Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Apologetika Efek Tyndall, Metanoia dalam Asap, Cahaya, dan Tuak

10 September 2021   00:20 Diperbarui: 14 September 2021   22:37 798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi nikmatnya daging yang diasapi (Dok. Pribadi)

4. Stroke dan diabetes

Sebuah studi yang dilakukan oleh ahli dari Harvard School of Public Health menunjukkan bahwa mengonsumsi daging asap atau daging olahan yang berlebihan bisa meningkatkan risiko stroke dan diabetes tipe 2.

Tuak sebagai Penutup

Setidaknya alam masih senantiasa setia memberikan tanda-tanda kepada kita. Tinggal kita perlu lebih cermat membaca dan memberikannya arti.

Jadi, mengapa saya menyematkan apologetika pada judul tulisan ini? Sebab semua penjelasan akan kembali kepada masing-masing orang untuk direnungkan dan ditimbang dalam hati.

Bukan tidak mungkin nenek moyang kita, yang sudah lebih dahulu ada dan lebih lama hidup dari sebagian kita, telah menemukan penyeimbang dari segala sesuatu yang hadir dalam enak dan racunnya sekaligus. Katakanlah saja, tuak.

Menikmati segelas tuak setelah makan (Dok. Pribadi)
Menikmati segelas tuak setelah makan (Dok. Pribadi)

Sebagaimana dilansir dari Kompas.com, tuak dipercaya memiliki khasiat untuk kesehatan karena mengandung antioksidan dan vitamin C dosis tinggi. Tuak juga diklaim bisa mengatasi penyakit ginjal dan berkhasiat untuk menyegarkan tubuh.

Tak ketinggalan, melansir Journal of Experimental and Clinical Anatomy, tuak juga dipandang bisa meningkatkan kemampuan visual dan laktasi (produksi serta pengeluaran ASI dari payudara). 

Kenyataannya, di sini dan mungkin di banyak tempat lainnya, orang seringkali memadupadankan penyajian daging asap atau daging panggang dengan segelas atau seteko tuak.

Apologetika bisa saja terasa sebagai ambivalensi atau bahkan disclaimer bila masing-masing epistem mempertahankan pendiriannya, tanpa ada keinginan untuk saling melonggarkan batasan masing-masing. Perlu adanya kehangatan yang memungkinkan terjadinya saling sapa untuk bisa melihat lebih jauh dan lebih dalam kebenaran apa yang ada di balik tembok setiap epistem.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun