Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Kereta Api Pernah Ada di Pancur Batu

8 Juni 2019   12:48 Diperbarui: 29 Juni 2019   15:11 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemberitaan harian SIB, Jumat (28/06/2019) tentang rencana pembukaan kembali jalur KA Medan-Pancur Batu - dokpri

Pancur Batu, adalah sebuah kecamatan yang secara administratif termasuk wilayah Kabupaten Deliserdang, dengan luas wilayah 122.53 km2, dan berjarak sekitar 18 km dari Kota Medan.

Secara demografis kecamatan ini mayoritas dihuni oleh warga suku Karo, sebagiannya suku Batak dan Jawa, serta suku-suku lainnya, termasuk Tionghoa.

Pada masa penjajahan Kolonial Belanda, Pancur Batu dikenal dengan nama Arnhemia, diberikan oleh Pemerintah Hindia Belanda. Dalam laman wikipedia berbahasa Inggris, hingga hari ini masih lebih dikenal nama Arnhemia dibanding nama Pancurbatu. English Wikipedia menjelaskan Arnhemia sebagai "a town in North Sumatra, Indonesia."

Arnhemia sendiri adalah nama salah satu spesies dari tanaman thymemelaeceae, golongan pohon gaharu. Barangkali di kota ini dulunya banyak terdapat pohon gaharu.

Pada masa-masa pemerintahan Kolonial Belanda, di Arnhemia atau Pancur Batu terdapat perkebunan tembakau, tepatnya di kawasan Tuntungan, milik Deli Maatschappij. Selain perkebunan tembakau di Tuntungan, di Arnhemia dulupun terdapat perkebunan tembakau milik Rotterdam Deli. Keberadaan perkebunan ini mengakibatkan dibutuhkannya banyak kuli kontrak untuk bekerja di sana.

Inilah alasan kenapa di Pancurbatu pernah ada stasiun kereta api, yang boleh dibilang cukup besar pada masa jayanya. Stasiun ini dibangun pada tahun 1900, ketika dilakukan perluasan area perkebunan tembakau. Pada waktu itu penanaman kopi di kawasan Serdang juga mulai menuai sukses besar. Oleh sebab itu perusahaan kereta api yang dulu dinamakan Deli Spoorweg Maatschappij (DSM) melakukan perpanjangan jalur rel sepanjang 162 mil, dengan rute baru, yakni Medan-Arnhemia salah satunya. Dalam peta jalur kereta api lama Sumatera Utara, nama Arnhemia akan ditemukan merujuk kota Pancurbatu sekarang.

Stasiun Kereta Api Pancur Batu Tempo Dulu, sumber: https://storgram.com/tag/pancurbatu
Stasiun Kereta Api Pancur Batu Tempo Dulu, sumber: https://storgram.com/tag/pancurbatu
Bagian Belakang Stasiun Kereta Api Pancur Batu Kini (2013) telah dijadikan hunian, sumber: https://storgram.com/tag/pancurbatu
Bagian Belakang Stasiun Kereta Api Pancur Batu Kini (2013) telah dijadikan hunian, sumber: https://storgram.com/tag/pancurbatu
Selain moda transportasi kereta api, dari penuturan Pdt. Jonvianus Tarigan pada tahun 2011, yang melayani sebagai pendeta di Buluh Awar, Kecamatan Sibolangit, sebuah Kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Pancurbatu, dia menjelaskan bahwa jalur transportasi darat berupa jalan beraspal telah lebih dahulu dibuka pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1892, tidak lama setelah masuknya pekabar Injil dari Belanda ke Buluh Awar pada 1890.

Baca juga: https://www.kompasiana.com/teotarigan/5cb7809695760e43f638f713/pengorbanan-di-buluh-awar-dan-kisah-christopher-winnie-the-pooh-robin-renungan-menyambut-paskah

Ini adalah jalur jalan yang saat ini dikenal dengan nama Jalan Jamin Ginting. Jalan utama yang menghubungkan kota Medan dan Kabanjahe, Kabupaten Karo, sepanjang lebih kurang 76 km, dan melintasi kota Pancur Batu. Mungkin jalan ini adalah salah satu ruas jalan non tol yang terpanjang di Indonesia. Hingga saat ini jalan ini nyaris menjadi satu-satunya jalan nasional yang menghubungkan Kota Medan dengan 11 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Aceh.

Mengingat fakta ini, bisa dibayangkan bahwa infrastruktur transportasi pada masa kolonial sudah cukup maju khususnya di Pancur Batu. Namun, kondisi ini nyaris tidak berkembang, bahkan cenderung mundur saat ini. Salah satunya adalah hilangnya jalur kereta api Pancur Batu. Bahkan, perkembangan jalur transportasi berupa jalan aspal nasional, sebagai alternatif Jalan Jamin Ginting yang bersejarah cenderung stagnan. Padahal jalan ini nyaris tidak mampu menampung arus kendaraan, khususnya kendaraan yang menuju kota Berastagi di Kabupaten Karo pada hari-hari libur dan akhir pekan, karena Berastagi merupakan destinasi wisata yang ramai dikunjungi warga kota Medan dan sekitarnya, yang jaraknya relatif dekat dari kota Medan.

Kemacetan jalan Jamin Ginting di ruas Kota Berastagi saat puncak liburan Lebaran, 8/6/2019 (foto: Raka Milala)
Kemacetan jalan Jamin Ginting di ruas Kota Berastagi saat puncak liburan Lebaran, 8/6/2019 (foto: Raka Milala)
Kepadatan arus lalu lintas kendaraan sehari-hari di sekitar Pasar Pancur Batu (dokpri)
Kepadatan arus lalu lintas kendaraan sehari-hari di sekitar Pasar Pancur Batu (dokpri)
Memang kini, ada rencana pemerintah melalui instansi terkait, dalam hal ini PT. Kereta Api Indonesia, untuk menghidupkan kembali jalur kereta api dari Medan ke Delitua hingga Pancur Batu. Hal ini sebagaimana dilansir dari pemberitaan harian Sinar Indonesia Baru (SIB), edisi Jumat (28/06/2019).

Kalau rencana ini terwujud, tentu ini adalah sesuatu yang sangat baik. Selain untuk mengurai kemacetan lalu lintas jalan raya, perjalanan dengan kereta melalui jalur-jalur historis ini juga tentu akan membuka tumbuhnya potensi-potensi pariwisata baru.

Pemberitaan harian SIB, Jumat (28/06/2019)-dokpri
Pemberitaan harian SIB, Jumat (28/06/2019)-dokpri
Pemberitaan harian SIB, Jumat (28/06/2019) tentang rencana pembukaan kembali jalur KA Medan-Pancur Batu - dokpri
Pemberitaan harian SIB, Jumat (28/06/2019) tentang rencana pembukaan kembali jalur KA Medan-Pancur Batu - dokpri
Hari ini boleh saja kita melihat kota Pancurbatu sebagai kota kecil yang kurang bermakna. Namun, pada masa dulu Arnhemia adalah salah satu pusat pemerintahan Kolonial Belanda. Bukti-bukti peninggalannya masih terlihat dari beberapa bangunan yang dulunya digunakan sebagai gedung instansi pemerintah yang masih berdiri tegak hingga hari ini meski telah dialihfungsikan. Dua di antaranya adalah gedung yang sekarang dijadikan Kantor Camat Pancur Batu, serta gedung Rumah Sakit Umum yang dulunya adalah Kantor Kontrolir untuk perkebunan.

Kantor Camat Pancur Batu, elprinalimbong.wordpress.com
Kantor Camat Pancur Batu, elprinalimbong.wordpress.com
Berbelanja perlengkapan rumah di salah satu kios di jejeran Kedai Panjang Pasar Pancur Batu (dokpri)
Berbelanja perlengkapan rumah di salah satu kios di jejeran Kedai Panjang Pasar Pancur Batu (dokpri)
Selain itu, di beberapa kawasan di Pancurbatu masih bisa kita temukan sisa-sisa bangunan tua yang sudah ada sejak masa kolonial. Salah satunya adalah kawasan Kedai Panjang serta beberapa rumah penduduk di kawasan Kampung Keling. Namun sayang gedung-gedung tersebut beserta stasiun kereta api yang sudah sejak tahun 1973 tidak beroperasi lagi itu, tak terpelihara dengan baik.

Jejeran bangunan tua peninggalan Belanda yang kini dikenal dengan Kedai Panjang di Pasar Pancur Batu, sumber: https://storgram.com/tag/pancurbatu
Jejeran bangunan tua peninggalan Belanda yang kini dikenal dengan Kedai Panjang di Pasar Pancur Batu, sumber: https://storgram.com/tag/pancurbatu
Dilansir dari elprinalimbong.wordpress.com, Ngatiman (53), anak dari mantan salah satu pekerja di Perusahaan Kereta Api DSM, mengaku bahwa gedung stasiun kereta api tersebut telah mereka jadikan rumah sejak lama. Bahkah seluruh kawasan sekitar stasiun telah dipadati oleh rumah-rumah penduduk yang mayoritas anggota keluarga mantan pekerja Perusahaan Kereta Api DSM.

Dalam buku Kadet Brastagi (1980), seorang mantan kadet, Achmaddin Yus, menuturkan soal serangan Belanda dari Pantai Cermin yang mengakibatkan Pancurbatu ikut luluh lantak sehingga memutus jalur transportasi antara Medan Area dengan Tanah Karo. Meski sempat dilakukan serangan balasan ke Pancurbatu dan Kabanjahe pada 17 Agustus 1947, namun kedua wilayah itu hanya berhasil diduduki selama 5 jam. Apalagi perlawanan berat harus dihadapi para gerilyawan dengan peralatan seadanya.

Di samping itu, sejarah panas dan berdarah juga pernah terjadi di kota ini, meski masa-masa itu hampir cukup lama berlalu. Begitupun Kota Pancurbatu pernah menyimpan desas-desus soal perkelahian antar pemuda setempat. Namun, kini reputasi buruk ini mulai berkurang meski belum habis sepenuhnya.

Saya yang sesekali mengunjungi Dusun Tebing Ganjang, Desa Durin Tonggal, Kecamatan Pancur Batu, asal kelahiran orang tua, sesekali senang berbelanja ke Pasar Pancur Batu. Situasi pasar kini tampak lebih ramai. Terutama di hari pekan yang jatuh pada hari Sabtu, kemacetan total bisa terjadi di ruas jalan Jamin Ginting yang melalui tengah Kota Pancurbatu.

Pasar Pancur Batu, elprinalimbong.wordpress.com
Pasar Pancur Batu, elprinalimbong.wordpress.com
Berbelanja Aneka Penganan di salah satu sudut Pasar Pancur Batu (dokpri)
Berbelanja Aneka Penganan di salah satu sudut Pasar Pancur Batu (dokpri)
Di sekitar pasar ini juga marak perdagangan hewan ternak. Seperti babi, anjing, ayam, bebek, kambing, sapi, dan sebagainya. Juga dagangan para pengrajin besi lebur yang menghasilkan pisau, parang, cangkul, dan sebagainya masih ada yang bertahan di kota kecil ini. Karenanya tidak heran jika pada hari pekan, warga desa-desa di sekitar Pancur Batu, maupun dari Kabupaten Karo dan Kota Medan banyak datang berbelanja ke Pancurbatu.
Nama Arnhemia telah banyak dilupakan, tapi sejarah tak dapat dihapus, bahwa Pancurbatu pernah menjadi kota penting di masa keemasannya.

Referensi:

elprinalimbong.wordpress.com/2013/02/16/pancurbatu-sada-wari-i-arnhemia/amp/

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun