Dengan demikian, kritik terhadap penggunaan nama "Batik" yang diikuti kata "Malaysia" bukanlah sentimen semata, melainkan panggilan untuk menjaga martabat budaya.
Batik adalah milik bangsa Indonesia, bukan sekadar nama di badan pesawat asing, apalagi ditempeli nama Malaysia.
Ketika pesawat dengan nama Batik Air Malaysia lalu-lalang di berbagai rute internasional, publik dunia mungkin mengira bahwa "batik" adalah milik Malaysia. Di sinilah letak persoalannya. Sebuah warisan budaya yang diakui UNESCO sebagai milik Indonesia, justru tampil sebagai merek dagang maskapai asing.Â
Ironis tenan.
Khulfi M. Khalwani (backpacker)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI