Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Yang Diperlukan Kehidupan Ketika Tidak Ramah dan Tanpa Remedial

16 Juli 2019   12:37 Diperbarui: 20 Juli 2019   02:34 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi 2 anak tengah bersedih. (sumber: thepopple.com)

Sudah biasa kita dengar dalam pelaksanaan ujian-ujian di sekolah, akibat dari nilai ujian yang buruk atau tidak memenuhi ambang batas nilai lulus ujian, maka pihak sekolah memberikan kesempatan ujian ulang atau remedial. 

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia remedial berarti: 1. berhubungan dengan perbaikan, misalnya dalam frasa pengajaran remedial, artinya adalah pengajaran ulang bagi murid yang hasil belajarnya jelek; 2. bersifat menyembuhkan.

Umum juga dipakai sebagai pengganti istilah ujian adalah kata ulangan. Dapat diasumsikan bahwa orang yang mengikuti ujian berarti menjalani pengulangan atas  berbagai hal yang sudah lebih dahulu dia pelajari atau alami.

Lalu, mengapa kita bisa tidak lulus ujian, jika mengikuti ujian berarti mengulangi berbagai hal yang sebenarnya sudah pernah kita pelajari atau alami? 

Jawaban yang paling umum adalah, pertama karena sudah lupa dengan apa yang ditanyakan melalui soal ujian, dan kedua karena materi yang dijadikan soal ujian itu belum pernah dipelajari.

"Hal yang penting adalah sejauh mana persoalan-persoalan kehidupan yang telah dijalani atau datang berulang kali itu, ... mampu kita jawab dengan upaya yang maksimal."

Lupa dan belum atau tidak belajar itu sendiri adalah bagian kelalaian yang tentu saja akan berdampak terhadap lulus atau tidaknya seseorang dalam mengikuti ujian. Begitu juga dalam ujian kehidupan.

Lupa akan sesuatu hal, atau tidak mau belajar atas kesalahan yang telah terjadi, hanya akan berakibat terhadap terjadinya pengulangan persolan dalam hidup.

Bahwa dalam hidup persolan akan selalu datang silih berganti atau bahkan terjadi berulang-ulang adalah sesuatu yang tidak bisa dilarang. 

Hal yang penting adalah sejauh mana persoalan-persoalan kehidupan yang telah dijalani atau datang berulang kali itu, yang bisa dipersamakan dengan soal ujian, mampu kita jawab dengan upaya yang maksimal. Maksimal dalam hal ini adalah sejauh dan sekuat kemampuan yang kita miliki.

Apapun hasil atas sebuah ujian yang dikerjakan dengan upaya maksimal seharusnya tidak akan membuahkan penyesalan. Begitulah adanya, manusia hanya berusaha, yang menentukan hasilnya adalah yang Maha Kuasa. 

Bukankah lupa atau tidak lupa yang terjadi dalam alam pikiran, serta hikmat dan pengetahuan, sumbernya adalah dari Yang Maha Kuasa? Dia yang mengaruniakan kekuatan pikiran, hikmat dan pengetahuan yang berbeda-beda bagi setiap manusia.

Bila kita memandang burung-burung yang terbang di angkasa, kita manusia yang ada di bawahnya tentu tidak bisa melarangnya beterbangan di atas kepala kita. 

Kita hanya bisa berjaga-jaga agar burung-burung itu tidak hinggap di atas kepala kita, di saat begitu banyak tempat lain untuk dihinggapi selain kepala kita. Atau berjaga-jaga agar jangan sampai burung-burung itu menjatuhkan tahinya mendarat di atas kepala kita, di saat begitu luas tempat lain selain kepala kita untuk mereka buang tahi.

Seandainya ada remedial kehidupan, apa yang anda paling inginkan untuk dapat dilakukan barangkali hanyalah sebuah angan-angan yang tidak perlu terlalu diharapkan.

 Orang bilang hidup adalah kesempatan, dan kesempatan biasanya tidak datang berulang kali, termasuk kesempatan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam hidup. Kalaupun ada, barangkali hanya menghinggapi segelintir orang yang beruntung.

Hidup adalah rahasia Ilahi. Apa yang penting dalam menjalani hidup yang penuh dengan rahasia ini adalah memastikan apakah kita sudah menjalaninya dengan upaya terbaik yang kita miliki. 

Semua yang telah terjadi dalam hidup yang tidak disia-siakan dengan sengaja sepatutnya hanya untuk disyukuri, dan yang tersisa menanti di depan adalah harapan. 

Seburuk apapun masa lalu yang telah berlalu, jangan harapkan ramah tamah dari kehidupan akan menyediakan remedial untuk memperbaikinya. Kita mungkin hanya punya kesempatan untuk berjuang mendapatkan sepasang kaki yang kokoh, sepasang lengan yang kekar untuk bisa berjalan bersama pemilik bahu yang kokoh atau sepasang tatap mata yang menenangkan. 

Kalaupun tidak, sekurang-kurangnya kita punya kaki yang mampu berdiri sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun