dok. Gilli. T
Cerita Minggu Pagi 90
KETIKA langit meredup, aku masih mencangkung. Duduk di atas batu yang tak sempat kuelap atau kulandasi dengan selembar koran yang kubeli di Pantai sana. Mataku masih dipenuhi matahari senja merah dan membulat  tadi pelan-pelan nyungsep di peraduan air laut. Terbayang wajah cantiknya yang selalu sumringah. Di balik kacamata hitamnya, ia seperti ingin menata diri.
        "Jangan sebut ini ini sebuah cinta, T."
        "Lalu apa?"
        "Kerinduanku yang tak terbatas."
        "Apa bedanya?"
        "Kau terlalu baik untukku."
        "Trus?"
        "Ya, aku lebih dari mencintamu. Sungguh. Meski perbedaan banyak membentang."
        Dan aku peluk. Dan ia diam. Dan kami diam.