Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Tupat Say", Apa Sih Maksudnya?

30 Oktober 2019   19:27 Diperbarui: 30 Oktober 2019   19:33 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Entah disengaja atau tidak.  Entah dia paham atau tidak.  Entah dia peduli entah tidak sudah tidak menjadi persoalan lagi.  Dia terus saja berjalan lambat ketika tidak hujan.  Berjalan bergegas ketika hujan.  

Dialah penjual ketupat sayur  keliling yang saya temui di Gang Said depan Pasar Induk Jakarta Timur.

Bagi seorang jurnalis segala sesuatu bisa ditulis.  Contohnya kehidupan seorang penjual jajanan keliling yang menjadi inspirasi ketika di dagangn tertulis kosa kata TUPAT SAY.  

Seketika saya tertawa dalam hati,  Pasalnya ada kata say.  Terbanglah imajinasi ke soal cinta cintaan anak muda kasmaran nan acap mengatakan Say kepada sang kekasih.

Sodara, Say itu kependekan dari sayang. Tentu semua warga paham bersebab mereka pernah mengucapkan kosa kata itu pada zamannya. Si penjual ketupat sayur  itu terus saja berjalan sembari berteriak tupak tupat tupat.  

Entah mengapa para penjaja keliling ini suka menyingkat komoditas dagang. Tetapi memang demikianlah adanya, ketupat di singkat jadi tupat.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Sekali lagi tulisan yang seharusnya ketupat sayur entah mengapa menjadi tupat say.  Apakah ada hurf yang tereliminasi.  Atau huruf itu terkelupas karena kena terik panas dan kebasahan hujan. Lucunya kata sayur menjadi say tentu menjadi bahan gelak ketawa. 

Yes ketupat sayur jajanan untuk makan pagi sebenarnya.  Tetapi si abang terus saja berjalan mengikuti rute harian.  Biasa saja dia berjualan sampai siang hari.

Nah ngomong ngomong jajanan ketupa sayur, saya memiliki langganan sendiri di kedai si Uni dekat Perumahan Bumi Harapan Permai.  Bukan karena si Uni orang minang sehingga ketupat sayurnya memang spesial enak.  Kedai ini saya bisa pesan teh talua (teh telor).  Inilah keistimewaan Kedai si Uni walau warungnya kecil tetapi selalu ramai bersebab masakan khas padang memang enak sekali.

Tupat Say, terus berjalan.  Saya tidak sempat melakukan wawancara ke si Abang.  Mungkin pada lain kesempatan mau tanya tanya juga apakah dia sadar tulisan tupat say itu sudah di posting di kompasiana.com. Selain itu makna say si abang penjaja kuliner  jalanan ini memang dia sengaja menulis say untuk sensasi saja.

Point yang ingin saya sampaikan disini bahawa kehidupan warga dengan segala macam pekerjaan ternyata sangat unik.  Ambil positifnya saja sebagai hiburan bahwa segala sesuatu yang kita jumpai dalam kehidupan sehari hari adalah inspirasi untuk di beritakan kepada khalayak.  Saya itu  bisa dipanjangkan menjadi sayur, saya, dan,...sayang,...hahahahaha

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun