Kita semua membutuhkan keadilan, banyak rasa belas kasihan, dan mungkin beberapa karunia yang sebetulnya tidak pantas kita dapatkan. (Just Mercy, 2019)
Ini adalah sebuah kisah nyata dari 10 tahun yang lalu, tepatnya pada Agustus 2011.
Pada masa itu saya sedang bertugas di kantor lurah Padang Mas. Itu adalah sebuah kelurahan di Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo.
Dalam rangka memeriahkan perayaan hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia tingkat kabupaten Karo, pada tahun itu dilaksanakan perlombaan kebersihan antar desa dan kelurahan. Panitia berencana memberikan hadiah baik bagi desa atau kelurahan terbersih sebagai penghargaan, maupun bagi desa atau kelurahan terjorok sebagai hukuman.
Hadiah bagi pemenang terbersih tidak disebutkan jelas. Tapi bagi desa atau kelurahan terjorok disebut-sebut akan diberikan bendera hitam, yang diserahkan oleh bupati pada saat menjelang upacara penurunan bendera yang dilaksanakan di sebuah stadion sepak bola terbesar di kota Kabanjahe.
Kelurahan Padang Mas adalah satu kelurahan yang berlokasi di inti kota Kabanjahe. Pusat Pasar Kabanjahe yang legendaris itu juga berlokasi di kelurahan ini. Bisa dibayangkan bahwa kekumuhan dan kesemrawutan adalah tantangan terbesar bagi kami dalam lomba kebersihan ini.
Tidak berhenti sampai di situ. Salah satu fenomena yang sering ditemui sebagai ciri khas yang mewarnai lorong-lorong permukiman masyarakat urban perkotaan adalah fenomena keberadaan "anak punk" yang sering dicap sebagai berandalan.
Dinding-dinding bangunan pada lorong-lorong permukiman yang menjadi tempat mangkalnya sering kali dipenuhi coretan yang oleh sebagian besar orang dianggap tidak menarik, mengganggu, dan tidak pantas. Dan memang sering kali begitu adanya.
Menyadari dua hal ini saja, saya sebagai lurah pada waktu itu yang miskin pengalaman sudah sangat merasa yakin bahwa kelurahan kami tidak akan bisa menjadi pemenang sebagai kelurahan terbersih. Namun, kami lebih tidak sudi menjadi yang terjorok. Apalagi membayangkan menerima bendera hitam yang diserahkan oleh bupati di tengah lapangan upacara, dan disaksikan oleh orang banyak, malu sekali pasti.
Tiga Pertimbangan Membuat Kreasi Mural Sederhana Bersama Anak Punk