Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Memberi Nilai Tambah Barang Bekas pada Saat Liburan

16 Mei 2021   11:59 Diperbarui: 17 Mei 2021   08:02 1435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gazebo kayu minimalis dari bahan kayu dan bambu dengan meja dari bahan-bahan kayu bekas/Dokumentasi Pribadi

Kebersihan adalah sebagian dari iman. 

Selamat hari Minggu dan salam sejahtera bagi kita semua.

Selain merupakan hari ibadah untuk umat Kristen dan Katolik, hari Minggu adalah juga hari libur bagi umat manusia semesta alam. Memang ada juga sebagian kita yang tetap bekerja pada hari Minggu atau hari libur lainnya.

Apa yang biasa Anda lakukan untuk mengisi liburan? Biasanya orang jalan-jalan bersama keluarga atau kekasih, kemping, berburu kuliner, berkebun, bersih-bersih rumah, atau bisa juga sekadar tiduran di rumah sambil nonton film atau mendengarkan musik.

Pemerintah sudah memangkas jumlah hari cuti bersama Idul Fitri pada tahun ini. Namun, setidaknya bila dihitung sejak hari pertama cuti bersama pada tanggal 12 Mei hingga hari ini ada sekitar 5 hari libur bagi para pekerja sektor formal.

Sudah bikin apa saja selama 5 hari liburan?

Kalau kita mempunyai uang cukup untuk pengeluaran lebih, mungkin bisa nginap di daerah tujuan wisata luar kota yang dimungkinkan dengan penerapan prokes di bawah pengawasan aparat. 

Namun, harus tetap hati-hati lho. Jangan sampai kasus positif Covid-19 meningkat tajam lagi pasca libur panjang Idul Fitri tahun ini.

Bagi kita dengan persediaan isi dompet yang terbatas jangan bersedih karena tidak bisa jalan-jalan, jauh atau dekat. Kita juga bisa melakukan hal yang menyenangkan sesuai hobi kita. Bahkan kita bisa memberi manfaat bagi semesta meskipun mungkin terlihat kecil dan sederhana. Apa iya?

Ya, hari libur yang panjang bisa kita manfaatkan untuk mengurangi sampah di muka bumi terbuang percuma. Kita bisa memanfaatkan barang bekas menjadi berbagai kreasi yang memberikan nilai tambah. Tidak saja bagi diri kita sendiri, tapi juga bagi orang lain, dan bagi lingkungan.

Meskipun kecil dan sederhana, tapi kegiatan pemanfaatan kembali barang bekas bukan kegiatan "kaleng-kaleng" lho. Itu melibatkan unsur logika, etika dan estetika. Hal ini tentu saja bisa membuat hari libur kita menjadi lebih berguna dan bermakna.

Daripada jalan-jalan sembarangan sambil menyampah sembarangan di daerah tujuan wisata, yang juga berpotensi membuat kita turut menyebarkan dan tertular Covid-19, bukankah membuat kreasi dari bahan bekas pada hari libur lebih bermakna bagi kebersihan dan keindahan alam semesta?

Jadi tidak salah bila ada ungkapan yang mengatakan bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman. Iman yang berguna adalah yang juga memberi manfaat tidak saja bagi diri kita sendiri.

Yesus saja tidak melarang orang Yahudi menyelamatkan hewan ternaknya yang celaka meskipun pada hari Sabat. Apalagi bila kita melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi semesta, bukan?

Penting Menyadari bahwa Kita Menempati Planet dengan Sumber Daya yang Bisa Habis

Meskipun tidak ada yang melarang, rasanya adalah tidak bijak bila kita mengira bahwa sumber pemenuhan kebutuhan kita di dunia ini tidak akan pernah habis. Dan oleh karenanya merasa tidak terlalu penting untuk peduli dengan apa, dari mana, sampai kapan, serta bagaimana kebutuhan kita tersedia dan tercukupi.

Perlu ada upaya serius untuk meyakinkan bahwa sangat penting bagi kita peduli soal tercukupinya kebutuhan kita dalam jangka panjang. Selain itu perlu menjadikan perkiraan dan upaya kita itu menjadi masuk akal.

Masuk akal dalam hal ini bukan saja dari kacamata hukum pasar yang menjelaskan dengan gamblang soal hubungan antara permintaan dan penawaran. Atau juga soal produktivitas untuk sekadar ditingkatkan.

Namun, bagaimana juga sumber daya yang ada bisa dikelola menjadi berkat. Ini adalah salah satu pernyataan nilai moral yang umum didengar, tapi terasa sangat abstrak, bahkan menuai kritik dan gosip massal sebagai suatu bentuk hipokrasi manusia-manusia pemburu kekayaan sekaligus pemboros sumber daya yang tiada ampun.

Pertumbuhan tampaknya menjadi sebuah kata kunci dalam hal ini. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan, maka semakin meningkat kesejahteraan bersama. Benarkah demikian pada kenyataannya?

Nyatanya tidak. Lihat saja bagaimana masih banyak orang-orang yang tampaknya kaya dan berpenampilan seperti orang terpelajar berjalan-jalan di tempat wisata tanpa mempedulikan sampahnya yang dibuang sembarangan.

Padahal tindakannya itu bisa merusak lingkungan serta berpotensi mengganggu kesehatan. Atau lihatlah makanan dan minuman yang dipesan gila-gilaan orang-orang berpakaian setelan yang cantik dan tampan, tanpa peduli apakah itu semua akan mampu dihabiskan.

Masih banyak lagi contoh lain. Nyatanya pertumbuhan ekonomi kita seringkali berkaitan erat dengan perusakan lingkungan dan pemborosan sumber daya.

Apa yang Bisa Dilakukan?

Saya mengambil contoh dari sumber daya bahan-bahan pertukangan dan pekerjaan konstruksi yang ditinggalkan begitu saja oleh para tukang. 

Mungkin mereka merasa bahwa sisa-sisa bahan bangunan yang "tidak terpakai" lagi menurut standar pertukangan dan konstruksi bukan menjadi tanggung jawab mereka setelah bangunan selesai.

Lagi pula, para tukang mungkin berpikir bahwa sang pemilik bangunan masih membutuhkan bahan-bahan sisa itu. Tinggal kebijaksanaan sang pemilik bangunan yang menentukan apakah hanya akan membiarkan barang-barang sisa menyampahi lingkungan atau memberi nilai tambah dengan mengkreasikan bahan sisa yang masih terpakai.

Onggokan sisa bahan bangunan sebelum dibersihkan /Dokumentasi Pribadi
Onggokan sisa bahan bangunan sebelum dibersihkan /Dokumentasi Pribadi
Selama lima hari liburan ini, saya mencoba merangkai kembali sisa-sisa papan dan beroti yang kondisinya masih baik menjadi meja kecil sebuah gazebo mini beratap ijuk. Gazebonya sendiri memang tukang yang membuatkan, tapi tanpa meja.

Ternyata, meja kecil yang terbuat dari sia-sisa papan dan beroti yang disusun mengitari tiang gazebo itu bisa lebih memperindah dan meningkatkan fungsi gazebo. 

Setelah sisa-sisa semen pada permukaannya saya bersihkan, permukaan kayu dihaluskan dengan ampelas, lalu dilapisi dengan politur/vernis.

Meja kayu berbahan kayu bekas setelah divernis pada gazebo mini/Dokumentasi Pribadi
Meja kayu berbahan kayu bekas setelah divernis pada gazebo mini/Dokumentasi Pribadi
Pada hari berikutnya saya merangkai beberapa sisa potongan bambu yang merupakan material pendukung konstruksi bangunan yang teronggok di halaman menjadi rak bunga sederhana. 

Cukup dengan mengukur potongan batang dan bilah bambu sesuai kontur tanah rumah bunga yang dibangun oleh tukang, lalu mengorek tanah untuk memancangkan tiangnya, kemudian menyusun bilah-bilah bambu pada tiang yang sudah terpancang. Jadilah barang itu.

Rak bunga sederhana dari potongan batang dan bilah bambu bekas/Dokumentasi Pribadi
Rak bunga sederhana dari potongan batang dan bilah bambu bekas/Dokumentasi Pribadi
Tidak berhenti sampai di situ, saya juga memanfaatkan kaleng cat yang telah kosong menjadi wadah pembibitan beberapa jenis bunga. 

Cukup dengan membersihkan sisa cat yang telah mengering dan masih melekat di dalam kaleng, kemudian membuat beberapa lobang pada bagian bawah kaleng agar air tidak menggenang. Jadilah pot bunga dari bahan kaleng cat bekas.

Itu lebih baik daripada hanya sekadar dibuang menjadi sampah yang mencemari lingkungan. Dari sisi ekonomi dan pemasaran mungkin saja lebih baik bila membeli pot bunga yang sudah jadi, tapi hidup bukan hanya soal keuntungan. Nanti kalau sudah besar, bunganya bisa dipindahkan ke pot yang cantik kok, Kak. Hehe.

Dalam segala aktivitas manusia ada tanggung jawab terhadap lingkungan hidup dan sumber daya yang bisa semakin menipis bahkan habis, di tengah produksi dan produktivitas manusia yang semakin meningkat dalam memenuhi kebutuhannya yang tampaknya tidak terbatas.

Pot bunga dari kaleng cat bekas/Dokumentasi Pribadi
Pot bunga dari kaleng cat bekas/Dokumentasi Pribadi
Pot bunga dari kaleng cat bekas /Dokumentasi Pribadi
Pot bunga dari kaleng cat bekas /Dokumentasi Pribadi
Wasana Kata

Pemanfaatan barang bekas di atas hanya contoh kecil dari kayu, bambu, dan kaleng cat bekas yang masih bisa dimanfaatkan selain hanya menjadi kayu bakar untuk berdiang, atau hanya dibiarkan teronggok memakan ruang dan merusak pemandangan. Masih banyak contoh dengan barang bekas lain yang bisa kita manfaatkan.

Jadi, liburan di rumah saja bukan karena kita tidak punya uang atau takut kepada Covid-19. Justru terkadang dari rumah kita bisa memberi manfaat bagi orang lain dan lingkungan sekitar kita, tapi sering kali kita abaikan.

Salam lestari. Selamat beribadah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun