Mohon tunggu...
Khulfi M Khalwani
Khulfi M Khalwani Mohon Tunggu... Freelancer - Care and Respect ^^

Backpacker dan penggiat wisata alam bebas... Orang yang mencintai hutan dan masyarakatnya... Pemerhati lingkungan hidup... Suporter Timnas Indonesia... ^^

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Eksotisme Ekosistem Air Hitam Sebangau

30 September 2010   08:26 Diperbarui: 4 April 2017   18:13 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Jika anda pernah mengunjungi Pulau Borneo, rasanya kurang lengkap tanpa menyusuri dan menikmati eksotisnya ekosistem hutan alam rawa gambut tropika yang berada di bagian tengah - selatan pulau ini. Kawasan ini bernama Taman Nasional Sebangau (TNS), yaitu sebuah kawasan hutan dengan fungsi konservasi yang ditunjuk oleh Menteri Kehutanan pada tanggal 19 Oktober 2004 sebagai Taman Nasional dengan luas ± 568.700 ha yang berada di Kotamadya Palangka Raya (±10%), Kabupaten Pulang Pisau (±38%) dan Kabupaten Katingan (±52%), Provinsi Kalimantan Tengah.

Tidaklah sulit untuk mencapai tempat ini. Dari Ibukota Jakarta, hanya memakan waktu kurang dari 1½jam dengan sekali penerbangan menuju bandara Tjilik Riwut, Palangka Raya. Dilanjutkan melalui jalan darat yang kondisinya sudah sangat baik selama kurang dari ½ jam. Kemudian anda akan disambut dengan keramahan orang-orang suku Dayak, Banjar dan Jawa yang hidup bersama di Dermaga Kereng Bengkirai, sebuah pelabuhan kecil di Sungai Sebangau yang berada di seberang wilayah kerja Resort Sebangau Hulu (salah satu dari 8 Resort TNS). Yang juga merupakan salah satu pintu gerbang untuk memasuki kawasan TNS selain dari Sungai Katingan yang berada di Kota Kasongan atau sekitar 2 jam lagi melalui perjalanan darat.

Sebelum anda memasuki kawasan TNS, terlebih dahulu petugas dari Balai Taman Nasional Sebangau yang ada disana akan menjelaskan gambaran umum mengenai kondisi kawasan dan tidak lupa menerangkan safety prosedur selama kegiatan, seperti mengenakan baju pelampung selama di atas spedboat maupun sampan mesin tradisional (klotok). Setelah itu, anda baru diperbolehkan menyusuri kanal-kanal dan sungai-sungai kecil ditengah hutan dengan sampan mesin tradisional. Gemercik air gambut serta pemandangan Tanaman dan Satwa Liar (TSL) akan menjadi pengalaman hidup yang sulit dilupakan.

nelayan-sungai-sebangau-atkhulfi-m-khalwani-585cecf2109773cf20fa8682.jpg
nelayan-sungai-sebangau-atkhulfi-m-khalwani-585cecf2109773cf20fa8682.jpg

Taman Nasional Sebangau memiliki keindahan alam/bentang alam (landscape) yang luar biasa yang berupa jajaran danau-danau (danau Jalan Pangen, danau Panggualas, danau Kamipang, danau Purun), gugusan bukit-bukit (bukit batu Jack, bukit Kaki, bukit Bulan, bukit Cinta Birahi) dan diikat oleh ratusan sungai kecil dan kanal-kanal, serta dikelilingi oleh 2 sungai besar yaitu sungai Sebangau di sebelah timur dengan panjang±198.515 km dan sungai Katingan di sebelah Barat yang memiliki panjang±297,192 km. Kawasan ini memiliki ekosistem utama berupa ekosistem gambut, yaitu ekosistem yang dicirikan dengan jenis tanah histosol atau lapisan tanah yang terbentuk dari sisa-sisa tanaman atau lapukan bahan organik pada daerah cekungan yang selalu tergenang dalam jangka waktu yang sangat lama. Akumulasi bahan organik inilah yang mengakibatkan airnya berwarna kehitaman namun menyegarkan, sehingga sering juga disebut sebagai ekosistem air hitam.

lagi-santai-585cead1317a617b56e170ff.jpg
lagi-santai-585cead1317a617b56e170ff.jpg

Selain ciri unik tersebut, di hutan rawa gambut Sebangau juga mengalir kanal-kanal eks-HPH dan sungai-sungai yang menghubungkan wilayah di Sebangau atau dengan sungai lain di Kalimantan Tengah. Jika anda menyukai petualangan (adventure trip) ke alam terbuka, aktifitas susur sungai atau pengamatan Tanaman dan Satwa Liar (TSL), kawasan Sebangau merupakan daerah tujuan yang tepat.

Bagi anda yang hobi mempelajari ilmu botani dan ekologi khususnya ekosistem rawa gambut, maka kawasan TNS menawarkan informasi yang sangat kaya. Disini anda bisa mendalami kharakteristik tanah dan hidrologi rawa gambut serta jenis-jenis flora dan fauna endemik. Banyak wisatawan mancanegara justru datang kesini untuk menyaksikan kekayaan ekosistem hutan rawa gambut tropika. Lalu pulang dengan sejuta bait cerita yang mengesankan karena tidak akan mereka jumpai di negara asalnya.

Ditinjau dari penutupan lahan Provinsi Kalteng, terlihat bahwa kawasan TNS memang sangat penting keberadaannya bagi perlindungan dan pelestarian satwa liar. Hal ini disebabkan habitat satwa liar di sekitar kawasan TNS telah berubah fungsi menjadi areal penggunaan lain, terutama di areal eks Proyek Lahan Gambut Sejuta Hektar yang telah dikonversi menjadi lahan budidaya. Kawasan TNS merupakan habitat terbesar populasi satwa langka Orangutan borneo(Pongo pygmaeus) yaitu sekitar 6.200 – 6.900 individu (Husson et.al 2004) dan juga habitat terbesar pupulasi owa (Hylobates agilis albibarbis), yaitu ± 19.000 individu (Buckely et.al. 2006).

Dari hasil observasi mamalia yang dilaksanakan oleh CIMTROP UNPAR (2002), diketahui bahwa di dalam kawasan ini dapat dijumpai 35 jenis mamalia dan 13 diantaranya merupakan jenis yang terancam punah. Selain jenis mamalia juga terdapat 106 jenis burung dan 36 jenis ikan yang telah teridentifikasi serta berbagai jenis reptilia seperti Sanca (Phyton reticulatus), Ular air (Homalopsis bucata), Ular pipa berekor merah (Cylindrophis rufus), Cobra (Naja sumatrana), Ular hujau (Ahaetulla prasina), ular cokelat malaya (Xenelaphis hexagonatus), Cicak terbang (Draco sp.), Biawak (Varanus salvator), kura-kura kotak (Cuora amboinensis) dan kura-kura berduri (heosemys spinosa).

Berdasarkan hasil penelitian Bidang Botani LIPI (2007) diketahui bahwa TNS memiliki 809 jenis flora, yang termasuk dalam 128 suku (16 jenis diantaranya belum teridentifikasi). Adapun jenis-jenis flora yang khas antara lain : Ramin (Gonystylus bancanus), Jelutung (Dyera costulata), Belangeran (Shorea belangeran), Bintangur (Calophyllum scerophyllum), Meranti (Shorea spp.), Nyatoh (Palaquium spp.), Agatis (Aghatis spp.), Keruing (Dipterocarpus spp.) dan Menjalin (Xanthophyllum spp.).

Jika Anda memasuki trek pengamatan flora fauna yang ada di wilayah SPTN (Seksi Pengelolaan Taman Nasional) 1 Palangka Raya atau di wilayah SPTN 2 Pulang Pisau maka anda akan sering menjumpai jenis-jenis Kantung semar (Nephentes spp.) dan angrek liar yang menempel di pohon-pohon. Selain itu berdasarkan studi etnobotani LIPI tahun 2006, terdapat 94 tumbuhan yang berpotensi obat yang ada di wilayah SPTN 3 Katingan.

susur-sungai-sebangau-atkhulfi-m-khalwani-585ced17149773ad49f04c5d.jpg
susur-sungai-sebangau-atkhulfi-m-khalwani-585ced17149773ad49f04c5d.jpg

Selain fungsinya sebagai habitat keanekaragaman hayati,kawasan gambut Sebangau juga berperan dalam menjaga keseimbangaan air regional melalui fungsinya sebagai daerah tangkapan air yang memiliki kapasitas menyimpan yang besar. Antara 80-90% volume gambut akan menjadi penampung air pada musim hujan dan melepaskannya secara bertahap pada musim kemarau.

Fungsi ekologi yang tidak kalah pentingnya ialah ekosistem ini merupakan gudang penyimpanan karbon di bawah permukaan, yaitu sebesar 2500 ton/ha dan itu belum ditambah dengan kandungan karbon yang ada di atas permukaan (vegetasi). Luas lahan gambut yang ada di Pulau Kalimantan adalah 5.769.246 ha dan lebih dari 52 % nya berada di Provinsi Kalimantan Tengah. Sedangkan Kawasan Sebangau adalah kawasan ekosistem hutan rawa gambut tropika yang relatif masih utuh dengan ketebalan gambut mulai dari yang dangkal/tipis (50-100 cm) dan sebagian besar kawasan memiliki ketebalan yang sangat tebal/sangat dalam (400-800 cm) yaitu seluas±140.939 ha, hingga dalam sekali/tebal sekali (800-1200 cm) yaitu seluas±187.919 ha. Sehingga keutuhan kawasan ini mutlak diperlukan dalam kaitannya dengan upaya mitigasi dan adaptasi pemanasan global.

Manfaat ekonomi dan sosial kawasan TNS juga dirasakan bagi masyarakat setempat. Karena disini anda bisa melihat langsung aktifitas masyarakat yang memanfaatkan produk alam non kayu seperti rotan, tanaman obat dan getah jelutung. Selain itu kawasan TNS juga menjadi habitat ikan-ikan, objek wisata dan pada tempat-tempat tertentu sangat berkaitan erat dengan budaya masyarakat.

sekat-kanal-gambut-di-sebangau-atkhulfi-m-khalwani-585cecc1317a611757e170fe.jpg
sekat-kanal-gambut-di-sebangau-atkhulfi-m-khalwani-585cecc1317a611757e170fe.jpg

Jika anda ingin belajar/mencari pengalamandari kisah sukses melakukan restorasi terhadap ekosistem rawa gambut yang telah terdegradasi maka disini juga tempatnya. Di Resort Mangkok, SPTN 2 Pulang Pisauterdapat ± 400 ha kawasan hutan rawa gambut yang rusak akibat kebakaran hutan dan terfregmentasi adanya kanal/parit, telah mampu direstorasi dengan jenis-jenis tanaman : Jelutung (Dyera costulata)dan Belangeran (Shorea belangeran). Restorasi dilakukan pada tahun 2006, tanaman tumbuh dengan subur, walaupun umur tanaman baru 3 tahun, ketinggian telah mencapai ± 4 meter. Pada lokasi tersebut juga dibuat Plot Permanenseluas 1 Ha untuk mengamatan pertumbuhantanaman kegiatan restorasi.

Di TNS, Anda bisa melakukan wisata pendidikan (edu-tourism) seperti menanam pohon pada ekosistem rawa gambut. Tentu akan menjadi pengalaman yang menyenangkan bisa menanam di ekosistem hutan rawa gambut tropika, berarti anda juga berkontribusi terhadap upaya mitigasi pemanasan global. Bagi anda pecinta lingkungan, anda juga bisa menjadi orang tua asuh terhadap pohon-pohon yang anda tanam di Taman Nasional Sebangau atau bisa juga sebagai donatur untuk kegiatan restorasi di kawasan Taman Nasional Sebangau seperti yang dilakukan oleh beberapa perusahaan sebagai bagian dari program Corporate Social Responsibilty bidang lingkungan.

Alam memberikan dan mengajarkan yang terbaik bagi kita. Oleh karena itu sudah kewajiban kita sebagai khalifah di muka bumi untuk mengelolanya dengan lestari. Ini semua hanyalah secuil serita yang didapat dari kawasan TNS. Tanpa disadari, sangat banyak manfaat yang diberikan oleh hutan dan di kawasan TNS kita bisa mempelajarinya.

masyarakat-adat-atkhulfi-m-khalwani-585ceca8317a61e956e170fe.jpg
masyarakat-adat-atkhulfi-m-khalwani-585ceca8317a61e956e170fe.jpg
“Huran kalunen mangat belum awi himba, tuh tinai himba te atun bara kalunen”.Kalimat tersebut diucapkan oleh seorang Nelayan suku Dayak yang menggantungkan hidupnya di kawasan TNS. Dalam bahasa Indonesia, kalimat itu bisa diartikan, “bahwa dulu kita bergantung pada hutan, namun sekarang hutan yang bergantung pada kita”.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun