Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Betul Kok! Ada Evolusi? Hmhmhm...

2 September 2019   15:16 Diperbarui: 3 September 2019   00:32 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Jeepers Creepers Sumber: https://en.wikipedia.org)

Menurut Locke, seluruh pengetahuan bersumber dari pengalaman manusia. Sebelum seorang manusia mengalami sesuatu, maka pikiran atau rasio manusia itu belum berfungsi atau masih kosong. Dengan kata lain, rasio manusia hanya berfungsi untuk mengolah pengalaman-pengalaman manusia menjadi pengetahuan, sehingga sumber utama pengetahuan menurutnya adalah pengalaman. Hal ini dijelaskan dalam tulisannya tentang "Esai tentang Pemahaman Manusia" (An Essay Concerning Human Understanding-1690).

Menurut Locke, ketika keadaan alamiah manusia telah mengenal hubungan-hubungan sosial, maka situasi harmoni mulai berubah, dimana penyebab utamanya adalah uang. Oleh karena uang, manusia berubah menjadi pengumpul kekayaan secara berlebihan, manusia mempertahankan harta miliknya, ia menjadi mudah iri, saling bermusuhan, dan saling bersaing.

Maka dengan dasar kedengkian, manusia terbiasa melakukan kekerasan, dan saling menghancurkan. Hal inilah yang memakan manusia, menjadikan manusia sebagai mangsa dewasa ini. Perubahan, yang entah dalam bentuk evolusi atau revolusi ini, berpotensi memusnahkan kehidupan manusia.

Dari kesadaran itulah John Locke, memunculkan istilah kontrak sosial, sebagai jalan keluar dari keadaan perang sambil menjamin milik pribadi. Konsep ini juga menandai saat lahirnya negara persemakmuran (commonwealth). Dengan demikian, tujuan berdirinya negara bukanlah untuk menciptakan kesamarataan setiap orang, melainkan untuk menjamin dan melindungi milik pribadi setiap warga negara yang mengadakan perjanjian tersebut.

Mengambil latar kehidupan Locke pada zaman monarki di Inggris dan situasi yang berkembang di Eropa secara umum, sudah menjadi kenyataan bahwa sejak dahulu kala, untuk menjadi anggota parlemen yang bertugas menyusun undang-undang negara, berhubungan erat dengan dibutuhkannya banyak sekali sumber daya, atau tersedianya ongkos politik yang mahal.

Locke juga menjadi salah satu pembaca pertama dari "Principia," karya penting dari Isaac Newton. Locke dan Newton sering bertemu untuk berdiskusi dan saling berkirim surat, untuk membahas topik-topik tertentu. Topik yang menjadi minat utama mereka berdua bukanlah ilmu alam tetapi penafsiran Alkitab. Maka, menjadi jelas mengapa didapatkan juga adanya pandangan lain dari Locke, yang masih berhubungan dengan konsep negara, yakni mengenai hubungan antara agama dan negara. Hal ini ditemukan di dalam tulisannya yang berjudul "Surat-Surat Mengenai Toleransi" (Letters of Toleration).

Lalu, kembali ke percakapan saya dengan Pak Pendeta soal evolusi pada malam minggu yang seharusnya santai, saat waktu sudah menunjukkan pukul 23:15 wib. Kata Pak Pendeta: "Itulah evolusi ya? Hampir-hampir mirip juga dengan akibat pengaruh polusi."

Zeno, tokoh awal filsafat Stoa, yang mirip parasnya dengan pak Pendeta yang sedikit bicaranya itu, seolah mengkonfirmasi pandangan yang mencolok tentang etika Stoa dalam sosok pendeta ini, yakni: "Bagaimana manusia memilih sikap hidup dengan menekankan apatheia, hidup pasrah atau tawakal menerima keadaannya di dunia. Sikap tersebut merupakan cerminan dari kemampuan nalar manusia, bahkan kemampuan tertinggi dari semua hal."

Mungkinkah, gumamannya dalam "Hmhmhm" sesekali dalam ocehan saya itu adalah bentuk ketenangannya yang luar biasa atau mungkin bentuk kemampuan nalarnya yang tertinggi atas semua hal yang terjadi, aku hanya tersenyum-senyum membayangkannya.

Atau barangkali, bagi saya yang awam mengenal personalnya secara kasat mata, pada dirinya tidak terjadi proses evolusi? Atau mungkin belum, entah besok nanti pada keturunannya? Karena, sejak dulu saya mengenalnya, penampilan dirinya tetap seperti hari ini. Bukan soal muda atau tua keadaan raganya, tetapi sikap apatheia, hidup pasrah dan tawakalnya. Ia tetap konsisten, dalam kesederhanaan atau cuek saja. Seperti itukah yang dikatakan filsuf? Hmhmhm...

Dalam keadaannya yang aku simpulkan sementara "menderita dalam kesunyian," terbersit perasaan iba. Dulu ia merokok, tapi sekarang tidak. Itu bagus, lebih sehat, seharusnya. Tapi jangan-jangan karena ia tidak mampu lagi membelinya. Aku tawarkan, sepanjang 1 jam itu, ada dia ambil satu saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun