Ada kalanya ucapan seseorang terasa lebih tajam daripada pisau. Ia menembus tanpa suara, meninggalkan bekas yang sulit dijelaskan.
Kadang datang dari orang yang kita kenal, kadang dari mereka yang bahkan tak tahu cerita hidup kita. Tapi entah bagaimana, kata-kata itu tetap menggores hati.
Pernah di situasi berada saat itu. Layaknya mendengar seseorang dengan enteng menilai, mengkritik, bahkan merendahkan tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Rasanya ingin membalas, ingin menjelaskan, ingin membuktikan bahwa mereka salah. Tapi setiap kali mencoba, malah terasa sia-sia. Semakin keras menjelaskan, semakin mereka tidak mendengar.
Sampai suatu saat hati ini sadar: tidak semua komentar pantas mendapat tanggapan. Ada waktu di mana diam justru jadi bentuk perlindungan terbaik.
1. Menerima Bahwa Tidak Semua Orang Akan Memahami
Awalnya sulit menerima kenyataan bahwa tidak semua orang bisa memahami maksud baik kita. Rasanya tidak adil, tapi memang begitu adanya. Ada orang yang hanya melihat dari permukaan, lalu buru-buru menilai.
Mungkin mereka berbicara karena iri, mungkin karena tak percaya diri, atau sekadar ingin merasa lebih baik dengan menjatuhkan orang lain. Dan kita tidak bisa mengontrol itu.
Yang bisa dilakukan hanyalah menerima bahwa pemahaman orang lain tidak menentukan nilai diri kita. Ketika berhenti memaksa orang untuk mengerti, di situlah kita mulai tenang.
2. Diam, Tapi Tetap Sadar dan Kuat
Diam bukan berarti kalah. Diam adalah pilihan untuk tidak mengotori hati dengan perdebatan yang tak perlu. Saat kita membalas kata-kata buruk dengan emosi, kita justru menurunkan diri ke level yang sama.
Belajar diam artinya belajar menguasai diri. Kadang, membiarkan sesuatu berlalu tanpa reaksi adalah bentuk kendali yang luar biasa.