Bahkan, ada yang mewajibkan screenshot layar kerja setiap beberapa menit, seolah-olah produktivitas hanya diukur dari seberapa lama seseorang duduk di depan komputer.
Namun di balik kegunaan CCTV, praktik ini justru memperlihatkan ketidakpercayaan atasan terhadap timnya.Â
Padahal, jika seorang karyawan sudah kehilangan kepercayaan diri akibat pengawasan berlebihan, mereka cenderung bekerja hanya untuk menyenangkan atasan, bukan karena ingin berkontribusi secara maksimal.
Micromanagement: Produktivitas atau Sekadar Kontrol Berlebihan?
Banyak bos berdalih bahwa pengawasan ketat diperlukan demi meningkatkan produktivitas.Â
Padahal kenyataannya, micromanagement sering kali berujung pada efek sebaliknya.Â
Karyawan menjadi lebih takut membuat kesalahan daripada berani mengambil inisiatif. Mereka fokus menghindari teguran daripada mencari cara terbaik untuk menyelesaikan tugasnya.
Selain itu, micromanagement juga membuat komunikasi dalam tim menjadi tidak sehat. Feedback yang diberikan sering terlalu mendetail dan menyoroti hal-hal kecil yang sebenarnya tidak berpengaruh besar terhadap hasil kerja.Â
Akibatnya, karyawan merasa kurang dihargai dan menjadi tidak berani menyampaikan pendapat.
Micromanagement bukan sekadar soal atasan yang perfeksionis, tetapi lebih pada kegagalan dalam membangun komunikasi yang sehat.Â
Jika ingin menciptakan lingkungan kerja yang lebih nyaman dan produktif, pemimpin perlu belajar untuk melepas kontrol yang berlebihan dan mulai mempercayai timnya.Â