Agama dan Ekonomi adalah dua hal yang berbeda. Di lansir dari laman REPUBLIKA.co.id Mr. Syafrudin Prawiranegara presiden Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) sekaligus juga mantan gubernur Bank Indonesia (BI). Ia mendeskripsikan perbedaan motif Ekonomi dan motif Agama dalam kehidupan manusia.
Motif Ekonomi tercipta karena adanya rasa kurang dan rasa takut terhadap kekurangan. Sedangkan motif Agama tercipta karena adanya kepercayaan kepada Tuhan yang mendorong melaksanakan perintah dari tuhan dan menjauhi apa yang dilarang Tuhan.
Yang menjadi bahasan disini adalah dapatkah agama ini menjadi dasar Ekonomi? Jika ditinjau dari fakta lapangan di Indonesia perusahaan-perusahaan baik swasta maupun milik pemerintah sudah ada beberapa yang menjalankan usahanya sesuai dengan Syariat Islam. Seperti; pada kelembagaan keuangan ada Bank syariah Indonesia (BSI), pada penginapan ada Hotel Syariah, hingga rumah sakit pun sudah ada Dalam menangani pasien yang berlandaskan syariat Islam. Adapun rumah sakit yang dimaksud ialah Rumah Sakit Daerah Umum (RSUD) Tangerang, yang telah diresmikan menjadi rumah sakit berlandaskan Syariat Islam oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) 2019 lalu.
Sedang untuk usaha-usaha kecil yakni, para pedagang masih banyak yang menjalankan usahanya dengan sistem modaling dan laba/keuntungan. Contohnya dapat dilihat dari para pedagang yang ada di pasar sentral Tradisional maupun pasar sentral Modern.
Para pedagang ini senantiasa hanya sekedar mencari keuntungan dari konsumen bahkan tidak jarang juga mereka menaikkan harga 2xlipat dari harga normalnya terkhususnya pada barang-barang pokok yang sangat dibutuhkan masyarakat. Yang jelas hal tersebut sudah termasuk dalam kategori"RIBA" dan agama melarang hal itu.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa sejatinya agama dapat menjadi dasar Ekonomi jika ada pendalaman pengetahuan melalui teori dan praktiknya tentang kegiatan ekonomi berlandaskan Syariat Agama. Dalam hal ini yang dimaksud adalah berdagang tidak hanya berpikir akan omzet/pendapatan akan tetapi perlunya menanamkan dalam diri kita bahwa kita hidup hanya untuk tuhan dan melakukan kegiatan ekonomi atas nama Tuhan.
Jika kegiatan bisnis yang kita lakukan mengatasnamakan tuhan baik bisnis kecil ataupun bisnis besar, percayalah bahwa hal ini akan membentuk kita menjadi pribadi yang tak hanya cerdas berbisnis tetapi juga jujur dalam berbisnis.
Ingatlah selalu bahwa Tuhan ada dan tuhan memberikan rezeki yang berlimpah bagi hamba-hamba-Nya yang taat.
PenulisÂ
{Tesa Natari}