Mohon tunggu...
Tenu Permana
Tenu Permana Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk mengingat, membaca untuk kesadaran.

Mahasiswa Sastra, yang sedang mencoba menggoreskan pembelajaran dan buah pikirnya.

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Salah Kaprah Pemakai dan Penunggang Hashtags

20 Mei 2020   11:12 Diperbarui: 20 Mei 2020   11:19 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika sebatas mengetahui kita jarang mengamalkan pengetahuan kita, nah jadi pengetahuan yang kita miliki itu masih berjarak dengan diri kita, kalo sadar itu sudah masuk dalam tahap mengetahui dan paham akan pengetahuan itu dan diamalkan dalam hidup. 

Simpelnya, semua orang tahu berbuat kebaikan itu baik, tapi berapa banyak sih yang melakukan kebaikan. Semua tahu baca buku itu bisa buat pintar dan banyak pengetahuan, tapi berapa banyak sih di Indonesia yang rajin baca buku (bisa banyak, pas mau ujian tapi). 

Nah orang yang melakukan kebaikan itu tidak hanya sekadar tahu melainkan sudah sadar. Perbedaan inilah yang mendasari kenapa kekeliruan itu tetap terjadi, dan mungkin juga tetap melakukan kekeliruan dan salah kaprah akan hashtag ini disebabkan mereka ingin tetap up-to-date akan hal yang sedang ramai jadi perbincangan.

Pertama-tama sih harusnya cari tahu dulu apa yang jadi maksud hashtag itu, tapi ajaibnya warga Twitter di kita mereka malah menanyakan dengan men-tweet dan memakai hashtag itu. 

Contohnya, jika #PolrisiapamankanJKT sedang ramai diperbincangkan, nah warga-warga Twitter yang ajaib dan salah kaprah ini malah men-tweet "Polisi aja ngamanin Jakarta, ini kamu gamau ngamanin aku gituuuh?" Plus pakai "#PolrisiapamankanJKT" beserta "wajah selfie-nya". 

Dalam hal ini ya enggak salah, apalagi dalam hal bertanya, tapi ya ngapain juga menyertakan foto selfie-mu, pertanyaannya pun bukan bermaksud mencari tahu maksud dari hashtag itu tapi ya sekadar basa-basi buat dapat perhatian.

Tapi ya enggak semua warga Twitter sekarang seperti itu, banyak juga dari pengguna Twitter di kita menggunakan hashtag dengan memberikan info untuk membantu, seperti #TwitterDoYourMagic, atau mengarsipkan tweet-tweet yang setema dan serupa dengan hashtag yang dibuat sendiri, lagi pula Hashtag erat kaitannya dengan tanda, dan hashtag adalah tanda yang diberi makna. Semacam bahasa, bisa diberi makna denotatif atau konotatif,  bisa kita isi dengan semau kita dan sistemnya suka-suka. 

Namun yang sering salah kaprah dari memakai hashtag biasanya yang sering salah kaprah dalam melakukan hal ini adalah muda-mudi yang mungkin, mungkin lho ya, yang emang butuh follower untuk teman mutualans, mangka dari itu mereka menunggangi hashtag untuk foto selfie mereka. 

Bisa juga, bisa juga lho ya, yang salah kaprah ini nyangkanya Twitter, Instagram kali ya, yang isinya cuman upload-upload foto doang. Itu juga yang kalo upload foto di Instagram upload-nya foto selfie tapi pakai kata-kata mutiara a la sufi.

Nah jadi kalo dulu kata Rene Descartes "aku berpikir maka aku ada" sekarang "aku upload selfi-ku dengan apa pun hashtag-nya maka aku ada".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun