Di sisi lain, kurangnya dukungan sosial dan sistem pendidikan yang inklusif memperparah keadaan.Â
Tidak semua daerah memiliki akses yang memadai terhadap pendidikan tinggi yang terjangkau.
Bagi anak muda di daerah terpencil, biaya transportasi saja bisa menjadi beban besar. Belum lagi jika harus merantau, yang berarti harus mengeluarkan biaya hidup tambahan.
Melihat Masa Depan dari Jalan yang Berbeda
Meski pahit, keputusan untuk tidak melanjutkan kuliah bukan berarti akhir dari segalanya. Banyak anak muda yang menemukan cara lain untuk tetap berjuang meraih masa depan yang lebih baik.
Beberapa memilih untuk mengikuti pelatihan keterampilan, membangun usaha kecil-kecilan, atau memanfaatkan platform digital untuk belajar secara otodidak.
Era digital memberikan peluang baru yang sebelumnya tidak tersedia. Dengan koneksi internet, siapa pun bisa belajar banyak hal. Mulai dari desain grafis, coding, pemasaran digital, hingga keterampilan praktis seperti menjahit atau memasak.
Tidak sedikit pula yang membangun karir di bidang kreatif, teknologi, atau bisnis mandiri tanpa harus mengantongi ijazah universitas.
Tetap saja, di balik semua peluang itu, penting untuk mengakui bahwa tidak semua orang memiliki akses atau dukungan untuk memanfaatkan kesempatan tersebut.
Masih banyak yang harus berjuang keras, melawan rasa minder, stigma sosial, dan tantangan ekonomi yang nyata.Â
Maka dari itu, daripada menghakimi anak muda yang tidak kuliah, kita perlu memperluas perspektif tentang apa itu kesuksesan.