow yang merasa di her ketika penugasan ke 2 sebagai Kapolda Papua, terdapat 4 Â generasi turun menurun di negri cendrawasih. Â Generasi tersebut yaitu
- Generasi Babat Alas tahun 1960Â
- Generasi Kapal Barang tahun 1970
- Generasi Ka[al Putih tahun 1990
- Generasi Garuda tahun 2010
Deskripsi generasi tersebut mengambarkan perubahan Papua dikaitkan dengan kemajuan teknologi informasi dan transportasi. Â Papua pada tahun 1960 terasa sangat jauh sekali, perlu berbulan bulan bisa sampai di Pulau Jawa. Transportasi kapal barang penuh dengan manusia dan logistik serta hewan berbaur semua menempuh samudra antara sampai atau tidak.
Justru yang dikuatirkan saat ini adalah Generasi Garuda.  Menurut Kapolda Papua peristiwa yang terjadi di kota Malang menjadi pemuncak kemarahan dan kekecewaan  generasi muda Papua.  Mereka merasa di persekusi oleh saudaranya sendiri. Saat ini  hanya 95 orang saja  dari 3000 mahasiswa yang bersedia kembali melanjutkan kuliah ke pulau Jawa.  Selainnya masih di Papua dengan pemikiran milenial ditengarai oleh penyebaran informasi melalui internet diantara generasi muda tersebut.Â
Akumulasi kekecewaan mahasiswa tidak boleh dianggap enteng. Apalagi dengan kemajuan komunikasi mereka terhubung secara mudah dan cepat dengan dunia interasional. Dengan demikian aspirasi kekecewaan bisa saja mendapat dukungan dari para pihak yang mempunyai kepentingan terselubung terhadap tanah papua.
Mahasiswa tidak bersedia pulang melanjutkan kuiah  ke Jawa.  Saat ini mereka menyebar di perkampungan dan tentu mempengaruhi pula generasi muda khususnya mahasiswa di perguruan tinggi Propinsi Papua.  Pola pikir "melawan" pemerintah yang syah seperti nya sudah ada di benak mahasiswa akibat trauma yang meletup di Asrama Papua kota Malang.
Tampaknya generasi Papua tidak lagi respek kepada pejabat ketika akan dibangun komunikasi atau dialog.  Mereka jelas menjaga jarak. Apakah sikap  menyiratkan ada resolusi pemisahan dari NKRI  ketika  kepedulian dan sikap pemerintah tetap tidak berubah dari pendekatan keamanan. Trauma Pepera dalam catatan sejarah turun menurun harus diubah kepada pendekatan kesejahteraan. Â
Menanggapi kondisi rawan seperti ini Anggota DPR RI dari Fraksi Gerindra Martin Hutabarat mengatakan perlu dilakukan dialog intens dari hati ke hati dan terus menerus untuk merangkul kembali generasi muda Papua.  Sikap Pemerintah Pusat sebaiknya lebih mendahulukan komunikasi 2 arah dengan generasi muda ketimbang melakukan pemekaran wilayah melalui pembentukan Propinsi baru.Â
Pangdam Cendrawasih sekali lagi mengingatkan kepada siapapun dalam pernyataan menggugah hadirin.  Beliau mengatakan jangan anda bicara tentang Papu apabila belum pernah menikmati syedapnya Papeda. Makna yang tersirat dari pernyataan Mayjen TNI Herman siapapun boleh bicara Papua tetapi jangan dari sisi " jauh".  Datanglah ke kesini lihat bagaimanan situasi kondisi rakyat.  Setelah itu silahkan bicara tentang Papua. Tentu pendapat anda akan berbeda.
Pada sessi terkhir Kapolda Papua Drs Paulus Waterpauw mengingatkan bahwa pada tahun 2021 Otonomi Khusus Papua berakhir. Â Inilah titik rawan yang harus disikapi dengan bijak dikaitkan dengan mind set generasi muda Papua. Â Sepertinya hanya ada 2 pilihan, Pemerintah melanjutkan otonomi khusus atau pilihan lain yang tidak terduga.
Point yang ingin disampaikan disini bahwa Iluni Pasca Sarjana telah menggagas agenda Papua  secara komprehensif dengan menghadirkan para pejabat dan tokoh masyarakat yang paham benar tentang seluk beluk Papua. Ketua Umum Iluni Pasca Sarjana Dr Audrey Tangkudung,  patut diberikan tepok tangan meriah mampu menggaet Bapak Tony Wenas Direktur PT Freeport sehingga Kuliah Umum  berhasil memberikan kontribusi bermanfaat untuk Indonesia Raya.Â
Kuliah Umum Kebangsaan  tentu tidak berakhir di Gedung IASTH lantai 3 Kampus UI Salemba.  Perlu dirumuskan Resolusi kepada Pemerintah apa solusi terbaik mensejahterakan Papua berdasarkan ungkapan hati dan kejujuran Para Pejabat penyambung lidah rakyat.  Membedah Papua tidak semudah membedah buku tetapi  lebih jauh dari itu  bagaimana menciptakan ungkapan keabadian Generasi Muda Tanah Cendrawasih Papua Memiliki Indonesia bukan lagi Papua Milik Indonesia.
Salamsalaman
YPTD
Â
Â