Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ini Dia Sosok si Planga Plongo Versi Mukidi

2 April 2018   06:27 Diperbarui: 2 April 2018   07:51 863
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ceritamukidi.wordpress.com

Mukidi terpaksa muncul lagi ditataran nasional. Turun gunung istilah sahabat kental Mukidi. Memang cukup lama juga khalayak tidak mendengar celoteh manusia aneh bin ajaib ini. 

Pola pikir dan cara bertindak Mukidi bolehlah dibilang berbeda dengan orang kebanyakan.  Ada saja  sesuatu yang baru diucapkan atau dilakukan manusia asli pribumi tanpa  permisi atau bahkan tanpa intimidasi namun sarat inspirasi.

Melalui  berita kanan kiri tetangga  Mukidi mendapat informasi terkait kisruh  istilah Planga Plongo.  Tidak seperti orang biasa yang paham jejaring  internet dimana segala sesuatu selalu bertanya kepada mbah goegle atau  tante yahoo.  Mukidi seperti biasa melakukan prosesi semedi sembari  membuka primbon warisan guru spiritual reliji.

Planga plongo menurut hemat  Mukidi adalah anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Tidak musti bahasa tubuh  planga plongo tetapi jiwa juga bloon.  Bisa jadi jiwa si planga plongo  adalah jiwa kesatria sebagai bentuk akhlak mulia rendah hati.   Jiwa   mengendalikan raga.  Oleh karena itu jangan tertipu oleh penampilan  tetapi lihatlah kesungguhan gerak gerik dan hasil karya si planga plongo  itu.

Namun jauh dari itu kearifan sikap rendah hati jangan pula  di terjemahkan sebagai pencitraan.  2 sikap ini beda tipis setipis kulit  bawang ketika seorang publik figur wara wiri kesana kesini melakukan  pekerjaan diliput wartawan.  Asalkan wara wiri itu ada kaitannya dengan  kesejahteraan rakyat bolehlah dikatakan bukan pencitraan.  Namun  sebaliknya apabila tindak tanduk pejabat tak memiliki hubungan bermakna  dengan tugas pokok maka silahkan di katakan pejabat tersebut melakukan  upaya pencitraan terselubung.

Kosa kata Planga Plongo tidak perlu  diperdebatkan kata Raden Mukidi.  Apalagi antara Partai Politik. Debat  itu hanya menghabiskan enerji tidak berguna atau tidak produktif.  Apa  hasil diharapkan dari perdebatan kusir.  Membuang buang waktu saja  sementara rakyat membutuhkan karya Partai Politik yang langsung  menyentuh kebutuhan pokok. Tuan dan Nyonya sudah paham ?  Kenapa pula  menyombongkan diri sebagai sosok lebih  pintar atau kenapa juga ingin  menonjolkan diri sebagai sosok  pembela (kosa kata planga plongo)  yang  patut di duga ada udang dibalik rempeyek.

Raden Mukidi berharap  setiap pelakon negara yang kebetulan mempunyai wewenang atau akses  publik hendaknya menahan diri.   Kerjakanlah tugas anda sesuai peran  yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa.   Jangan lari dari fitrah,   bersihkan hati karena segala tindak tanduk anda akan menjadi catatan  sejarah yang tidak bisa dihapus.  Anda harus paham bahwa pada gilirannya  akan muncul kesimpulan publik.  Kesimpulan itu sederhana saja yaitu  anda adalah seorang patriot sejati atau hanya seorang pelawak yang tidak  lucu.  Tak terbantahkan kesimpulan publik bahwa Mukidi lah sosok arief  bijaksana yang perlu diteladani (kata tetangga)

Salamsalaman

TD 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun