Mohon tunggu...
tercerahkan literat
tercerahkan literat Mohon Tunggu... Broadcast

NEWS

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menguatkan IMMawati Dari Diskusi Menuju Pembaharuan

27 Agustus 2025   11:15 Diperbarui: 27 Agustus 2025   11:15 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Penulis/Istiqamah Paleger/Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris UMMU

Penulis: Istiqamah Paleger, Ketua Umum IMM Komisariat Fakultas Ilmu Pendidikan UMMU.

KOMPASIANA-Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) sejak awal berdirinya hadir sebagai gerakan mahasiswa Islam yang berlandaskan nilai keislaman, keilmuan, dan kemasyarakatan. Di dalamnya, hadir Immawati sebagai representasi kader perempuan Muhammadiyah yang memegang peran penting dalam menggerakkan organisasi. Namun, realitas IMM di Maluku Utara Khsusunya Ternate seringkali menunjukkan bahwa Immawati masih menghadapi berbagai keterbatasan, baik dalam ruang akademik maupun sosial.

Salah satu persoalan mendasar adalah minimnya ruang diskusi dan literasi bagi Immawati. Banyak forum kajian masih didominasi oleh kader laki-laki, sementara Immawati cenderung menjadi partisipan pasif. Akibatnya, gagasan kritis perempuan belum banyak muncul ke permukaan, padahal kapasitas dan potensi mereka sama besarnya.

      Selain itu, ada pula kendala budaya yang membuat Immawati sulit tampil di ruang publik. Tidak sedikit yang merasa bahwa perempuan hanya sebagai pelengkap struktur organisasi, bukan sebagai motor penggerak. Kondisi ini perlahan-lahan mengikis keberanian IMMawati untuk mengambil peran strategis.
Meski dihadapkan dengan berbagai hambatan, IMMawati sesungguhnya menyimpan potensi besar. Banyak dari mereka yang unggul dalam bidang akademik, aktif hingga produktif dalam kegiatan-Kegiatan lainnya. Namun, potensi itu sering tidak berlanjut ke dalam ruang organisasi. Energi intelektual Immawati justru berhenti hanya di ruang kelas, tidak Sampai menjadi gagasan organisasi yang membangun. Lebih lagi, Immawati memiliki kepekaan sosial yang kuat. Dalam isu-isu kemasyarakatan, terutama yang menyangkut kemanusiaan, dan lagi Kepermpuanan, Perempuan sering lebih responsif dibandingkan laki-laki. Kepekaan ini jika dipadukan dengan kultur intelektual IMM akan menjadi kekuatan besar yang dapat mengubah wajah organisasi.
Kemudian di internal organisasi, Immawati masih berhadapan dengan budaya diskusi yang maskulin dan struktur kepemimpinan yang belum sepenuhnya memberi ruang setara. Sedangkan di eksternal, mereka berhadapan dengan realitas sosial yang kerap menempatkan perempuan di posisi subordinat. Dua tantangan ini menjadikan Immawati harus berjuang ganda, memperjuangkan eksistensi di dalam organisasi, sekaligus membuktikan diri di hadapan masyarakat.

Akan tetapi Menguatkan IMMawati bukan hanya soal memberi ruang lebih banyak, tetapi tentang membangun masa depan IMM itu sendiri. Kehadiran mereka adalah penyeimbang, penggerak, sekaligus penguat nilai keilmuan dan keislaman dalam tubuh IMM. Dan Tanpa Immawati, IMM akan kehilangan separuh potensinya dan itu memang nyata Immawati adalah separuh jiwa dari IMM

    Lebih dari itu, Immawati adalah wajah kritis perempuan Muhammadiyah yang bisa membawa organisasi lebih dekat dengan realitas sosial masyarakat. Immawati  bukan sekadar pelengkap, tetapi pilar utama yang harus dipastikan keberadaannya. Karena di balik setiap langkah IMMawati, ada masa depan IMM yang tengah dibangun.

Penulis Juga Menegaskan Bahwa. "Perempuan Seharusnya Lebih Aktif Dalam Segala Bentuk aktivitas positif sehingga bisa melahirkan tindakan postif lainnya. Sebab, Perempuan sebagai suluh peradaban yang harus terus membara semangat dalam diskusi, aksi dan revolusi. Kita tidak harus berubah wujud Seperti Boki Nukila, Marsinah Cut Nyak Dien dan Para Pahlawan Perempuan lainnya yang berjuang melawan segala bentuk penindasan. Tapi, bagian dari spirit revolusi mereka harus mendarah daging dalam tubuh Perempuan Indonesia." Ujar Penulis.  

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Baca juga: Derita Cinta

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun