Mohon tunggu...
Thaba Pamungkas
Thaba Pamungkas Mohon Tunggu... Mahasiswa/Penulis

Menulis adalah ruang berekspresi sekaligus laboratorium pemikiran. Dan saya bukan hanya sebatas tertarik, namun juga mendalami dan mengeksplorasi tema-tema filsafat, budaya, serta fenomena sosial yang membentuk kehidupan kita sehari-hari. Di Kompasiana, saya ingin menghadirkan tulisan yang tidak hanya informatif, tetapi juga mengundang pembaca untuk merenung lebih dalam.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Il Principe: Kekuasaan Tidak Membutuhkan Moral

26 September 2025   14:58 Diperbarui: 26 September 2025   14:58 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Il Principe - Niccolo Machiavelli (Sumber: IDN Times)

Pemikiran Machiavelli, dengan seluruh daya tarik dan kontroversinya, menghadirkan dilema tersendiri dalam konteks Indonesia. Di satu sisi, ia menyadarkan kita bahwa kekuasaan tidak selalu hadir dalam balutan etika; di sisi lain, bila diterapkan secara mentah, pemikirannya bisa menjadi justifikasi bagi penindasan.

Dalam sistem demokrasi yang masih bertumbuh seperti Indonesia, adopsi prinsip-prinsip Machiavellian tanpa kendali etis justru berisiko memperkuat kultur kekuasaan yang otoriter. Kita melihat ini dalam cara elite politik memainkan opini publik, menggunakan hukum secara selektif, atau membangun citra pemimpin kuat di tengah ketimpangan struktural.

Namun demikian, realisme Machiavelli juga berguna untuk mengimbangi idealisme naif. Ia menjadi pengingat bahwa pemimpin tidak cukup hanya bermodal niat baik, tetapi juga harus mampu membaca realitas politik, mengelola konflik, dan mempertahankan stabilitas tanpa kehilangan legitimasi.

Kritik penting terhadap Machiavelli adalah absennya perhatian terhadap akuntabilitas publik. Dalam dunia modern, kekuasaan bukan lagi milik pangeran atau raja, tetapi berada dalam relasi antara rakyat dan negara. Oleh karena itu, penerapan pemikiran Machiavelli harus disaring melalui mekanisme demokrasi, transparansi, dan partisipasi publik.

Dalam konteks ini, Il Principe bukan ditolak, tetapi dikaji ulang. Ia bukan panutan, tetapi bahan diskusi kritis agar rakyat memahami logika kekuasaan dan tidak terjebak dalam pesona politik yang manipulatif.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun