Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Mencintaimu adalah Rasa yang Tepat di Waktu yang Tepat

15 Oktober 2019   15:59 Diperbarui: 17 Oktober 2019   15:08 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Halaman Akun Kompasiana (dokpri)

Hari itu, Senin, 29 Oktober 2018. Saya ditugaskan oleh pimpinan untuk mengikuti sebuah rapat di gedung DPRD di kampung kami, untuk membahas rancangan kebijakan umum anggaran APBD Tahun 2019. Undangan rapat yang seharusnya dijadwalkan pada jam 10:00 wib pagi itu saya hadiri terlambat sekitar 30 menit. Saya agak terengah-engah, karena harus menaiki tangga yang cukup terjal dengan badan yang cukup tambun. Ditambah lagi, saya terlambat.

Namun, rapat itu belum dimulai pada saat saya masuk ke ruangan rapat. Mengambil tempat duduk paling pojok di ujung barisan kursi bagi peserta dari unsur pemerintah daerah, saya menghempaskan diri duduk di kursi, dan mulai menenangkan diri sambil mengatur nafas.

Karena rapat tidak kunjung dimulai, sebagian orang mulai gelisah. Ada yang berjalan hilir mudik keluar masuk ruangan. Ada juga yang asyik sendiri dengan telefon genggamnya, entah sedang membaca berita atau bermain game.

Saya sendiri yang sudah lebih tenang dari 15 menit yang lalu. Saya memainkan telefon genggam sekenanya saja. Saya membuka-buka berbagai portal berita yang merilis berbagai macam berita di sana. Saya tertarik dengan salah satu artikel dari Kompasiana yang diposting oleh Kompas.com. Saya tidak ingat itu artikel waktu itu tentang apa.

Kami yang ada di ruangan itu memang sudah agak bosan menunggu. Selesai membaca artikel itu sampai tandas, saya tertarik ingin memberi komentar atas ulasan di artikel itu. Saya menuliskan komentar dan mencoba mengirimnya. Namun, muncul peringatan bahwa saya harus login untuk bisa memberi komentar. Artinya, saya juga harus memiliki akun baru bisa login.

Iseng-iseng karena bosan menunggu, saya mendaftar untuk membuat akun. Setelah berhasil membuatnya, saya login dan kembali ke artikel yang tadi ingin saya beri komentar. Akhirnya, sayapun bisa memberikan komentar di artikel itu.

Peserta rapat itu masih juga belum korum, dan kami masih harus menunggu. Saya melanjutkan mengulik-ulik setiap sudut dashboard akun Kompasiana saya yang baru dibuat itu. Saya mencoba menu untuk menulis. Maka dashboard halaman menulis segera tampil dengan segala panel bantuannya. Lalu, apa yang akan saya tulis? pikirku.

Hari itu, adalah satu hari setelah peringatan hari Sumpah Pemuda ke-90 pada 28 Oktober 2018. Sehari sebelumnya, tepat pada peringatan hari Sumpah Pemuda itu, saya memang ada menulis sebuah tulisan yang cukup panjang, menurut teman-teman yang berkomentar, di akun facebook saya. Tulisan itu, saya beri judul "Relevansi Semangat Sumpah Pemuda di Tengah Tantangan Era Post-Truth."

Isinya adalah apa yang muncul di benak saya setelah mendengar sambutan Menteri Pemuda dan Olah Raga yang dibacakan oleh inspektur upacara, disandingkan dengan tantangan pemuda-pemudi di masa kini, yang saya lihat di kampung ini dan pemuda-pemudi di berbagai tempat di dunia melalui media, baik cetak maupun elektronik.

Pemuda yang hidup di zaman modern ini, dengan barang-barangnya yang canggih, menjadi makhluk yang membangun pengertiannya dengan cara yang sama sekali berbeda dengan masa-masa dua puluh tahun yang lalu. Maka, di masa kini, apa yang dulu saya anggap benar bisa saja menjadi salah saat ini. Bahkan apa yang dirasa benar oleh orang lainpun bukan sekadar seperti apa yang tampak di permukaan, yang bagi saya tampak sebagai sebuah kesalahan. Tapi ini, bukan tentang kebenaran di era post-truth yang sukar dimengerti itu. Ini tentang ulang tahun Kompasiana yang ke-11 pada tahun ini, jadi bukan sesuatu yang serius-serius begitu. Hehe.

Saya menambahkan berbagai pandangan pada tulisan itu, baik yang berasal dari respons teman-teman saya di kolom komentar, maupun yang saya cari dari referensi lain. Tulisan berjudul "Relevansi Semangat Sumpah Pemuda di Tengah Tantangan Era Post-Truth" itu menjadi artikel pertama yang saya tulis di Kompasiana. Itu tercatat bertanggal 29 Oktober 2018, pukul 16:38 wib dan diperbarui pada 4 November 2018 pukul 11:26 wib.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun