Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bagai Labu di Bawah Papan, Tidak Penting Bukan Berarti Tidak Ada

25 Mei 2020   13:56 Diperbarui: 25 Mei 2020   14:46 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seringkali kita mendapati bahwa hal-hal yang penting adalah sesuatu yang paling banyak dicari, atau orang-orang penting adalah yang paling dikenali. Sebaliknya, sesuatu atau seseorang yang kurang atau sama sekali tidak penting sering kali diabaikan atau bahkan tidak diakui keberadaannya.

Namun, bila ternyata eksistensi sesuatu atau seseorang nyata adanya, bukankah hal itu terjadi karena sebuah alasan? Dipandang tidak penting bukan berarti tidak ada atau tidak bernilai sama sekali.

Dalam bahasa Latin ada istilah persona non grata, yang bermakna harafiah "orang yang tidak diinginkan". Bahasa daerah Karo juga memiliki sebuah ungkapan yang identik dengan istilah Latin itu, katanya "Bagi gundur teruh papan". Bila diterjemahkan bebas ke dalam Bahasa Indonesia maka akan menjadi "Seperti Labu di Bawah Papan", yang bermakna sesuatu atau seseorang yang hanya dicari di kala perlu.

Labu yang dimaksud dalam terjemahan ungkapan ini adalah labu putih, yang dalam bahasa Karo dikenal dengan nama gundur. Kata "gundur" sering digunakan secara peyoratif untuk menyindir seseorang yang dianggap lemah, tidak penting.

Sebagaimana labu putih yang tumbuh menjalar di atas tanah, bila tidak mendapatkan dahan atau tiang tempat merambat hingga buahnya bisa menggelantung, maka labu putih akan terus tumbuh merambat sehingga seringkali buahnya tergeletak juga di bawah kolong-kolong papan atau tempat-tempat lain yang bahkan kurang pantas.

Buah labu putih menggelantung di pagar (dokpri)
Buah labu putih menggelantung di pagar (dokpri)
Dari sanalah frasa "di bawah papan" disematkan kepada labu dan dipakai menjadi kiasan bagi orang-orang yang dianggap tidak penting, atau hanya diingat mana kala perlu. Karena jarang sekali diperlukan, ia dipandang tidak penting. Bila tidak perlu, ia lebih sering tidak diingat.

Bukan dalam arti kiasan sebagaimana makna peyoratif di atas, atau makna harafiah dalam istilah persona non grata, labu putih bukannya sama sekali tidak diinginkan dan tidak penting dalam kenyataan. Namun, jenis sayuran yang satu ini memang bukan menjadi menu masakan yang sering dimasak di dapur-dapur rumah tangga sebagai sajian rutin bagi keluarga.

Entah bagaimana, labu putih atau gundur hanya muncul sesekali, itu pun dalam acara tertentu di masyarakat kami di sini. Biasanya saat ada acara syukuran peletakan batu pertama atau acara syukuran memasuki rumah baru. Itupun, biasanya sayuran ini hanya menjadi santapan saat sarapan pagi.

Memasak labu putih (dokpri)
Memasak labu putih (dokpri)
Kalau mau mengatakan bahwa labu putih tidak penting sama sekali, ternyata tidak. Untuk jenis acara yang terakhir disebutkan di atas, tampaknya acara terasa tidak biasanya kalau sayurannya bukan labu putih, biasanya dimasak bersama dengan potongan daging ayam kampung.

Dalam acara-acara adat yang normalnya memakai sayur dari bahan labu putih, pihak yang bertanggung jawab untuk memasak hidangan biasanya membagi tugas dalam mengolah dan memasaknya. Bagian mengupas dan membelahnya biasanya dikerjakan oleh laki-laki, sementara bagian mengiris-ngiris dan memasaknya dikerjakan oleh wanita.

Buah labu putih memang cukup besar, sehingga agak repot untuk mengupas dan membelahnya. Barangkali, itu jugalah alasan praktisnya, mengapa di sini orang jarang sekali membeli bahan sayuran ini untuk di masak di dapur keluarga sebagai sayur sehari-sehari. Padahal harganya pun sangat murah, tapi memiliki manfaat yang tidak murahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun