Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... hanya ibu rumah tangga biasa

Hobby sederhana: membaca, menulis, memasak, travelling

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pengalaman Hipotermia saat Mendaki Gunung Gede Pangrango

4 Maret 2025   12:19 Diperbarui: 5 Maret 2025   12:07 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suami dan anak pertama saya saat di puncak Gunung Gede (dok. Pribadi)
Suami dan anak pertama saya saat di puncak Gunung Gede (dok. Pribadi)
Kami pun beristirahat untuk melanjutkan perjalanan keesokan harinya. Tidak berapa lama, tubuh saya mulai menggigil. Menggigil hebat. Tubuh saya bergetar dalam pembaringan.

Meski suami memakaikan saya jaket hangat yang tebal, saya tetap menggigil. Gigi saya bergemeruk. Kondisi itu terjadi cukup lama dibarengi dengan mengigau. Pikiran saya kacau, jangan-jangan ajal telah tiba.

Suami lantas menempelkan telapak tangannya ke telapak tangan saya, lalu digosok-gosok agar memunculkan rasa hangat. Namun, itu tidak kunjung membaik. Saya masih terus menggigil. Suami saya yang mulai panik, kemudian membaluri kaki saya dengan minyak tawon agar hangat.

Entah yang saya rasakan kemudian. Pagi-pagi ketika bangun tubuh saya terasa segar kembali. Menyambut pagi yang indah. Cuaca cukup bersahabat. Saya berjalan menyusui hamparan ini untuk menghangatkan tubuh. Alhamdulillah masih diberi kehidupan.

Di alun-alun Surya Kencana ini terhampar banyak Edelweis. Tumbuh begitu subur. Bunga ini tidak boleh dipetik. Bukan karena beracun, tapi terlarang saja karena bunga ini termasuk langka. Terdapat juga rumput liar. Berada di sini berarti tanda ke puncak sudah dekat.

Di sini juga terdapat sumber air yang dingin tapi menyegarkan. Saya pun membasuh wajah saya agar terasa fresh. Kata suami, waktu kedinginan itu, wajah saya sangat seperti mayit.

Melihat kondisi ini, suami saya merasa khawatir kalau terjadi apa-apa pada saya, semisal saya meninggal dunia. Bagaimana suami menyampaikan berita ini kepada orangtua saya? Syukurlah itu tidak terjadi.

Saya tidak tahu, apakan kondisi saya saat itu bisa dibilang hipotermia? Berdasarkan literatur yang saya baca, saya sepertinya terkena hipotermia ringan atau sedang.

Hipotermia terjadi saat tubuh mengalami penurunan suhu. Penyebabnya, paparan suhu dingin terus-menerus. Rata-rata suhu tubuh manusia adalah 37 derajat Celcius, jika mengalami hipotermia dapat turun hingga di bawah 35 derajat Celcius dan bahkan lebih.

Saat kondisi ini terjadi, sebagian besar panas tubuh hilang bahkan hingga 90%. Panas tersebut keluar melalui kulit dan menghembuskannya melalui napas dari paru-paru.

Anak pertama saya (dok. pribadi)
Anak pertama saya (dok. pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun