Nilai dirimu tidak berubah hanya karena satu orang tidak melihatnya. Kamu tetap punya keahlian, pengalaman, dan semangat yang valid. Jangan biarkan penolakan mengubah cara kamu memandang dirimu sendiri.
Lebih dari itu, proses melamar kerja itu melelahkan secara emosional. Maka penting untuk memberi ruang bagi diri sendiri untuk merasa kecewa, namun jangan tinggal terlalu lama di sana.
Setelah itu, bangkit dan sadari bahwa ini adalah bagian dari perjalanan yang sedang kamu tempuh. Bukan titik akhir.
Di-Ghosting HRD: Masalah Etika atau Realita
Fenomena "ghosting" dari HRD bukan hanya menjengkelkan, tapi juga memperparah rasa tidak aman para pencari kerja.
Banyak kandidat bahkan tidak tahu apakah lamaran mereka diterima, diproses, atau langsung diabaikan. Padahal, sekadar email penolakan saja bisa memberikan kejelasan dan penutup yang layak.
Sayangnya, realita dunia kerja saat ini membuat proses rekrutmen sering kali berjalan tidak ideal. Tim HR bisa menerima ratusan hingga ribuan lamaran untuk satu posisi.Â
Tapi tetap saja, menjadi manusiawi dalam komunikasi harusnya bukan hal yang sulit.
Ketika kamu mengalami ghosting, itu bukan kegagalanmu. Itu mencerminkan bagaimana sistem rekrutmen masih memiliki ruang besar untuk perbaikan.
Di sisi lain, kamu juga bisa membalik pengalaman ini menjadi pelajaran.Â
Tanyakan pada diri sendiri: apakah ada hal yang bisa diperbaiki dari CV atau cara kamu menjawab wawancara? Gunakan pengalaman ini untuk berkembang, bukan untuk menyalahkan diri sendiri.