Mohon tunggu...
Aven Jaman
Aven Jaman Mohon Tunggu... Administrasi - penulis

Menjadi Berarti

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bendera PDIP Dibakar demi Alihkan Isu Skandal Jiwasraya? Begini Analisanya

2 Juli 2020   16:44 Diperbarui: 2 Juli 2020   16:46 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akan tetapi, sebagaimana berulang-ulang kali saya dan beberapa penulis lainnya ungkap ke publik bahwa berdasarkan investigasi Tempo Maret 2020 dan pengakuan salah satu terdakwa (Beny Tjokro), Jiwasraya sebetulnya sudah rusak sejak 2006 akibat repo terhadap saham milik Bakrie Group yang tidak ditebus-tebus juga.
 
Yang mengherankan kita, Bakrie sama sekali tak diusik. Oleh BPK dan Kejaksaan kasus Jiwasraya dipaksakan tetap digelar dengan melokalisir kasusnya hanya pada era 2008 ke sini saja. Fakta olengnya Jiwasraya pada sebelum 2008 sama sekali tak disinggung-singgung.

SEKARANG ANDA SEMUA PERLU MELIHAT dengan jeli! Khusus tahun ini isu PKI mulai digulirkan pada Maret, tepat ketika kejaksaan mengembangkan penyelidikan terhadap tersangka Jiwasraya yang sudah lebih dahulu diamankan pada Januari. Lalu pada Mei 2020, isu PKI ini makin massif, menemukan momentumnya pada persoalan RUU HIP.
 
Yang rancang RUU HIP adalah DPR. Di DPR, tak cuma fraksi PDI P yang terlibat menyusun. Kalau pun misalkan diusulkan oleh PDI P sekalipun, toh yang terlibat membahasnya kemudian menjadi RUU adalah semua fraksi, tak hanya PDI P. Namun, mengapa kemudian PDI P saja yang disalah-salahkan, diserang-serang habis-habisan dengan isu kebangkitan komunisme?

Saya termasuk orang yang tak mudah ditipu oleh adegan yang tertayang. Bagi saya, menganalisa sebuah akrobasi politik tak bisa dengan menghubung-hubungkan begitu saja fenomena yang tampak.

Menggali dan coba menemukan otak utama maupun motiv di balik apa yang tertayang adalah sebuah tuntutan di jiwa guna hadirkan sesuatu yang dekati kebenaran kepada pembaca. Syukur-syukur kalau yang dihadirkan adalah sebuah kebenaran faktual seperti ketika saya berhasil membongkar kebusukan niat Ratna Sarumpaet tahun lalu.

Demikian pun, pembakaran bendera PDIP bisa saja hanya kamuflase, sebuah trik penyamaran demi sembunyikan agenda kepentingan.

Lihat! Yang tertayang adalah PA 212 berunjuk rasa konon karena kepeduliannya kepada Pancasila. PA 212 selama ini sering dikonotasikan berintim ria dengan pengusung ideologi khilafah.
Sehingga, bisa mudah ada anggapan kalau aksi ini adalah aksi para pengusung khilafah. Kalau tidak jeli, publik bisa terjebak dalam kesimpulan tersebut.
 
Di atas kertas, PDI P adalah partai yang lagi berkuasa saat ini. Partainya kaum nasionalis-sekular ini adalah yang bersama partai nasionalis-religius plus golongan Gus Durian paling keukeuh menolak penerapan ideologi khilafah bagi segenap penjuru negeri.

Maka, hancurkan PDI P, bakal memuluskan agenda ganti ideologi. Kesimpulan seperti ini bisa saja benar.

Namun, demi melihat adanya isu lain yang tayang bareng dengan isu tersebut di hadapan publik, rasanya perlu pula menggali jangan sampai insiden bakar bendera PDIP hanyalah kamuflase atas agenda lain yang lebih mengancam kepentingan pemesan isu.

Saya di Sisi Para Nasabah, Tak Rela Kisah Ini Berakhir Seperti First Travel

Isu pencideraan Pancasila dan kemunculan kembali PKI khusus pada tahun ini terjadi tidak seperti biasanya. Kalau biasanya bulan Agustus hingga Oktober, tahun ini dimulai pada Maret dan mulai masif pada Mei. Bulan-bulan yang kalau disimak secara saksama adalah bulan-bulan yang penting sehubungan dengan perjalanan kasus Jiwasraya digeber di hadapan publik.

Jadi? Apakah pembakar bendera PDIP adalah orang-orang HTI atau pengusung khilafah? Saya meragukannya. Malah condong untuk menduga bahwa ini adalah framing guna mengaburkan proses di pengadilan terkait Jiwasraya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun