Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tiga Hal Sederhana yang Tidak Mudah, tapi Diperlukan di Dunia Kartini

12 April 2021   11:57 Diperbarui: 12 April 2021   12:14 598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak hal yang bisa dijelaskan tentang ibu kita Kartini. Kali ini kita akan belajar tiga hal saja yang sederhana dari dia, sebab dunia Kartini adalah dunia kita.

Namanya juga belajar, ada saja jatuh bangun, dan bisa saja ada masalah atau kesalahan dalam prosesnya. Jangan takut salah, lebih baik belajar walapun salah, dari pada tidak sama sekali. Apa saja tiga hal sederhana itu? Ini dia.

1. Perlu bercanda untuk mengurangi kepedihan

Mungkin banyak candaan yang tidak dibutuhkan, lantaran dilontarkan tidak pada tempatnya atau oleh orang yang tidak tepat dan ditujukan kepada pihak yang kurang patut. Candaan seperti itu takjarang hadir mengejutkan.

Bagaimanakah sebuah candaan bisa menjadi bekal yang memadai untuk menghadapi penderitaan kita masing-masing? Tidak jelas benar caranya bagaimana, sebab sering kali kita disadarkan pada saat yang berbeda satu dengan lainnya, bahwa apa yang kita anggap sebagai penderitaan ternyata merupakan jalan keluar atau rencana penyelamatan.

Rencana penyelamatan itu bisa bagi kita, tapi bisa saja bukan, melainkan bagi orang lain. Tidak mudah, tapi perlu untuk kita berusaha menyadari bahwa yang harus terjadi, terjadilah.

2. Jalani mimpi dan usahakan memiliki sahabat

Tanpa seorang sahabat, tak terbayang bagaimana menjalani kehidupan yang penuh penderitaan ini. Sahabat bisa siapa saja, bahkan apa saja, yang mampu mengerti bahasa air mata.

Kita mungkin tidak mengingat persis kapan dan bagaimana mulai kita mulai bisa menulis dan membaca. Namun, agaknya kita tidak akan susah mengingat kita bisa menulis dan membaca karena siapa.

Kalau dalam lirik sebuah lagu yang berjudul "Jasamu Guru", disebutkan bahwa gurulah pelita penerang dalam gulita, jasanya tiada tara. Itulah contoh Kartini zaman kini.

R.A. Kartini di zamannya mungkin tidak pernah mengimpikan bahwa apa yang dia lakukan dari balik tembok tinggi tebal istana pingitannya, melalui korespondensi dengan para sahabat, kelak akan terdokumentasi sebagai salah satu catatan sejarah mula-mula semangat pergerakan dan kebangkitan nasional. Surat-suratnya berisikan semangat revolusi jiwa, yang darinya habislah gelap dan terbitlah terang.

Satu-satunya hal yang membuat Kartini tidak merasa sepenuhnya terkekang dalam pingitannya adalah karena ia sering mendapat kiriman buku bacaan dan juga koran-koran dari teman-temannya. Buku adalah apostel yang diam, cocok menjadi teman orang yang terpenjara.

Buku hanya akan berbicara ketika dibaca. Demikianlah buku menjadi sahabat yang bisu bagi Kartini, tapi terasa menghibur tatkala keadaan terkurung di antara kepungan orang-orang yang hidup tanpa kepedulian.

3. Kuatkan hati melewati setiap pencobaan

Kalau dulu di zaman Kartini, saat penjajahan demikian ganasnya menghisap darah pribumi sekaligus kekayaan alamnya, maka populasi penduduk terbabat habis. Gambaran itu sebagaimana dijelaskan pada buku "Panggil Aku Kartini Saja" yang terjadi di Demak dan Grobokan karena bencana kelaparan.

Kover buku
Kover buku

"Adapun mereka yang masih bertahan hidup, banyak sekali yang seperti kerangka kurusnya, terhuyung-huyung sepanjang jalan, beberapa kelihatan begitu letih, ada pula yang tak mampu lagi memakan makanan yang disuguhkan ke mulutnya, mereka mati."

Tanpa menuliskan daftarnya di artikel ini, kita bisa membuat daftar panjang sendiri tentang penderitaan yang ada di dunia. Baik yang menimpa diri kita sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara, hingga seluruh dunia ini.

Bagi seseorang yang sudah sangat lama menderita dan tetap menderita hingga menjelang akhir hayatnya, wawasannya tentang penderitaan tentulah sangat luas. Barangkali, ada yang merasa bahwa penderitaan paling keras pastilah penderitaan yang diakibatkan oleh siksa. Baik akibat siksa penyakit, siksa dari jiwa yang sesat, dosa, bencana, dan berbagai siksa lainnya.

Mungkin tidak banyak yang bisa atau yang sudah kita lakukan untuk memperbaiki penderitaan kita sendiri, apalagi penderitaan dunia ini. Satu hal yang mungkin masih bisa untuk kita lakukan bersama-sama mereka yang menderita, bahkan dalam penderitaan yang tak lagi tertahankan demi membersitkan sebuah harapan, "Kita perlu memanjatkan doa, kepada Sang Maha Pencipta, yang kita yakini harusnya mengasihi semua manusia di muka bumi."

Kuatkanlah hati melewati setiap pencobaan, meskipun untuk itu membutuhkan beberapa tetes air mata. Dia, yang takcukup untuk dijelaskan dengan kata-kata, punya jalanNya sendiri untuk menghiburkan manusia-manusia yang menderita.

Tanpa bermaksud untuk menggugat, tapi hanya berusaha tidak berhenti berharap, maafkanlah kami jika kami hanya dapat berdoa saat ini. Kalau bukan Tuhan, siapa lagi yang sanggup?

 

Selamat mengenangkan Kartini. Salam hangat dan sehat selalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun