Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... hanya ibu rumah tangga biasa

Ibu rumah tangga biasa yang ingin anak-anaknya sehat dan bahagia lahir batin, serta sukses dunia akhirat

Selanjutnya

Tutup

Film

Absurdnya Film GJLS: Ibuku Ibu-Ibu, Kala Penonton Tertawa di Scene Sedih dan Menangis di Scene Komedi

4 Juni 2025   19:02 Diperbarui: 4 Juni 2025   19:02 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada yang baru dari sutradara Monty Tiwa dalam menghadirkan film terbarunya berjudul "GJLS: Ibuku Ibu-Ibu". Bisa dibilang unik dan inovatif karena di film-film Indonesia selama ini belum ada yang seperti ini.

Ya sepertinya baru kali ini ada seorang sutradara berani menggabungkan klip adegan salah ("bloopers") dalam teknik penyutradaraannya. Biasanya adegan salah dibuang, kali ini menjadi bagian dari alur cerita komedi-drama ini.

Tidak heran, penonton semakin tertawa terpingkal-pingkal. Film ini meski bercerita tentang drama keluarga, tapi dikemas konyol absurd. Ditambah adegan bloopers, membuat film ini semakin jenaka.

Formula penyutradaraan itu ya hasil inovasi sang sutradara sendiri yang mengaku selama 25 tahun dalam industri perfilman, ya baru kali ini ia berinovasi seperti itu. Dan, hasilnya seru juga. Tontonan jadi lebih segar. Ya seperti melihat sutradara melakukan akrobat komedi tapi kreatif.

"Grup komedi GJLS yang acak-acakan gitu, kalau enggak dijahit sama alur cerita yang tepat selama 90 menit, pasti bikin bingung, kan? Kami punya tanggung jawab untuk mengemas ini agar penonton-penonton lain yang belum kenal mereka bisa tetap menikmati," kata Monty, usai press screening, di Senayan City XXI, Jakarta, Selasa 3 Juni 2025.

Lantas, teori perfilman apa yang dia gunakan? Monty mengaku tidak tahu harus menyebut apa. Dalam teori di film-film memang ada teori "breaking the fourth wall", tokohnya bisa ngomong langsung ke penonton. Monty mengaku tidak ada "racikan khusus" yang disiapkannya. Justru GJLS-lah yang menjadi racikan itu sendiri.

Nah, di GJLS ada yang lebih ekstrem, karakternya sampai ngomong langsung ke sutradara. "Sepertinya tidak ada teorinya, pemain bisa ngomong langsung sama sutradara. Tapi di sini, saya ingin membuatkan film GJLS yang ada Monty-nya, bukan film Monty yang ada GJLS-nya. Saya siapkan panggung ini buat mereka," kata Monty tertawa.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Menurut Monty film berdurasi 1,5 jam ini hadir bukan sekadar hiburan biasa, namun juga pengalaman emosional yang unik. Berbeda dari film-film sebelumnya, kali ini sutradara Monty Tiwa justru menyesuaikan dengan GJLS. "Penonton akan ketawa dan nangis. Tapi di scene komedi mereka nangis, di scene sedih mereka ketawa," kata Monty Tiwa.

Film GJLS -- Ibuku Ibu-ibu dibintangi trio komedian dari grup GJLS --- Rigen Rakelna, Ananta Rispo, dan Hifdzi Khoir. Mereka berperan benar-benar jadi diri mereka sendiri. Trio ini dikenal luas melalui siniar komedi mereka yang khas dan menghibur dengan nama yang sama: GJLS. Ini bukan singkatan nama mereka, melainkan plesetan dari kata "gak jelas" yang berarti absurd.

Sebelum terjun ke film layar lebar ini, GJLS juga sempat merilis film pendek berjudul "Kuyup" di YouTube pada 2020. Kedua film ini -- GJLS dan Kuyup mengusung genre yang oleh para pemerannya disebut sebagai "scientific comedy". Genre baru yang baru ditemukannya. Prinsipnya, berkomedilah seperti science.

Film humor yang diklaim dalam penyajiannya memiliki formula pasti, seperti halnya ilmu eksakta. Mau tidak mau, para pemeran ternama di film ini seperti Bucek, Nadya Arina, Reynavenzka Deyandra, dan Luna Maya, ikut absurd. Meski awalnya susah serius karena selalu tertawa melihat aksi konyol trio komedian itu.

Produser eksekutif dari Amadeus Sinemagna, Indra Yudhistira, mengatakan dirinya antusia film ini bakal mampu menghibur masyarakat Indonesia. Terlebih film ini bukan sekadar lucu, tapi juga punya kedalaman soal keluarga.

Lewat gaya khas GJLS yang absurd, ia ingin mengajak penonton untuk berdamai dengan hidup yang tidak selalu jelas, namun tetap bisa tertawa bersama orang-orang terdekat. "Semoga saat tayang nanti, siapapun yang nonton bisa tertawa lepas bersama dan pulang dengan hati yang terhibur," ucapnya.

Monty Tiwa menambahkan, bekerja dengan GJLS adalah pengalaman yang tidak pernah serius, tapi bermakna. Film ini merefleksikan kejujuran namun disampaikan dengan cara menyenangkan dan hangat.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

"Karena hidup udah cukup bikin pusing, film ini bisa jadi tempat pelarian yang paling waras. Kalian bisa ketawa, bisa relate, dan yang paling penting, bisa ngerasa ditemani. Karena di balik kekonyolan film ini, ada cerita keluarga yang ngena banget," kata Rigen Rakelna, mewakili trio GJLS, yang memberikan alasan kuat mengapa film ini wajib ditonton.

Menariknya, film ini juga menampilkan berbagai kameo seperti Maxime Bouttier dan Umay Shahab, yang turut memperkuat unsur komedinya. Di sini, potongan adegan bloopers juga ditampilkan. Tidak hanya sekali, tapi berulang. Penonton bukannya kesal, tapi justru terhibur dan mengundang gelak tawa.

Cast pendukung seperti Reynavenzka Retno Ayu, Ence Bagus, Davi Sumbing, Benedictus Siregar, David Nurbianto, Ryan Balita, Ebel Cobra, dan Adi Sudirja, yang sebagian besar komika, semakin menyuguhkan tontonan segar dalam film ini.

Indra Yudhistira selalu eksekutif produser di film ini dikenal sebagai sosok penting dalam kemunculan Stand Up Comedy Indonesia (SUCI) di televisi tanah air. Karena itu, Rispo berharap GJLS bisa sukses seperti halnya film Warkop, atau film Jumbo yang disutradarai Ryan Adriandhy juara 1 SUCI session 1 atau Agak Laen film besutan Ernest Prakasa yang juga jebolan SUCI.

Film ini menggambarkan dinamika tiga bersaudara, Rigen Rakelna, Ananta Rispo, dan Hifdzi Khoir, yang sama-sama absurd, egois, dan tidak bisa diandalkan, tapi bisa jadi kompak demi misi mulia: menggagalkan pernikahan sang ayah.

Tio yang diperankan oleh Bucek berencana menikah lagi dengan Feni yang diperankan oleh Nadya Arina. Usaha tiga kakak beradik itu menimbulkan gelak tawa karena dilakukan secara absurd. GJLS banget! Aksi Bucek dan Nadya Arina yang membawa komedi tipis-tipis juga memberikan kejutan tersendiri.

Penasaran dengan kekonyolan anggota GJLS di film ini? Bagaimana ending dari cerita ini? Apakah happy ending, sad ending atau tetap absurd? Saksikan saja di bioskop- bioakop Tanah Air mulai 12 Juni 2025.

Oh iya, meski film ini bergenre komedi, namun film ini untuk kategori penonton di atas usia 17. Mungkin karena ada beberapa kata -- salah satunya kata goblok, yang terkesan kasar bagi yang mendengarnya. 

Mungkin juga karena ada adegan Feni yang menjual rokok yang dirasa kurang tepat jika ditonton oleh anak-anak di bawah usia 17 tahun. Atau mungkin karena ada adegan pakaian yang dikenakan pemain yang cukup seksi. Bisa juga karena ada adegan-adegan yang cukup dewasa di dalam suasana klub malam, meski dikemas dengan unsur komedi. Mungkin juga...ya begitulah.

Pastikan ya, film yang ditonton sesuai umur. Ok...?

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun