Apa yang terjadi? AI akan menyusun narasi yang jauh lebih sesuai, karena ia tahu siapa dirinya (vlogger), gaya bicara yang diminta (santai dan informatif), durasi yang diinginkan (4 menit), hingga tujuan akhir dari konten (mengajak penonton berinteraksi).Â
Semuanya adalah hasil dari kemampuan kita menjelaskan dengan rinci.
Keterampilan Komunikasi = Kunci Kolaborasi Manusia dan Mesin
Menulis prompt yang baik adalah contoh nyata dari komunikasi strategis. Kita perlu tahu siapa audiensnya (dalam hal ini: AI), apa tujuan akhirnya, dan bagaimana menyusunnya agar efektif.Â
Ini bukan soal teknis semata, tapi soal mindset komunikasi: berpikir dari sudut pandang lawan bicara dan mengatur informasi agar mudah diproses.
Di dunia kerja, keterampilan ini menjadi semakin penting. Mulai dari content creator yang memakai AI untuk membantu riset dan naskah, marketing strategist yang mengoptimalkan promosi dengan AI tools, hingga peneliti yang menyusun analisis data. Semua membutuhkan komunikasi yang efisien, jelas, dan terarah.
Kemampuan menulis prompt yang tajam dan cerdas bahkan mulai masuk ke dalam daftar keterampilan yang dicari HR saat ini.Â
Siapa saja yang bisa "ngobrol" dengan AI secara efektif, ia bisa menggandakan produktivitasnya tanpa harus menjadi programmer.
AI bukan pengganti manusia, tapi alat bantu yang luar biasa; asalkan kita tahu cara memakai dan berkomunikasi dengannya.Â
Maka di era AI ini, keterampilan komunikasi tak hanya menyangkut empati atau public speaking, tapi juga bagaimana kita menyusun kalimat-kalimat yang bisa diterjemahkan oleh mesin menjadi aksi yang relevan.
Jadi, daripada takut akan datangnya robot, lebih baik kita belajar menyusun instruksi yang powerful. Sebab di masa depan, yang bisa menjelaskan dengan baik, dialah yang memimpin.