Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Betul Kok! Ada Evolusi? Hmhmhm...

2 September 2019   15:16 Diperbarui: 3 September 2019   00:32 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Jeepers Creepers Sumber: https://en.wikipedia.org)

Aku menawarkan kepadanya agar kami makan malam, ia berkata akan makan malam di rumah saja. Dia sudah beberapa tahun menjadi duda, istrinya telah tiada, tapi ia tidak menikah lagi. Maka, sampai di rumah ia pasti akan memasak untuk dirinya sendiri, itupun kalau ada yang mau dimasak, bukan saja soal ada tidaknya uang, tapi saya bisa membayangkan seorang pria yang ditinggal mati oleh istrinya. Hmhmhm... Aku berhenti tersenyum, karena aku semakin mendekati arti menderita dalam kesunyian, tapi dia memang terlihat tenang saja, sejak dari awal, sejak dulu.

Tindakannya ini seolah menjadi gambaran ajaran Stoa dalam etika. Bahwa seseorang tidak perlu terbawa emosi negatif atau pathos. Seperti perasaan takut misalnya, melainkan berbahagia dengan kemerdekaan penuh, menjadi cuek.

Dia yang bergumam dalam "Hmhmhm" saja, menjelaskan inti ajaran Stoa: "Itu adalah orang-orang yang percaya bahwa emosi negatif, yang menghancurkan manusia, dihasilkan dari keputusan yang salah. Seorang sophis, yaitu orang yang memiliki kesempurnaan moral dan intelektual, tidak akan pernah mengalami emosi-emosi yang merusak kebahagiaan, misalnya marah berlebihan, panik berlebihan, sedih berlebihan, dan sebagainya. Seorang Stoik, seperti kata Epictetus, hendaknya tidak banyak bicara tentang ide-ide besar, apalagi kepada orang-orang awam. Melainkan bertindak selaras dengan apa yang dipikirkannya tentang kebaikan."

Memang terkadang dalam kehidupan, ketenangan dari orang-orang yang menderita dalam kesunyian itu menjadi hiburan dan sekaligus sumber kejengkelan bahkan olok-olokan bagi orang lain. Tapi ia tetap tenang. Apakah dia menderita atau menikmati, hanya terdengar dalam "Hmhmhm"nya.

Stoikisme adalah cara hidup yang menekankan dimensi internal manusia. Seorang Stoik dapat hidup bahagia ketika ia tidak terpengaruh oleh hal-hal di luar dirinya. Hal ini berbeda dengan istilah filsuf atau filosof yang hanya menyukai ide-ide kebijaksanaan, tetapi biasanya gagal melakukan ide-ide kebijaksanaan itu dalam tindakan.

Di mata kaum Stoa, logos universalnya adalah Dia yang menata alam semesta ini dengan rasional. Maka, senegatif apa pun kejadian yang menimpanya, seorang Stoa yang bijak akan melihat kejadian tersebut sebagai bagian dari tenunan indah Ilahi atau Logos. Maka, para pemikir etika yang dipengaruhi oleh filsafat Stoa, juga selalu melibatkan Allah dalam konstruksi etikanya.

Siapa yang bisa memastikan pada zamannya bahwa Darwin tidak memikirkan Allah sewaktu menciptakan teori evolusinya, sehingga ia sangat ditentang agamawan? Sejarahlah yang kini membuktikannya, meskipun secara lahiriah tidak sebanding dengan apa yang didapatkan Darwin oleh karenanya.

Referensi:

https://id.wikipedia.org/wiki/Stoikisme

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun