Mohon tunggu...
Bola Artikel Utama

Sepakbola Tak Lagi Soal Pemain atau Pelatih, Tetapi Big Data

11 Juli 2018   12:42 Diperbarui: 11 Juli 2018   21:05 2440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Forbes, Goal

Saat Tim Nasional Sepakbola Jerman bertemu Argentina pada babak adu pinalti perempat final gelaran Piala Dunia FIFA 2006, penjaga gawang Jerman saat itu, Jens Lehmann, membawa selembar kertas ke dalam lapangan. Kertas itu diduga merupakan 'contekan' yang ditulis oleh pelatih kiper Jerman yang berisi tips tentang bagaimana menghentikan penendang penalt Argentina. Hasilnya? Jerman menang 4-2.

Percepat satu decade kemudian dan penjaga gawang saat ini, Manuel Neuer memiliki cara yang sedikit lebih maju untuk menghentikan penendang penalt Italia dalam adu penalti yang dimenangkan Jerman 6-5 untuk maju ke semi-final Piala Eropa 2016.

Asosiasi Sepakbola Jerman (DFB) bekerjasama dengan perusahaan software Big Data untuk mengembangkan dua teknologi baru yang memaksimalkan potensi analisa big data untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan tim-tim lawan sebelum kompetisi dimulai.

Aplikasi pertama menyediakan informasi mengenai karakteristik permainan lawan, kecenderungan strategi penyerangan dan pertahanan lawan serta formasi yang digunakan.

Teknologi kedua, disebut Penalty Insights Function, dimaksudkan untuk membantu penjaga gawang dan para pelatih menemukan pola dalam bagaimana para lawan mereka mengambil tendangan penalti.

Kedua aplikasi diakses para pemain dan pelatih di ruang ganti menggunakan gadget yang terhubung langsung pada platform berbasis cloud. Dengan begitu, mereka dapat melihat secara real time bagaimana formasi lawan mereka dan membantu para pemain untuk benar-benar fokus.

Sebagai contoh, jika pemain seperti Mario Goetze ingin mencari seorang lawan menggunakan aplikasi Challenger Insights, dia akan menemukan data pribadi dari pemain yang dicari, kekuatan dan kelemahan pemain tersebut, serta sekitar enam video klip yang mendemonstrasikan kemampuannya di lapangan.

Untuk mendapatkan keuntungan taktikal, banyak tim yang mengubah formasi pada detik-detik terakhir untuk mengecoh lawannya. Biasanya, semua tim akan menyiapkan 'bocoran' tentang formasi yang dipakai lawan, namun kemudian lawan akan mengubah formasi dan pemain pada detik terakhir sehingga membuat semua 'bocoran' tersebut menjadi tidak berguna.

Untuk aplikasi Challenger Insights-nya, perusahaan Big Data bekerja sama dengan universitas khusus olahraga bernama Sporthochschule Cologne untuk mengumpulkan dan menganalisa setiap pemain dan tim lawan pada Piala Eropa 2016. Ketika lawan mengubah formasi, jajaran pelatih akan meniru perubahan tersebut ke dalam aplikasi melalui fungsi sederhana drag-and-drop.

Ada lagi hal lain jika menyangkut pengembangan Penalty Insights Function, pengembang dari perusahaan big data menyatakan bahwa tim Jerman memiliki persyaratan kunci: Aplikasi tersebut harus cukup sederhana untuk membantu para pemain menganalisa data yang ada dengan sendirinya. 

Sebagai contoh, Neuer dapat menemukan lawan yang lebih mungkin menjadi penendang penalti dalam sebuah pertandingan, bagaimana mereka tampil ketika menendang di bawah tekanan -- atau jika tim mereka tertinggal, apakah mereka akan lebih mungkin menendang bola ke pojok kanan atas dekat mistar atau pojok kiri bawah, dan kemungkinan skenario-skenario lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun