Mohon tunggu...
Tengku Andyka
Tengku Andyka Mohon Tunggu... Guru - Lakukan hal kecil, bicara dengan tindakan sederhana

"Semua kebenaran di dunia ini harus melewati tiga langkah. Pertama, ditertawakan, kedua ditentang dengan kasar, dan ketiga diterima tanpa pembuktian dan alasan" (Arthur Schopenhauer)

Selanjutnya

Tutup

Money

Covid-19 dalam Perspektif Ekonomi dan Ketahanan Sosial

2 Juni 2020   14:41 Diperbarui: 2 Juni 2020   17:04 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada sektor transportasi dengan adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) secara otomastis tingkat mobilitas menurun drastis. Pada sektor keuangan sudah pasti berdampak dari tunggakan individu atau pelaku usaha yang tidak mampu bayar tagihan dan bunga pinjaman. 

Pada sektor pertambangan dampak dari harga bergejolak dan kelebihan produksi. Pada sektor UMKM ini juga paling berdampak dan terpukul karena penurunan permintaan (demand) masyarakat. 

Tingkat pengangguran terbuka pada kuartal II 2020 mencapai 11,47 % dengan skenario terberat. Bahkan IMF memproyeksikan angka pengangguran Indonesia pada 2020 mencapai 7,5% naik dari tahun 2019 yang hanya 5,3%.

Dalam buku, Theory of Moral Sentiments, tahun 1758 Adam Smith telah menulis gagasan tentang filosofi ekonomi "membangun keseluruhan kodrat moral manusia dari satu emosi primitif-simpati". 

Gagasan ekonomi modern Adam Smith diantaranya adalah self love dan simpati. Motif dan tindakan manusia self love sebuah bentuk cinta pada kepentingan individu. Sementara motif dan tindakan Simpati merupakan sebuah tindakan dengan mempertimbangkan orang lain atau lingkungan sekitar. Dalam kondisi Covid-19 relevansi gagasan Adam Smith terkait simapati berekonomi saat ini sangat dibutuhkan. 

Menurut Legatum Prosperity Index 2019, Indonesia berada di peringkat kelima di dunia untuk modal sosial dan peringkat pertama untuk partisipasi sipil dan sosial dengan tingkat relawan tertinggi dari negara mana pun. Dalam Indeks Pemberian Dunia Yayasan Amal (CAF) tahun 2018, Indonesia juga menduduki peringkat teratas dalam frekuensi sumbangan dan kesukarelaan.


Secara umum sikap ini menjadi kekuatan dan modal dalam ketahanan sosial Indonesia. Masyarakat yang beradab menurut Adam Smith manusia senantiasa perlu bekerja sama dan saling membantu karena manusia tidak bisa memenuhi kebutuhannya dengan memuaskan tanpa ada keterlibatan orang lain. Lain halnya yang terjadi pada hewan ketika hewan telah tumbuh dewasa dan matang dia dapat mandiri dan independen dalam keadaan alamiahnya hewan tidak perlu membantu hewan lain apalagi membantu hewan lain yang berbeda jenisnya.  

Bagi Smith manusia yang dapat mencapai kebahagiaan adalah yang memiliki kondisi fisik sehat, tanpa beban ekonomis, dan hati nuraninya jernih. Orang yang meskipun kaya namun tidak sehat dan penuh kedengkian misalnya dia tidak dapat mencapai kebahagiaan. 

Ketahanan sosial  berwujud solidaritas dan gotong royong menjadi khas kearifan lokal bangsa. Terlihat ada sinergi antara masyarakat dalam memperkuat ketahanan sosial dengan bersimpati ekonomi. 

Donasi masyarakat lokal kepada tenaga medis, pembelian alat pelindung medis (APD),  konser amal dalam penggalangan dana, meringankan cicilan sewa kontrakan bagi pekerja yang di PHK dan masih banyak bentuk simpati ekonomi lainnya. Peran pemerintah dan sinergi kekuatan ketahanan sosial terus dibentuk agar penanganan Covid-19 cepat terselesaikan.

*Pegiat Kajian di Pustaka Kaji

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun