Sesampainya di cawan, rasa lelah itu langsung terbayar. Area cawan cukup luas, sehingga pengunjung bisa duduk santai sambil menikmati pemandangan dari ketinggian.Â
Walaupun belum setara dengan gedung-gedung tinggi di Jakarta seperti Perpusnas, dari sini kita sudah bisa melihat keindahan taman Monas dan aktivitas masyarakat di bawah.
Ada yang bersepeda, jogging, hingga sekadar piknik di rerumputan. Dari atas, semua itu terlihat seperti potret kecil kehidupan kota yang sibuk tetapi tetap menyimpan sisi hangatnya.
Di cawan, saya sempat berpikir bahwa pengalaman ini lebih dari sekadar wisata biasa.Â
Ada rasa reflektif yang muncul bahwa Jakarta, dengan segala kesibukannya, tetap punya ruang di mana warganya bisa bernapas, belajar sejarah, sekaligus menikmati kebersamaan dengan keluarga.Â
Monas bukan hanya bangunan tinggi dengan api emas di atasnya, melainkan juga ruang publik yang menyatukan orang dari berbagai latar belakang.
Menikmati Monas dengan Cara Berbeda
Meski perjalanan saya hanya sampai di cawan, pengalaman ini tetap terasa lengkap.Â
Suasana museum, lorong bawah tanah, hingga duduk santai di ketinggian memberi kesan baru tentang Monas yang selama ini hanya saya pandang dari luar pagar.Â
Bagi saya, Monas selalu berhasil menghadirkan dua hal akan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dan rasa syukur karena punya ruang publik yang bisa dinikmati semua kalangan.