Mohon tunggu...
Otomotif Pilihan

Big Data dan Maskapai Penerbangan

6 November 2018   12:30 Diperbarui: 6 November 2018   12:34 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: promptcloud

Satu contoh dalam kasus ini datang dari platform marketing -- Boxever -- di industri perjalanan. Salah satu klien mereka menggambarkan rencana pemasaran yang berkonsep dari keranjang belanja yang ditinggalkan dan e-mail yang dikirim kepada konsumen. Mereka mendapatkan pesanan senilai $1 juta setiap minggunya, hanya dari komunikasi email tersebut.

Optimasi Tenaga Kerja

Maskapai Southwest telah bekerja sama dengan perusahaan piranti lunak bernama Aspect untuk menghasilkan satu set unik kontak konsumen dan solusi optimasi tenaga kerja. Mereka menggunakan bantuan dari alat untuk speech analytic, yang memungkinkan eksekutif pelayanan konsumen untuk menganalisa dan memahami perbedaan halus dari setiap transaksi yang tercatat sebelumnya dengan konsumen.

Tidak hanya terbatas pada panggilan telepon. Perwakilan dari Maskapai Southwest dapat menganalisa data media sosial untuk memahami konsumen mereka dengan lebih baik. Hal ini membuat banyak konsumen yang merasa puas atas pelayanan konsumen yang diberikan Maskapai Southwest.

Penerbangan yang Aman dan Cerdas

Selama perjalanan udara, sejumlah besar data dihasilkan setiap jam. Rata-rata, untuk 6 jam penerbangan dari satu negara ke negara lainnya mengumpulkan 240 terabytes data dari pesawat. Jika data ini diperiksa dan dianalisa, maka akan dapat meningkatkan keamanan dari setiap penerbangan yang dilakukan.

Maskapai Southwest menjalin kerjasama dengan NASA selama bertahun-tahun dalam masalah keamanan maskapai maupun keamanan penerbangan. NASA, dengan algoritma machine learning miliknya memiliki sistem otomatisasi yang menganalisa sejumlah besar data dan mencari tahu inkonsistensi yang berujung pada setiap kecelakaan.

Mengecek Status Bagasi Secara Real-Time

Setiap orang yang terbang memiliki kekhawatiran kehilangan bagasinya. Untuk mengatasi ini, Maskapai Delta telah memperkenalkan aplikasi untuk melacak bagasi. Aplikasi ini menggunakan data cek bagasi yang berjalan pada background dan anggota staf di Delta melacak tas-tas kemudian mengirimkan pelacaknya pada para penumpang. Aplikasi ini berjalan cukup sukses dengan hampir 11 juta konsumen yang telah mengunduhnya ke ponsel mereka.

Kesimpulan

Indonesia merupakan negara dengan belasan maskapai penerbangan beroperasi. Bandara-bandara di Indonesia pun cukup banyak, tersebar, dan besar. Sayangnya, jarang ada maskapai Indonesia yang meraup keuntungan berlebih karena data-data yang tersedia tidak dimanfaatkan secara maksimal. Seharusnya, dengan adanya big data, tumpukan data yang ada ini bisa diolah secara efisien. Hal ini juga mungkin terkendala dengan kurangnya piranti lunak analitik big data yang berasal dari Indonesia. Belum banyak yang tahu jika Indonesia juga memiliki analitik big data bernama Paques.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun