Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Merindukan Juru Bicara Istana Sekelas Julian Aldrin Pasha

1 Februari 2019   09:17 Diperbarui: 1 Februari 2019   20:15 2180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Susilo Bambang Yudhoyono (kiri) berbincang dengan Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha. KOMPAS IMAGES/RODERICK ADRIAN MOZES

Era modernisasi teknologi informasi tak pelak secara perlahan menggerus budaya anak manusia terutama pada pola komunikasi. Bukan saja kehadiran telepon seluler yang menyita waktu, namun media tontonan televisi juga mempengaruhi tingkah laku. Mempengaruhi tingkah laku akan dan sedang dialami anak-anak dalam masa perkembangan sebab buruknya kualitas tontonan.

Siapa yang bisa menahan atau memfilter jenis tontonan nan tersaji setiap hari. Dari waktu ke waktu tontonan yang tidak mendidik akan mengubah pola pikir dan kemudian berlanjut ke pola tindak. 

Lihat saja tontonan tidak mendidik telah merasuk jiwa anak-anak sehingga acap terpapar di media sosial perilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan usia biologis.

Kali ini awak tak hendak lebih jauh membahas sebab akibat tontonan kepada generasi muda. Izinkan pada kesempatan ini menyampaikan salah satu kegalauan warga yang bersumber dari tontonan televisi. 

Tontonan itu berasal dari tampilan para birokrat apakah dari eksekutif, yudikatif dan legislatif. Tentu saja tak elok menyama ratakan semua orang yang acap muncul di televisi.

Tak disangkal terkadang kita "terpaksa" disuguhkan tontonan nan tidak sedap dipandang mata dan kemudian merusak suasana hati. 

Beberapa oknum pesohor itu terkadang memang menyebalkan bukan saja dari narasi ungkapan tetapi dari gestur tubuh tak enak dilihat. Belum persoalan wajah yang sebenarnya cukup standar namun ketika dirasuki emosi maka terlihat seperti orang kehilangan akal.

Sumber dokumentasi media.com
Sumber dokumentasi media.com
Nah ke mana tulisan ini akan tertuju? Awak teringat dengan para Juru Bicara Istana. Mulai dari Bapak Harmoko, Murdiono di Orde Baru kemudian Andi Malarangeng, Julian Aldrin Pasha dan terakhir Johan Budi pada Era Presiden Joko Widodo. Apa kesamaan dari para Jubir ini. Kita sepakat mereka santun bahkan sangat santun walupun berada di ring satu kekuasaan.

Para jubir ini tahu diri dan selalu berpegang pada tugas pokok dan fungsi bahwa mereka hanyalah juru bicara buka pembuat kebijakan. Mereka menyampaikan ke publik kebijakan Presiden tanpa mengurangi dan menambah dalam bahasa yang bisa diterima dan dimengerti khalayak. Mungkin bukan kebetulan wajah para Jubir cukup ganteng enak dipandang.

Oleh karena itu ada baiknya pihak istana meneruskan tradisi jubir yang elok dipandang mata. Teduh dan meneduhkan dan tidak membuat kegaduhan baru. 

Perlu disadari Istana sebagai sumber berita dari pimpinan tertinggi pemerintahan seyogyanya memberikan aura positif ke media sosial dan ke rakyat. Jubir memegang peranan yang sangat penting dalam pencitraan Istana.

Sumber dokumentasi kompas.com
Sumber dokumentasi kompas.com
Awak berpikir apakah masih bisa berharap pemerintah berkuasa menghadirkan seorang Jubir istana itu sekelas Julian Aldrin Pasha. Sosok yang tidak pernah meledak ledak dan sangat disukai wartawan dan juru foto. 

Seorang intelektual di kalangan istana bukan membela Pimpinan mati matian tetapi tetap bersikap tenang ketika sang boss mendapat hujatan.

Bapak Presiden sudah tepat menghadirkan sosak Pejabat Setneg dan Seskab yang boleh dikatakan cukup sabar dan santun. Namun untuk juru bicara pengganti Johan Budi apakah sudah diangkat Juru Bicara resmi istana.

Atau Bapak Jokowi sudah cukup sendirian bicara di antara kesibukan kerja. Sementara pihak media disuguhkan orang istana yang rasanya kurang enak dipandang mata. Bahkan anak-anak kecil takut sehingga menghindar dari tontonan yang kurang memberikan contoh bagaimana bicara yang sopan santun dan enak dilihat.

Sesekali boleh juga Juru Bicara Istana itu seorang wanita. Banyak pilihan terbaik seperti presenter kondang Ira Kusno, Rossi atau Najwa. Kalau tidak Tantowi Yahya juga boleh agar masyarakat bisa lebih adem ayem menyaksikan Jubir yang selain cantik dan ganteng tetapi juga berkualitas intelektual. 

Sehingga segawat apapun kondisi pemerintahan bisa di damaikan atau paling tidak Sang Jubir jangan sampai membuat suasana politik semakin gaduh.

Ya apa boleh buat, sementara ini untuk menghindar dari tontonan itu secara pribadi melakukan filter di televisi. Caranya simple yaitu mematikan atau memindahlan channel siaran TV ke hiburan nyanyian dan tarian, olahraga atau lawak yang sebenarnya lawakan.

Menghindari tontonan perdebatan pesohor penuh emosi kecuali Program Indonesia Lawyer Club (ILC). Datuk Karni Ilyas mampu menyuguhkan tontonan perdebatan menarik dalam artian bisa mengendalikan tingkah polah para pesohor yang terkadang lupa daratan.

Salamsalaman

TD

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun