Mohon tunggu...
Khairul Hadi Hadi
Khairul Hadi Hadi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Menikmati hujan dari jendela yang terbuka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru, Pejuang yang Sendirian

10 Februari 2019   08:26 Diperbarui: 10 Februari 2019   08:54 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : viralkamera

Kita sedang hidup pada zaman yang berputar dengan sangat cepat.  Sesuatu yang baru saja kita dapatkan bisa jadi di bagian lain bumi ini telah basi dan ditinggalkan untuk diganti dengan yang lebih baru.

Jika  menengok ke dalamnya, maka kita akan menemukan jutaan informasi berlintasan membentuk arus yang membingungkan sehingga dapat membuat kita tersesat dan salah dalam  bersikap, bukan menemukan solusi tapi malah menimbulkan masalah baru. 

Putih bisa jadi terlihat hitam, dan sebaliknya hitam bukan saja bisa nampak abu-abu namun lebih dari itu dia bisa  muncul dalam wujud yang berwarna putih meski sebenarnya tetaplah hitam.

Pun demikian yang kita rasakan hari ini. Peristiwa-peristiwa yang seharusnya membuat kita merasa malu, prihatin  atau mawas diri ketika diberitakan malah berubah menjadi sensasi yang mengembang kemana-mana mirip adonan kue. Lihatlah berita tentang kasus artis Vannesa Angel, Makin di aduk semakin mengembang, makin diberitakan makin jauh dari esensi.

Sebagian peristiwa lain malah bisa lebih buruk lagi, dengan berubah menjadi inspirasi dalam hal keburukan. Rentetan kasus mutilasi, serta makin tersebarnya lokasi tawuran pelajar yang menggunakan senjata tajam bisa menjadi bukti akan hal tersebut.

Seorang kawan bercerita, bahwa dia pernah menemukan anak-anak kelas empat SD pada jam istirahat bermain "tawuran" yang hampir seperti aslinya. Salah satu kelompok mendatangi kelas lain dengan membawa kursi dan sapu serta benda-benda lainnya sebagai bentuk "penyerangan". 

Dan akhir dari babak drama tersebut adalah semua aktor nya dijemur dilapangan upacara. Sebuah cara bermain yang menyeramkan, dan bisa jadi bersembunyi di alam bawah sadar untuk kemudian muncul dan mengarahkan perilaku pada saat yang tidak kita duga.

Entah sebuah kebetulan atau tidak, ketika tadi malam dua grup WA yang saya ikuti diposting sebuah tulisan tentang guru yang dibunuh  secara pelan-pelan, sebuah metafora terpilih untuk mengggambarkan betapa guru dituntut dengan segudang kewajiban lain diluar tugas utamanya yaitu mengajar dan mendidik. Hingga pada salah satu isinya menyatakan bahwa guru juga berperan sebagai bagian dari tata-usaha.

Dalam menjaankan tugasnya guru selain berhadapan dengan tuntutan administrasi sebagai guru dan pegawai, juga berhadapan dengan kondisi kelas yang sering jauh dari harapan.

Pada saat yang hampir berbarengan saya menemukan sebuah tayangan video yang di upload di instagram. Video yang menyangkan suasana sebuah kelas dimana adegan utamanya adalah seorang siswa berseragam pramuka dengan topi yang mengahadap kebelakang, maju mendatangi gurunya. 

Bukan untuk bertanya atau berterima kasih atas ilmu yang diberikan, melainkan mencengkeram kerah baju sang guru, dengan sebelah lengan lainnya dalam posisi siap melancarkan pukulan ke wajah sang guru. Sebuah adegan yang dapat dipastikan penyebab utamanya adalah siswa tersebut ditegur oleh sang guru dan tidak terima.

Rekaman video tersebut berakhir dengan adegan siswa tadi kembali ketempat duduknya dengan sikap dan kata-kata yang pongah , selanjutnya duduk diatas meja dan menyalakan sebatang rokok. Di dalam kelas dan saat jam pelajaran !

Sebelumnya beredar video dua siswa SMK bermain kuda-kudaan pada sebuah bangku di dalam, pada saat gurunya mengajar . Menjelang akhir 2018 kemaren ada juga video beebrapa siswa membuly gurunya yang sedang mengajar hingga berakhir di kantor Bupati. 

Kita juga masih ingat kasus meninggalnya seorang guru di Jawa Timur, setelah dipukul oleh siswanya tepat di bagian belakang kepala.

Saya meyakini, kasus-kasus tersebut tidaklah berkaitan secara langsung, namun juga tidak menutup fakta antar kejadian ada hubungan "saling menginspirasi" dimana sebuah pelanggaran etika terhadap guru di anggapsebagai sesuatu  yang  "rame dan keren".

Sebagai pengajar dan pendidik guru lebih nampak sebagai seorang pejuang yang bertarung sendirian, tanpa di bekali "body protector" dan kesempatan untuk berlatih mengembangkan diri. 

Ketika siswa merasa diperlakukan dengan tidak nyaman oleh gurunya,  dia dapat melaporkannya sebagai sebauah pelangaran hukum kepada polisi dan dapat berakhir dibalik teralis penjara.  Sebaliknya jika guru yang mengalami hal-hal demikian maka siswa hanya akan dipanggil dan dinasehati, dana kalaupun harus ditahan maka itu masuk dalam bab "dibawah umur".

Akhirnya kadang guru mencari aman saja, jika siswa sudah tidak bisa di tegur dan di ingatkan maka dibiarkan saja daripada malah mendatangkan kesulitan. Seperti yang nampak pada video yang saya ceritakan diatas. 

Sang guru hanya berdiam saja ketika kerah baju nya dicengkeram, dan melanjutkan tugasnya mengajar meski kondisi kelas tidak lagi kondusif untuk kegiatan belajar.

Sekilas sikap guru itu biasa saja dan dimaklumi, namun disitulah titik awal menurunnya pendidikan kita. (Dengan tanpa menyalahakan guru) ketika seorang guru sudah tidak lagi peduli dengan perilaku siswanya maka jurang kehancuran mulai terbuka dan siap menelan dan menjerumuskan pada kekeliruan yang lebih  lebih dalam.

Guru adalah manusia yang tidak juga selalu dapat bersikap secara benar, dan atas hal tersebut guru juga harus dilindungi dari segala sikap dan perilaku yang mengancam dan menganggu tugas dan fungsinya sebagai pengajar dan pendidik.

Jika ingin menyelamatkan masa depan, sudah selayaknya kita membekali guru dengan perlindungan hukum terkait tugas dan fungsinya sebagai guru. Bukan kah kita sepakat bahwa masa depan suatu bangsa ditentukan bagaimana kualitas pendidikannya, dan ujung tombak pendidikan adalah guru.

Untuk itu ada dua hal yang menurut saya perlu diberikan kepada guru, yang pertama adalah perlindungan hukum terhadap profesi guru, dan yang kedua berikan kesempatan bagi guru untuk mengembangkan diri terutama dalam hal pelaksanaan pembelajaran dan pengelolaan kelas, sehingga guru lebih kaya strategi dalam mengatasi segala tantangan dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.

Tidak perlu kita berandai-andai terlalu tinggi dengan membandingkan kualitas pendidikan kita dengan negara semacam Norwefia dan Finlandia, jika guru belum terlindungi secara profesi.

Guru yang menjadikan siswanya berubah dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak paham menajdi paham dari tidak bisa menjadi bisa. Guru yang mendidik siswanya bagaimana bersikap terhadap orang lain secara baik.

Dengan perlindungan dan dukungan terhadap profesi guru, berarti kita telah berinvesatsi secara benar untuk kemajuan bangsa ini.

Guru, jangan biarkan dia bertarung sendirian...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun