Mohon tunggu...
Thamrin Sonata
Thamrin Sonata Mohon Tunggu... Penulis - Wiswasta

Penulis, Pembaca, Penerbit, Penonton, dan penyuka seni-budaya. Penebar literasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ngoplah Fiksi yang Pertama: Sukses!

7 Oktober 2016   18:52 Diperbarui: 7 Oktober 2016   19:30 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
3 Kompasianer, Isson dan TS (foto:Rahab)

KutuBuku Ngoplah pada Kamis, 6 Oktober 2016 dua hari  menjelang acara besar Kompasinival 2016. Dan ini adalah sebuah acara nangkring atawa ngobrolnya Komunitas Kompasiana yang pertama tentang fiksi. Sejak blog keroyokan warga ini berdiri dan kerap ngadain acara bincang-bincang hingga dengan Nara Sumber seorang Menteri. Pada menit-menit mendekati jadwal yang dipatok pukul 14.00 masih adem-ayem. Malah rada-rada mencemaskan: jangan-jangan hanya diikuti 3 Kompasianer yang buku karya fiksinya dibedah, dibincangkan.

Tak ternyata!

“Ya, benar baru pertama kali acara tentang fiksi dilaksanakan di Kompasiana,” aku Kang Pepih Nugraha, COO Kompasiana yang hadir di penghujung acara namun menyemangati tentang acara serupa, Ngoplah. Plus ia senang jika para kompasianer yang terus membukukan karya-karyanya setelah dipublish di Kompasiana yang warganya kian membengkak tiga ratusan ribuan lebih Kompasianer. “Saya senang dan nggak segan memberi kata pengantar para Kompasianer yang membukukan karyanya,” imbuhnya. Ia seperti menandaskan sebagai pemberi kata pengantar terbanyak di negeri ini, hehehe.

Melegakan. Pertama kali,  Kompasianer yang berjumlah di kisaran 25 orang ngomongin fiksi ini berlangsung gayeng. Penuh ger-geran, dan tiga penulis fiksi: Ikhwanul Halim, Sugiyanto Hadi yang sengaja datang dari Bandung serta Edrida Pulungan yang kantornya deket dengan markas Kompasiana bisa berbagi proses kreatif padanya bagian buku yang bertajuk masing-masing: Terdampar, (Hanya Orang Gila) Yang Masih menulis Puisi, dan Perempuan yang Kutanam di Keningnya Mawar dan Kamboja.  

Tamita Wibisono, Kompasianer daerah yang belakangan kerap gentayangan di Jakarta – dan kerap mengikuti acara Kompasiana membacakan puisi “Perempuan Batu”-nya Sugiyanto Hadi. Dilanjutkan dengan puisi Perempuan-perempuan Pesisirnya Edrida Pulungan. Suarnya cukup kuat, dan bertenaga. Ia memang pantang lembek, tak suka puisi yang mendayu-dayu:

Perempuan-perempuan pesisir


Ejalah lautan dengan aksara

TS yang punya gawe – setelah menerbitkan buku 3 Kompasianer yang Ngoplah ini – meminta Edrida membaca puisi salah satu puisi yang dibukukan. Juga diikuti oleh Sugiyanto Hadi, penulis gaek dengan pembacaannya yang mendekati apa yang ditulisnya. Dan Ikhawanul Halim, nominator Kompasianer Fiksi 2016, membacakan cerpen pendeknya (flash fiction, FF) yang disebutnya sebagai sebuah kisah nyata perihal tsunami yang menimpa kota kelahirannya, Aceh.

14611052-10207668142327015-844493564427902938-n-57f78ba24423bdb813c3b449.jpg
14611052-10207668142327015-844493564427902938-n-57f78ba24423bdb813c3b449.jpg
14599708-1113913332025845-725453769-o-57f792e5c723bd5212847dcd.jpg
14599708-1113913332025845-725453769-o-57f792e5c723bd5212847dcd.jpg
Peserta Ngoplah plus admin K; Isjet dan Nurul serta Nindy tampak.

 “Menulis puisi itu seperti mengetuk-ngetuk masa lalu,” kata Edrida. Giliran kedua ngomong setelah IH yang punya kredo: satu hari satu tulisan, dan membuktikannya dengan konsisten. Bagi Ed, perempuan yang pernah ke Ubud Writter – sebuah acara pertemuan para pengarang kelas international di Ubud Bali -- ini menulis puisi adalah sebuah konsistensi dalam bentuk “cerita” singkat padat.

“Saya sebenarnya introvert. Namun setelah menulis dan berbagi di Kompasiana, menjadi lain. Termasuk bisa ngumpul-ngumpul di sini sekarang,” ujar Sugiyanto Hadi, alumni UGM yang pensiunan TVRI Bandung yang sudah menulis cerpen maupun novelet sejak 80-an itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun