Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Puji Tuhan, Terima Kasih Kompasiana dan Kompasianer, "Mejuah-juah!"

17 November 2020   14:23 Diperbarui: 17 November 2020   14:56 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangyar utas (link) Kompasiana Awards 2020

Kaget bukan main, ketika pada Senin, 16 November 2020 yang lalu, sekitar jam 10:16, saya melihat gambar tangkapan layar (tangyar) dari utas (link) Kompasiana Awards 2020, yang dikirim seorang rekan Kompasianer di salah satu WhatssApp Group. Gambar itu berisi daftar nominator penghargaan kategori Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2020.

Saya tidak pernah menduga akan masuk nominasi di kategori manapun pada ajang tahunan prestisius bagi para Kompasianer itu. Pada daftar tertulis nama bung Guido Reba dari NTT, bang Fauji Yamin dari Maluku Utara yang tinggal di Jakarta, bang Kartika Eka H yang bermukim di Kalimantan, serta ibu Hennie Triana yang saat ini berdomisili di Jerman. Saya sendiri lahir, besar, tinggal dan berkeluarga di Kabanjahe, Tanah Karo, Sumatera Utara. (Inilah contoh kampanye terselubung, hehe..bercanda).

Kompasiana Awards yang kembali digelar, meskipun secara vitual, akibat pandemi pada tahun 2020 ini, rasanya tidak mengurangi maknanya sebagai ajang penghargaan tahunan yang spesial bagi para Kompasianer. Apalagi dalam profil acaranya disebutkan bahwa penghargaan itu ditujukan bagi para Kompasianer yang secara konsisten membuat konten berkualitas sepanjang tahun 2020.

Jujur saja, ada rasa tidak pantas dalam hati saya menerima kehormatan sebesar ini di saat ada lebih banyak Kompasianer senior dengan konsistensi menulis dan kualitas artikel yang lebih mumpuni daripada saya. Lagi pula saya baru dua tahun lebih sebulan menjadi Kompasianer, tepatnya pada tanggal 29 Oktober 2018.

Saya mencoba memaknai kehormatan yang besar ini, menjadi salah satu nominator kategori Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2020, pada momen Hari Toleransi Internasional, 16 November 2020, sebagai buah dari sikap toleransi yang tinggi dari para Kompasianer kepada saya, yang masih berjuang menjelajah rimba raya jurnalisme warga dan segala pernak-perniknya, di Kompasiana sebagai seorang taruna. Sudah pasti bukan karena kehebatan saya, saya sendiri tidak merasa hebat di hadapan Kompasianer dan Kompasiana.

Selain itu, saya harus tahu diri, bahwa nama kecil saya hanya terseret ke arena Kompasiana Awards 2020 ini akibat pesona luar biasa yang kebanyakan masih tersembunyi dari Tanah Karo, tanah kelahiran dan kampung halaman saya. Kiranya, tempat dimana saya juga dibuai dan dibesarkan Bunda, Tanah Karo akan juga menjadi tempat akhir saya menutup mata.

Bunda, sengaja saya tuliskan huruf besar meskipun berada bukan di awal kalimat, dan bukan panggilan langsung dalam sebuah percapakan kepada orang kedua, karena Ibu bagi saya adalah sekolah pertama. Di Kompasiana pun , Ibu adalah salah satu orang yang paling mendukung saya. Setiap kali saya membagikan utas artikel di akun media sosial saya, Ibu adalah salah satu yang paling dulu dan paling sering memberi apresiasi.

Bagiku, doa seorang Ibu sudah cukup untuk memberikan keberanian dan keyakinan diri dalam menghadapi segala situasi. Terima kasih Ibu.

Oh ya, sebagian besar artikel yang saya krimkan sejak bergabung di Kompasiana seringkali memang membahas pernak-pernik kearifan lokal masyarakat Karo. Selain menulis di Kompasiana adalah hobi yang kemudian menjadi candu, artikel tentang Tanah Karo dan segala pernak-perniknya memang saya niatkan untuk membagikan keindahan alam, kekayaan budaya, dan juga tradisi masyarakat Karo, kepada siapa saja yang membacanya.

Terima kasih kepada Kompasiana yang sudah menjadikan deskripsi niat di atas sebagai profil singkat saya, yang terbaca pada utas Kompasiana Awards 2020. Gue banget, menurut saya.

Kehormatan ini pun menurut saya adalah bentuk toleransi Kompasiana, dan para Kompasianer tentu saja, yang memberikan ruang serta perhatian kepada isu lokal, sosial budaya, dan segala hal terkait Karo dan Tanah Karo, sehingga kenyataan mengejutkan seperti ini bisa terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun