Mohon tunggu...
Thamrin Sonata
Thamrin Sonata Mohon Tunggu... Penulis - Wiswasta

Penulis, Pembaca, Penerbit, Penonton, dan penyuka seni-budaya. Penebar literasi.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Foto Ketawa Gayus Dibarengi Wanita yang Berbahagia dan Keluarga Gerobag Nomaden

9 Oktober 2015   20:57 Diperbarui: 9 Oktober 2015   20:57 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

MEMBACA tulisan Tante Liza ini: http://www.kompasiana.com/hotbanget/eksklusif-foto-gayus-nyetir-mobil-bersama-perempuan_56173e8b7297738205e6d48c kita sedang menikmati pertemanan seorang Gayus Tambunan secara riang. Di mana Gayus mengendarai mobil sambil senyum dan wanita berkacamata yang tertawa bahagia, setidaknya senanglah.

Dari penjelasan penulis, Tante Liza, sesungguhnya tak ada yang baru. Kecuali lebih menebalkan, bahwa pertemuan Gayus dengan dua wanita (Kompasianer) sesungguhnya tak klop dengan keterangan resmi perihal keluyurannya sang napi – hingga ia diblusukkan ke LP Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat. Dan gambar ini telah menjawabnya. (Saya merasa percuma dengan mengunggah fotonya. Ya, kalau kemudian akan dihapus admin).

Tulisan ini tak hendak berteori atawa merasa ahli seperti yang selama ini sudah diklaim oleh teman yang lain. Sebagai ahli analis dan seterusnya. Juga tak ingin memperkeruh. Bahwa admin Kompasiana begini atau begitu. Sama saja (kayak lagu, kan?)

Apakah perlu menggugat Kementerian hukham? Itu sudah ada yang menukilkan, dari komentar yang berhamburan dan sangat bernas. Intinya, betapa seorang penilep “uang pajak” bisa hidup hepi dan bisa menikmati sebagaimana lazimnya orang bebas. Bahkan bisa ke luar negeri dan menikmati pertandingan tenis kelas internasional serta makan makanan yang sepiring harganya bisa tiga-empat kali kalau cuma makan di Warteg. Plus segelas minuman yang beda dengan es cendol Banjarnegara: lima rebu perak, cring!

Nah, tulisan ini ingin membayang-bayangkan. Betapa enak seorang Gayus, dan oleh karenanya gesture yang bisa kita tangkap adalah ia “bahagia”. Termasuk ketika terpotret secara frontal, di mana wajahnya tersenyum khas Gayus – yang nggak mungkin dipadankan dengan Brad Pitt-lah. Menyeimbangkan dengan dua wanita yang enjoy dalam pertemuan dan perjamuan entah siapa yang traktir di resto bilangan Jakarta Selatan itu.

Lalu saya membayang-bayangan manusia gerobag yang pernah dicurigai – karena kedapatan uang hingga 25 juta rupiah – sebagai laskar menyebalkan Pemerintah. Padahal, setiap saya ada di belakang mereka – sebelum menyalip – karena naik motor atawa mobil bisa angkot: menahan untuk tidak menangis. Karena apa? Mereka, si ayah menarik gerobak, sang istri berjalan di belakangnya dan anak yang rata-rata berusia di kisaran lima tahun duduk di dalam gerobak.

Adegan keluarga gerobag itu, tak pernah bisa saya potret – sesungguhnya hal mudah – karena ada di ruang terbuka dan bukan seperti Gayus, tentu. Namun, saya membayangkan, sehari-hari mereka focus untuk bisa hidup. Dengan cara mengambil apa saja yang terbuang di jalan, untuk dijual dan untuk menghidupi keluarga. Bahwa mereka nomaden atau apalah, sudah tentu. Termasuk jika ada anak yang mestinya mereka bersekolah. Belum, bagaiaman hajat mereka sehari-hari, termasuk bila suami-istri itu melewatkan kebutuhan biologis. Tak terpermanai. Sungguh.

Berbeda dengan Gayus, tentu.

Ia, Gayus, tampak hepi, dari dua foto yang bisa kita lihat-akses di ruang maya. Senyum dan ditemani wanita yang juga hepi, tertawa.

Begitu, khalayak ramai (mengutip awal tulisan Tante Liza).

Salam Kompasiana.

***

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun