Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Memulihkan Jiwa yang Penat, dari Trekking hingga Tubing di Bukit Lawang

14 Juli 2022   12:53 Diperbarui: 17 Juli 2022   13:13 2077
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bangunan selaras alam di Bukit Lawang (Dok. Pribadi)

Gemericik arus sungai mengalir tenang, desir angin menyapu lembut daun-daun pepohonan, beberapa ekor kera menikmati remah-remah roti di beranda penginapan. Udara lembab dan hangat berbaur dengan suasana asri khas hutan hujan tropis di Bukit Lawang.

Objek wisata ekologi ini berada di wilayah Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Bukit Lawang terletak pada zona pemanfaatan Taman Nasional Gunung Leuser. 

Ada beberapa desa di kecamatan Bohorok yang berbatasan langsung dengan kawasan ini yakni Desa Sampe Raya, Desa Bukit Lawang, Desa Timbang Lawan, Desa Timbang Jaya.

Untuk sampai ke lokasi ini dari Kabanjahe, Tanah Karo, membutuhkan waktu perjalanan selama lebih kurang 4 jam melewati jalur Kutarayat (Tanah Karo) dan Telagah (Kab. Langkat). 

Sementara itu, dari kota Medan (ibu kota Provinsi Sumatera Utara) dapat dijangkau dalam lebih kurang 2,5 jam perjalanan melewati kota Binjai. Akses jalan menuju Bukit Lawang sudah cukup baik dengan kondisi jalan aspal, hanya ada beberapa titik yang perlu perbaikan.


Orangutan Sumatera di Bukit Lawang, Bahorok, Taman Nasional Gunung Leuser (Dok. Pribadi)
Orangutan Sumatera di Bukit Lawang, Bahorok, Taman Nasional Gunung Leuser (Dok. Pribadi)

Pada sebuah kesempatan di akhir masa liburan panjang anak sekolah sebelum memasuki tahun ajaran baru, kami mencoba menjajal suasana liburan dan berbagai hal yang bisa dialami di Bukit Lawang selama semalam dua hari bersama keluarga.

1. Menikmati Suasana Asri Hunian di Tengah Hutan Hujan Tropis

Ada banyak jenis dan kelas penginapan di Bukit Lawang, baik berupa hotel, vila, homestay, guest house, bungalow, maupun losmen. Rata-rata kesemuanya menerapkan konsep bangunan yang serasi dan selaras alam, sehingga nyaman dan asri untuk menginap bersama keluarga.

Bangunan selaras alam di Bukit Lawang (Dok. Pribadi)
Bangunan selaras alam di Bukit Lawang (Dok. Pribadi)

Tarif penginapan juga bervariasi sesuai tipe dan ukuran. Namun, banyak penginapan dengan kisaran tarif kamar dari Rp250.000 hingga Rp450.000/malam. Ketenangan alam hutan hujan tropis sangat cocok untuk memulihkan jiwa dan mental yang penat oleh rutinitas.

Untuk memenuhi kebutuhan makan juga tersedia banyak pilihan rumah makan, bar, cafe, dan restauran. Sudah hampir dua bulan terakhir ini geliat wisata kembali bangkit di Bukit Lawang, ditandai hadirnya turis mancanegara yang sudah mulai kembali ramai berkunjung ke sini.

Bertemu turis mancanegara saat trekking di Bukit Lawang (Dok. Pribadi)
Bertemu turis mancanegara saat trekking di Bukit Lawang (Dok. Pribadi)

Berlibur di tengah suasana hutan dengan kamar di tepi aliran sungai, tentu tidak lengkap rasanya bila tidak mandi-mandi di sungai. Ada banyak wisatawan yang mandi di sungai ini, tapi ada sensasi tersendiri saat mandi pagi di sungai. Air sungai terasa lebih segar pada pagi hari karena belum ramai orang mandi di sungai.

Mandi di sungai Bahorok, Bukit Lawang, Taman Nasional Gunung Leuser (Dok. Pribadi)
Mandi di sungai Bahorok, Bukit Lawang, Taman Nasional Gunung Leuser (Dok. Pribadi)

Sore hingga larut malam adalah waktu yang sangat cocok menikmati tenangnya suasana santai di sekitar penginapan. Ada juga kios-kios yang tertata rapi dan menjajakan souvenir khas Bukit Lawang yang cocok menjadi oleh-oleh.

Kios souvenir di Bukit Lawang (Dok. Pribadi)
Kios souvenir di Bukit Lawang (Dok. Pribadi)

Kios souvenir di Bukit Lawang (Dok. Pribadi)
Kios souvenir di Bukit Lawang (Dok. Pribadi)

Bagi yang suka menikmati musik ada juga pertunjukan live music yang digelar hingga larut malam. Atau sekadar duduk dan mengobrol bersama teman dan keluarga di berbagai sudut tempat dengan dukungan pencahayaan yang asri dan menyatu dengan alam hutan. Berikut ini beberapa hal yang bisa dilakukan di Bukit Lawang.

Suasana malam di sekitar penginapan di Bukit Lawang (Dok. Pribadi)
Suasana malam di sekitar penginapan di Bukit Lawang (Dok. Pribadi)

Suasana malam di sekitar penginapan di Bukit Lawang (Dok. Pribadi)
Suasana malam di sekitar penginapan di Bukit Lawang (Dok. Pribadi)

2. Trekking ke hutan dan Menemui Orangutan

Bukit Lawang dari sejarahnya, pada awalnya adalah kawasan bagi stasiun rehabilitasi orangutan yang berdiri sejak tahun 1973. Pendirian stasiun rehabilitasi ini diprakarsai oleh ahli biologi dari Swiss, Regina Frey dan Monica Borner, dengan biaya dari World Wide Foundation (WWF), dan perkumpulan Ilmu Hewan Frankfurt Jerman (FZS).

Dilansir dari laman gunungleuser.or.id, jumlah keseluruhan orangutan yang pernah diterima dari berbagai daerah sejak stasiun rehabilitasi berdiri pada tahun 1973 ada sebanyak 229 orangutan. 

Sejak tahun 1991 stasiun rehabilitasi orangutan ini berganti menjadi Stasiun Pengamatan Orangutan Sumatera, yang tidak lagi menerima orangutan hasil sitaan/serahan dari masyarakat.

Fungsi kawasan Bukit Lawang kini terpusat pada pelaksanaan monitoring populasi dan habitat orangutan Sumatera di lokasi secara berkala, sekaligus juga pelayanan dan pendampingan untuk pengunjung, pelaksanaan pemantauan aktivitas pengunjung/wisatawan di lokasi, dan sebagai stasiun konservasi orangutan Sumatera.

Oleh sebab itu, meskipun kita bisa melakukan lintas alam atau trekking ke hutan di Bukit Lawang sekaligus menemui orangutan di habitat aslinya, kita akan dipandu oleh pemandu yang resmi. Aktivitas trekking ini tetap berada dalam pengawasan, pengaturan jadwal, dan pendampingan oleh pemandu.

Karena beribur bersama anak-anak kecil, maka kami mengambil rute trekking yang tidak terlalu jauh, cukup ditempuh dalam 1,5 jam perjalanan. Namun, meskipun jalur yang dilalui tidak terlalu jauh, kita tetap mendapatkan suasana khas hutan hujan tropis Sumatera yang ditumbuhi pohon-pohon besar yang membentuk kanopi sebagai habitat bagi berbagai satwa liar yang hidup endemis di salah satu hutan hujan tropis terbesar dunia yang masih tersisa ini.

Trekking di hutan Bukit Lawang bersama keluarga dan anak-anak (Dok. Pribadi)
Trekking di hutan Bukit Lawang bersama keluarga dan anak-anak (Dok. Pribadi)

Dilansir dari laman yang sama, berdasarkan peta tutupan lahan, lebih dari 90% tutupan lahan hutan ini masih berupa hutan primer. Kawasan hutan Bukit Lawang merupakan habitat dan daerah jelajah orangutan Sumatera yang menjadi ikon kunjungan wisata Bukit Lawang.

Menjelajah rute trekking dengan kondisi medan berlereng, pada beberapa titik dengan topografi yang sangat curam, naik dan turun, membuat raga cukup terkuras tapi jiwa menjadi segar sembari menikmati suasana hutan di bawah kanopi pepohonan besar. 

Berdasarkan informasi pemandu, kami juga bisa menyaksikan satu batang pohon kayu damar yang konon sudah berumur 350 tahun yang tumbuh tinggi menjulang di rute yang kami lalui.

Pohon besar tumbuh tinggi menjulang di Bukit Lawang, Taman Nasional Gunung Leuser (Dok. Pribadi)
Pohon besar tumbuh tinggi menjulang di Bukit Lawang, Taman Nasional Gunung Leuser (Dok. Pribadi)

 Pohon kayu damar berumur 350 tahun di Bukit Lawang, Taman Nasional Gunung Leuser (Dok. Pribadi)
 Pohon kayu damar berumur 350 tahun di Bukit Lawang, Taman Nasional Gunung Leuser (Dok. Pribadi)

Beruntungnya, di tengah perjalanan kami bisa bertemu dengan seekor orangutan yang belum diberi nama, bergelantungan di dahan pohon sambil menggendong seekor bayi orangutan. Oleh pemandu yang telah menyiapkan berbagai jenis buah-buahan kami diizinkan berinteraksi dengan orangutan di bawah pengawasan pemandu.

Berinteraksi dengan orangutan Sumatera di Bukit Lawang, Bahorok, Taman Nasional Gunung Leuser (Dok. Pribadi)
Berinteraksi dengan orangutan Sumatera di Bukit Lawang, Bahorok, Taman Nasional Gunung Leuser (Dok. Pribadi)

Kawasan Bukit Lawang merupakan merupakan habitat alami dari berbagai jenis flora dan fauna. Banyak tumbuh pohon besar dengan diameter di atas 1 meter, di antaranya adalah pohon kayu damar, meranti, dan kayu raja.

Selain habitat bagi orangutan Sumatera (Pongo pygmaeus abelli), ada spesies primata lainnya yang juga hidup di sini dan sering bisa ditemui saat melakukan trekking, seperti monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), dan kedih (Prisbytis sp.). Sementara itu, siamang (Hylobates syndactilus), white handed gibbon (Hylobates lar), dan beruk (Macaca nemestrina) hanya dapat dilihat pada waktu dan lokasi tertentu.

Satwa primata di Bukit Lawang, Taman Nasional Gunung Leuser (Dok. Pribadi)
Satwa primata di Bukit Lawang, Taman Nasional Gunung Leuser (Dok. Pribadi)

3. Menyusuri Sungai dengan Ban (Tubing)

Menyusuri kawasan hutan Bukit Lawang kita akan sering bertemu aliran sungai-sungai kecil dengan airnya yang sangat jernih. Hutan ini merupakan kawasan yang termasuk wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Wampu yang bermuara ke Selat Malaka.

Aliran sungai kecil dengan air yang jernih di tengah hutan Bukit Lawang, Taman Nasional Gunung Leuser (Dok. Pribadi)
Aliran sungai kecil dengan air yang jernih di tengah hutan Bukit Lawang, Taman Nasional Gunung Leuser (Dok. Pribadi)

Tiba di titik lokasi perhentian setelah melakukan jelajah hutan, aktivitas selanjutnya adalah kembali ke penginapan sambil menyurusi sungai dengan rangkaian ban yang sudah diikat sedemikian rupa hingga menyerupai perahu karet pada arung jeram (rafting). Kebetulan pada saat liburan ini air sungai sedang surut karena musim kemarau.

Sungai-sungai yang ada di sekitar kawasan ini kesemuanya mengalir ke Sungai Bohorok. Ciri morfologi sungai Bohorok di Bukit Lawang adalah bercabang-cabang dengan pasir gosong yang berada antara cabang-cabang sungai tersebut, material sungai berupa pasir, kerikil serta bebatuan keras dan rapuh.

Meskipun kondisi air sungai sedang surut, tapi kita tetap dipandu dan didampingi saat menyusuri sungai. Bagaimanapun aliran air cukup deras di beberapa titik dan membutuhkan pengendalian khusus dari orang berpengalaman yang mengenal tipe arus sungai. Ada sensasi tersendiri saat menikmati jeram sungai yang tenang, tapi tetap penuh dengan keseruan di Bukit Lawang.

Keseruan menyusuri sungai Bahorok dengan ban (tubing) di Bukit Lawang, Taman Nasional Gunung Leuser (Dok. Pribadi)
Keseruan menyusuri sungai Bahorok dengan ban (tubing) di Bukit Lawang, Taman Nasional Gunung Leuser (Dok. Pribadi)

Keseruan menyusuri sungai Bahorok dengan ban (tubing) di Bukit Lawang, Taman Nasional Gunung Leuser (Dok. Pribadi)
Keseruan menyusuri sungai Bahorok dengan ban (tubing) di Bukit Lawang, Taman Nasional Gunung Leuser (Dok. Pribadi)

Untuk standar biaya paket trekking dan tubing di Bukit Lawang biasanya berkisar Rp150.000/orang, belum termasuk makan siang, tergantung jauh dekat rute dan permintaan wisatawan dan juga bisa negosiasi. Namun, standar biayanya lebih mahal untuk turis mancanegara.

Pada tahun 2003 pernah terjadi banjir bandang yang menerjang Sungai Bahorok dan memporak-porandakan kawasan ekowisata Bukit Lawang ini. Semoga dengan kondisi sosial didukung oleh budaya masyarakat setempat yang semakin sadar dengan potensi wisata, di samping nilai manfaat konservasi kawasan Bukit Lawang sebagai habitat satwa liar dan salah satu paru-paru dunia, hutan ini semakin dicintai karena keberadaaannya sangat penting bagi kelangsungan hidup kita.

Kembali ke Bukit Lawang (Foto: Jembatan gantung di atas sungai Bahorok, Bukit Lawang/Dok. Pribadi)
Kembali ke Bukit Lawang (Foto: Jembatan gantung di atas sungai Bahorok, Bukit Lawang/Dok. Pribadi)

"Orang-orang yang sudah pernah meminum air Bukit Lawang biasanya sulit melupakannya dan akan kembali lagi ke sini, Bang," kata bang Joni Perangin-angin, seorang pelaku wisata di Bukit Lawang.

Rasanya, hari ini pun aku sudah ingin kembali lagi ke sana.

Pojok Baca: 1, 2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun